Mendorong Inovasi Bangsa Melalui Peningkatan Riset Sejarah

Gambar sampul Mendorong Inovasi Bangsa Melalui Peningkatan Riset Sejarah

Pendahuluan

Riset sejarah memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk identitas dan kemajuan suatu bangsa. Di berbagai belahan dunia, banyak negara yang menyadari pentingnya penelitian sejarah dan warisan budaya sebagai landasan untuk pembangunan masa depan. Di Eropa, misalnya, negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan Italia memiliki perhatian besar terhadap riset sejarah mereka. Museum-museum terkenal seperti British Museum, Louvre, dan Vatican Museums tidak hanya menyimpan artefak-artefak penting tetapi juga menjadi pusat penelitian sejarah dan budaya yang berkelanjutan. Negara-negara ini mengalokasikan dana yang signifikan untuk riset sejarah dan budaya, memahami bahwa pengetahuan masa lalu adalah kunci untuk inovasi dan keberlanjutan masa depan.

Salah satu contoh terbaik dari manfaat riset sejarah adalah Mesir. Riset arkeologi di Mesir, yang dimulai sejak abad ke-19, telah mengungkapkan kekayaan budaya dan sejarah yang luar biasa, termasuk penemuan Piramida Giza, Lembah Para Raja, dan berbagai artefak dari zaman Firaun. Temuan-temuan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dunia tentang peradaban kuno tetapi juga menjadikan Mesir sebagai salah satu destinasi wisata paling populer di dunia. Warisan budaya Mesir pun juga memberikan pengaruh pada budaya popular dunia yang tumbuh sejak adanya teknologi gambar bergerak alias film. Tidak terhitung banyaknya cerita film, lagu, maupun games yang terinspirasi dari Peradaban Mesir Kuno. Baik industri hiburan maupun turisme telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Mesir, yang menunjukkan bagaimana riset sejarah dapat berkembang menjadi produk yang bernilai tinggi (Baines & Malek, 2000).

Riset sejarah dan arkeologi juga digunakan oleh Israel untuk melegitimasi penguasaannya atas wilayah Palestina. Melalui berbagai penggalian arkeologi dan penemuan artefak, Israel berusaha menunjukkan hubungan historis yang mendalam dengan wilayah tersebut. Ini termasuk klaim terhadap situs-situs suci di Yerusalem dan temuan arkeologi yang diklaim sebagai bukti sejarah bangsa Yahudi di tanah tersebut. Penggunaan riset sejarah ini menjadi alat untuk memperkuat klaim teritorial dan politik Israel, meskipun sering kali memicu kontroversi dan ketegangan dengan komunitas Palestina yang juga memiliki klaim sejarah dan budaya terhadap wilayah tersebut (Silberman, 1993).

Lembaga-lembaga internasional seperti UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) juga menunjukkan kepedulian besar terhadap warisan budaya dan riset sejarah. UNESCO menetapkan situs-situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) dan mempromosikan pelestarian serta penelitian warisan budaya di seluruh dunia. Selain itu, lembaga-lembaga seperti ICOMOS (International Council on Monuments and Sites) dan ICCROM (International Centre for the Study of the Preservation and Restoration of Cultural Property) mendukung penelitian dan pelestarian warisan budaya, memperkuat pentingnya riset sejarah dalam menjaga identitas budaya global.

Di Indonesia, riset sejarah juga memainkan peran penting dalam upaya nation building atau pembentukan identitas bangsa. Penelitian sejarah membantu memperkuat identitas nasional dan mendorong persatuan di antara masyarakat yang beragam. Salah satu contoh adalah kasus “pencurian[1]” naskah kuno dari wilayah Sumatera oleh dua negara tetangga Indonesia yang berbahasa Melayu. Mereka menggunakan artefak tersebut sebagai bagian dari upaya nation building mereka yang tidak memiliki banyak sejarah pembentukan bangsanya. Naskah-naskah kuno seperti Hikayat Hang Tuah dan Sejarah Melayu sering kali menjadi objek sengketa budaya antara negara-negara ini, yang menunjukkan betapa pentingnya riset sejarah dalam memperkuat identitas nasional dan melindungi warisan budaya dari klaim pihak luar (Kratz, 2000).

