Perekonomian Indonesia menjadi kunci keberlangsungan hidup berjuta rakyatnya. Ketika perwujudan pertumbuhan ekonomi mulai membaik pasca COVID-19 tidak menjanjikan pemerataan perbaikan ekonomi seluruh daerah. Bagaimana tidak jika ketimpangan pembangunan masih terjadi dari sisi ibukota dan pinggiran desa. Ironis ketika yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin semakin menderita. Jika dilihat berdasarkan data, perekonomian Indonesia pada triwulan I 2023 tercatat tumbuh 5.03% (Sumber : Bank Indonesia) namun apakah angka ini menggambarkan kenyataan lapangan yang sesuai, ketika pada faktanya masih banyak keluhan rakyat ekonomi bawah. Ketika pembangunan infrastruktur yang memang dianggarkan pemerintah namun belum membuat perubahan harga pangan, yang mana wilayah timur masih merasakan tercekiknya lonjakan harga.
Keadilan mana yang diimplementasikan, saat mudahnya menuju ruang pendidikan namun pelosok desa tidak menerima sarana yang menunjang pembelajaran. Angka putus sekolah tidak menjadi hal yang baru, karena desakan ekonomi keluarga. Data Badan Pusat Statistik tahun 2022 mencatat peningkatan angka putus sekolah jenjang SD-SMA. Tak hanya itu berbicara tentang ketenagakerjaan yang masih belum optimal. Bagaimana bisa fakta menunjukkan program padat karya yang belum berjalan sempurna, dikuatkan dengan data pengangguran terbuka Indonesia masih menyentuh angka 5.45% per Februari 2023. Tidak sempurnanya penyerapan tenaga kerja diiringi semakin kecilnya perhatian pemerintah hingga peningkatan kemiskinan yang tak kunjung mereda. Berkesinambungan hingga masalah kesehatan yang pada akhirnya menjadi tuntutan kriminalitas demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Diskriminasi tenaga kerja yang masih sering terjadi antara perempuan dan laki-laki. Masih banyak stigma masyarakat yang menganggap bahwa tenaga kerja perempuan tidak sebesar lakilaki. Inilah yang pada akhirnya membuat perbedaan pembagian upah yang diterima. Sementara itu demonstrasi buruh yang sering terjadi dan tidak mendapat solusi dari pemimpin negeri. Dimanakah peran pemimpin sebenarnya? Apakah keadaan rakyat belum sepenuhnya mampu menyadarkan kenyataan yang terjadi? Pemimpin yang merupakan sosok nomor satu, yang diharapkan menjadi satu satunya jalan keluar atas masalah dan jeritan rakyatnya. Rakyat tidak menuntut kemewahan, tidak menuntut diberikan kelimpahan kekayaan hanya meminta sedikit keadilan yang sampai saat ini belum pernah mereka rasakan.
Kepemimpinan yang mampu menggerakan pembaruan dalam birokrasi pemerintahan sangat diinginkan seluruh kalangan rakyat. Kebijakan yang disasarkan pada rakyat seharusnya memang benar diberikan manfaatnya pada rakyat. Karena sesungguhnya makna demokrasi yang sejak dulu ditanamkan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Mewujudkan keadilan yang merata dari wilayah timur sampai barat tanpa memberikan pembeda apapun. Karena kedudukan kita adalah sama dimata Negara. Seluruh kekayaan dan aset negara yang pada harusnya diolah dan diberikan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat. Kepada calon pemimpin kedepan, generasi muda yang diandalkan membuat perubahan. Dengan sejuta harapan, seluruh rakyat memberikan amanah penuh untuk mengatur tanah air ini.
Kepemimpinan yang berpihak atas rakyat, sesungguhnya sikap kepemimpinan ialah mampu menciptakan solusi atas masalah yang akan dihadapi. Memberikan partisipasi dan kontribusi yang nyata bagi negeri. Sosok pemimpin yang mampu meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, menjadikan prioritas utama pada rakyat. Dan tentu saja, menegakan hukum serta pemberian sanksi pada seluruh tindak kejahatan tanpa memandang bulu. Besar harapan, pemuda pemudi Indonesia kelak mampu mewujudkan pemerataan dalam negeri ini.