Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kekuasan di wilayah atau kelompok tertentu. Sejauh ini di Indonesia pernah dipimpin oleh 7 presiden. Semuanya memiliki gaya kepemimpinan masing-masing, begitu pula hasil dari kepemimpinannya. Tentu tidak ada pemimpin yang sempurna di dunia ini. Pasti semua memiliki sisi positif dan negatif, namun bukankah menyenangkan memiliki pemimpin dengan sisi postif lebih besar? Mengutip percakapan Lord Varys dan Tyrion Lannister pada Game of Throne Season 8, “Apa kau pernah memikirkan jika penguasa terbaik mungkin saja orang yang sebenarnya tidak ingin berkuasa?” Hal ini cukup membuat saya gusar selama bertahun-tahun, karena pada prakteknya banyak orang yang ingin berkuasa, menjadi pemimpin, tapi tidak memiliki kompetensi atau tidak diinginkan masyarakatnya.
5 sampai 10 tahun lagi generasi milenial dan generasi Z yang mulai menjadi pemimpinpemimpin di berbagai sektor negeri ini. Generasi diatasnya selalu bertanya, apa bekalmu menjadi pemimpin? Bisa apa kamu? Diam-diam banyak pergeseran kepemimpinan dari generasi boomer dan generasi X kepada generasi milenial. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia saat ini sangat menyukai segala sesuatu yang satset, bagi pelayanan publik khususnya. Inovasi-inovasi terus diciptakan oleh generasi milenial dan generasi Z, hal ini menyebabkan banyak generasi boomer dan generasi X mulai kewalahan. Kebanyakan dari dua generasi awal ini senang dengan inovasi yang memudahkan dan mempercepat, tapi dari dua generasi awal ini selalu timbul banyak permasalahan. Tidak perlu disebutkan, terlalu banyak kasusnya baik di pemerintahan maupun masyarakat umum.
Lantas apa yang dapat saya lakukan, jika kelak saya menjadi salah satu pemimpin Indonesia di masa depan? Banyak hal yang harus diselesaikan, banyak kekacauan yang harus dibereskan. Sejak saya terjun langsung di pemerintahan terkecil untuk pelayanan publik, saya menyadari sesuatu tentang pemerintahan ini tidak efektif dan efisien dalam melakukan sesuatu. Pemerintah saat ini menyadari hal itu dan mulai merombak sistem-sistem yang ada dengan perlahan. Tentu tidak mudah khususnya bagi generasi boomer dan generasi X yang sedikit kerja, terlalu banyak lelahnya. Saya kira itu faktor usia, ternyata saya tinjau kembali ketika melihat pekerja seusia mereka di bidang hospitality dan pariwisata, ternyata masalahannya adalah mental dan orientasi para abdi negara ini, banyak dari mereka memiliki orientasi yang bukan menjadi pelayan masyarakat. Sedangkan bidang hospitality dan pariwisata tentu saja customer adalah raja. Melayani masyarakat tentu tidak ada profitnya, jelas negara yang menanggung segalanya. Disaat masyarakat semakin kritis melihat pelayanan yang lambat, sosial media menjadi senjata.
Kelak jika saya atau siapa saja di generasi milenial dan generasi Z menjadi pemimpin, ada banyak hal yang harus dipersiapkan seperti kompetensi sesuai bidang, orientasinya tentu harus melayani, melindungi, dan menyejahterakan masyarakat yang dipimpin. Untuk apa menjadi pemimpin jika hanya digunakan untuk menyombongkan diri? Sudah terlalu banyak kasus pemimpin seperti itu, lalu tiba-tiba dicabut kekuasaannya oleh masyarakat dengan senjata sosial media. Sebagai generasi baru, tentu kita tidak boleh mengulangi kesalahan dua kali bukan?