Pemindahan dan Pembangunan IKN: Proyek Nasional Berbasis Riset Sejarah

Pemindahan dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur merupakan proyek ambisius yang didasarkan pada pemikiran mendalam tentang sejarah dan masa depan Indonesia. IKN bukan hanya sekedar pemindahan administratif, tetapi juga mencerminkan upaya untuk merancang ulang struktur sosial, ekonomi, dan budaya Indonesia dengan inspirasi dari sejarah. Sejarah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pemerataan pembangunan dan integrasi nasional. Salah satu contohnya adalah ide Presiden Sukarno pada akhir 1950-an untuk memindahkan ibu kota ke Palangkaraya, yang didasarkan pada visi untuk mengurangi ketimpangan regional dan memperkuat persatuan nasional (Vickers, 2013).

Pembangunan IKN mengambil inspirasi dari sejarah ini dengan tujuan untuk menciptakan pusat pemerintahan yang lebih inklusif dan efisien. Selain itu, proyek ini juga didukung oleh riset sejarah tentang berbagai peradaban maritim Indonesia, seperti kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, yang menunjukkan bahwa pusat kekuasaan yang strategis dapat memperkuat kedaulatan dan ketahanan nasional. Riset sejarah ini membantu merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih bijak, dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu untuk menghindari kesalahan yang pernah terjadi serta mengadopsi praktik baik yang terbukti efektif (Direktorat Jenderal Kebudayaan RI, n.d.). Pemindahan IKN juga diharapkan dapat mendorong pemerataan pembangunan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang selama ini kurang berkembang. Dengan memanfaatkan data sejarah, pemerintah dapat mengidentifikasi pola migrasi, dinamika sosial, dan perkembangan ekonomi yang dapat membantu merencanakan pembangunan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Riset Sejarah dan Inovasi Bangsa

Riset sejarah berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk memahami dan menghargai warisan budaya serta identitas nasional. Bagi Indonesia, penelitian sejarah membantu memperkuat rasa kebanggaan dan kesatuan nasional, memperkaya pengetahuan kolektif, dan membuka peluang inovasi di berbagai sektor. Salah satu contoh penting adalah penelitian tentang Jalur Rempah, yang pernah menjadi nadi perdagangan global pada abad ke-15 hingga ke-17. Jalur Rempah tidak hanya menghubungkan kepulauan Maluku dengan pasar internasional, tetapi juga menjadi jalur penyebaran budaya, agama, dan teknologi (Reid, 1988).

Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia telah menginisiasi Program Jalur Rempah untuk menghidupkan kembali jaringan perdagangan ini. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan budaya Indonesia dan memperkuat identitas nasional. Penelitian sejarah dan arkeologi dilakukan untuk mengumpulkan data dan bukti tentang rute-rute perdagangan rempah serta pengaruhnya terhadap budaya lokal. Dokumentasi ini kemudian dipromosikan melalui festival, seminar, dan pameran budaya, yang tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga mendorong ekonomi kreatif lokal (Direktorat Jenderal Kebudayaan RI, n.d.). Program Jalur Rempah juga melibatkan kerjasama internasional dengan negara-negara yang terlibat dalam perdagangan rempah, seperti Belanda dan Portugal. Kerjasama ini memperkuat diplomasi budaya dan memperkenalkan Indonesia sebagai pusat perdagangan maritim yang bersejarah. Dengan memanfaatkan warisan Jalur Rempah, Indonesia dapat menunjukkan bahwa sejarah bukan hanya masa lalu tetapi juga fondasi untuk inovasi dan kemajuan bangsa.

Program Jalur Rempah sebagai Identitas Pertahanan dari Inisiasi OBOR

One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI) adalah inisiatif strategis yang diluncurkan oleh RRT pada tahun 2013. OBOR bertujuan untuk mengembangkan konektivitas dan kerjasama ekonomi antara negara-negara di Asia, Eropa, dan Afrika melalui pembangunan infrastruktur dan investasi. Meskipun OBOR membawa manfaat ekonomi melalui investasi infrastruktur dan konektivitas yang lebih baik, program ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang kedaulatan ekonomi, politik, dan teritorial negara-negara partisipan (Fallon, 2015). Kedaulatan ekonomi negara-negara penerima investasi sering kali terancam karena ketergantungan utang kepada Tiongkok. Contoh yang paling mencolok adalah Sri Lanka, yang terpaksa menyerahkan kendali atas Pelabuhan Hambantota sebagai bentuk pembayaran utang. Ketergantungan ini mengurangi kemampuan negara-negara untuk mengendalikan kebijakan ekonomi mereka secara independen (Ferdinand, 2016). Selain itu, pengaruh politik Tiongkok dapat mengurangi otonomi politik negara-negara partisipan, sementara kehadiran militer Tiongkok yang meningkat di wilayah maritim dapat menimbulkan kekhawatiran mengenai kedaulatan teritorial (Summers, 2016).

Penggunaan narasi sejarah Jalur Sutra kuno dalam OBOR menambah dimensi kompleksitas. Tiongkok menggunakan narasi ini untuk mempromosikan OBOR sebagai upaya menghidupkan kembali jaringan perdagangan yang pernah membawa kemakmuran bagi wilayah yang luas. Meskipun tidak secara langsung menunjukkan ambisi teritorial, narasi ini dapat dilihat sebagai upaya untuk memperluas pengaruh Tiongkok di wilayah yang dulunya berada di bawah pengaruh Kekaisaran Tiongkok. Narasi ini membantu Tiongkok melegitimasi proyek-proyek infrastrukturnya dan memperkuat klaim teritorialnya. Dalam konteks ini, riset sejarah dapat menjadi alat penting bagi negara-negara untuk mempertahankan identitas dan kedaulatan mereka dalam menghadapi inisiatif global seperti OBOR (Rolland, 2017).

Di Indonesia, pentingnya riset sejarah untuk mempertahankan identitas dan kedaulatan negara terlihat jelas dalam melawan klaim inisiasi OBOR. Sejarah Jalur Rempah memberikan bukti bahwa Indonesia pernah menjadi pusat perdagangan global yang kuat dan mandiri. Dengan belajar dari sejarah ini, Indonesia dapat mengembangkan strategi untuk memastikan bahwa partisipasi dalam OBOR tidak akan sampai mengorbankan kedaulatan nasional. Riset sejarah yang mendalam dapat membantu Indonesia memahami dinamika perdagangan internasional di masa lalu, mengetahui pentingnya posisi Nusantara di masa kurun niaga, dan menerapkan pelajaran tersebut untuk menghadapi tantangan di depan demi mencapai Indonesia Emas 2045.

Kesimpulan

Peningkatan riset sejarah memiliki peran penting dalam mendorong inovasi dan kemajuan bangsa. Melalui penelitian sejarah, bangsa Indonesia dapat memahami dan menghargai warisan budayanya, memperkuat identitas nasional, dan mengembangkan strategi untuk menghadapi tantangan global seperti inisiasi OBOR ataupun hal lainnya. Sejarah memberikan pelajaran berharga tentang dinamika perdagangan, politik, dan sosial yang dapat diterapkan untuk merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga penelitian untuk terus mendukung dan mengembangkan riset sejarah sebagai alat untuk pembangunan bangsa yang lebih kuat dan mandiri.

 

Daftar Referensi

Baines, J., & Malek, J. (2000). Cultural Atlas of Ancient Egypt. Facts on File

Direktorat Jenderal Kebudayaan RI. (n.d.). Jalur Rempah: Membangun Kembali Sejarah Maritim Nusantara. Retrieved from kebudayaan.kemdikbud.go.id

Fallon, T. (2015). The New Silk Road: Xi Jinping's Grand Strategy for Eurasia. American Foreign Policy Interests, 37(3), 140-147

Ferdinand, P. (2016). Westward ho—the China dream and ‘one belt, one road’: Chinese foreign policy under Xi Jinping. International Affairs, 92(4), 941-957

Kratz, E. U. (2000). Hikayat Hang Tuah: Malay Epic and Muslim Epic. Curzon Press

Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Palgrave Macmillan

Rolland, N. (2017). China's “Belt and Road Initiative”: Underwhelming or Game-Changer? The Washington Quarterly, 40(1), 127-142

Silberman, N. A. (1993). The Archaeology of Israel: Constructing the Past, Interpreting the Present. Sheffield Academic Press

Summers, T. (2016). China’s Global Strategy: Towards a Multipolar World. Routledge

Vickers, A. (2013). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press

 

[1] Pada dasarnya yang terjadi adalah adanya pihak-pihak asing yang membeli naskah-naskah kuno yang biasanya tersimpan pada langar-langgar atau musola-musola di daerah seperti Sumatera Barat. Masyarakat setempat yang awam akan pentingnya naskah kuno tersebut, tentu tidak merasa masalah jika ada pihak yang ingin membeli benda-benda yang menurut mereka hanyalah hal usang yang tidak memiliki fungsi penting dalam kesehariannya. Hal ini harus menjadi cambukan bagi pemerintah agar tidak terulang peristiwa yang seperti ini.

Bagikan :