Transformasi Umbi Wujudkan SMART ASN: Umbi Bisa kok Eksis di Dunia Internasional, gini caranya!

Gambar sampul Transformasi Umbi Wujudkan SMART ASN:  Umbi Bisa kok Eksis di Dunia Internasional, gini caranya!

Bicara soal Aparatur Sipil Negara (ASN) rasanya tak luput dari komentar warganet +62 di kolom sosial media yang acap kali berkonotasi negatif,

dan sederet komentar bernada miring lainnya yang tak teramu oleh kata apalagi kalimat.

Pengang? Sudah pasti, apalagi ketika isu-isu tentang ASN selalu menarik untuk digoreng media, komentar-komentar yang secara tak langsung ditujukan pada kami, sungguh sangat menohok “sebagian” kami yang bertekad ingin dengan sungguh dan totalitas berdampak bagi Negeri ini.

***

Menjadi ASN di salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas vital adalah tantangan tersendiri bagiku. Bukan hanya sekedar untuk mencari pendapatan agar bisa bertahan hidup atau untuk mengaktualisasikan diri karena telah sekolah tinggi, tapi lebih sekedar itu, ada ratusan juta jiwa masyarakat Indonesia yang harus dilindungi kesehatan dan keselamatannya dalam mengonsumsi Obat dan Makanan. Tentunya ini bukan tugas yang sederhana, ketika ku dapati orang-orang tak lepas dari komoditi-komoditi tersebut.

Ya. Obat dan Makanan adalah komoditi yang tak lekang oleh waktu yang tak akan pernah dilewatkan manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.

Jika sudah demikian, kami yang telah disumpah untuk hadir di garda terdepan bagi mereka, tak mungkin abai akan hal tersebut. Kesehatan dan keselamatan mereka tak bisa dikorbankan hanya karena kami duduk manis di belakang layar komputer, menikmati secangkir kopi sembari asyik bermain game sambil haha-hihi.

Kemampuan hard dan soft skill kami harus senantiasa diasah agar semakin kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugasnya. Belum lagi pencanangan pemerintah untuk mewujudkan SMART ASN.

Pada Tahun 2023, Indonesia berada di peringkat ke-80 dari 134 negara dalam Global Talent Competitiveness Index1,2, dengan nilai 40,25. Nilai yang relatif rendah jika dibanding dengan Negara ASEAN. Menengok ke Negara tetangga pun kita tertinggal jauh, dimana Malaysia yang menduduki peringkat 42 dengan nilai 51.35 disusul dengan Brunei Darussalam yang menempati peringkat 41, apalagi Singapura yang tak tanggung-tanggung duduk manis di peringkat kedua dengan nilai yang fantastis sebesar 77.11. Peringkat yang sungguh jomplang. 😰

Oleh karena itu, pemerintah tak tinggal diam, untuk memperbaiki indeks tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) menerapkan Human Capital Management Strategy menuju Smart ASN 2024. ASN dituntut untuk tak hanya menjadi ASN yang biasa-biasa aja, kini ASN harus luar biasa!

Teringat pesan dari Presiden RI saat menyampaikan visi Indonesia di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, pada Tahun 2019 silam. Beliau mengatakan "Tidak ada lagi kerja-kerja yang monoton, begitu-begitu saja. Tidak ada lagi kerja-kerja di zona yang nyaman. Penyakit kita ada di situ. Kita harus berubah". Beliau berharap ke depannya ASN berperilaku adaptif, produktif, inovatif, dan kompetitif.

***

Beruntunglah kami sebagai ASN BPOM yang disediakan wadah untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Melalui aplikasi IDEAS (Integrated Development and Training Information System) sebagai platform pembelajaran online terintegrasi, mengantarkan BPOM pada era baru pembelajaran (new learning culture). Dengan fitur utama Pelatihan Tidak Terjadwal / Online Shopping Training dan Webinar/Diskusi Online, IDEAS hadir untuk mendukung pegawai belajar kapanpun dan dimanapun dengan data hasil pembelajaran tercatat sebagai capaian pembelajaran dan dihitung JP-nya pada siasn.pom.go.id.

Wadah ini merupakan upaya untuk membangun learning ecosystem, mewujudkan BPOM sebagai learning organization sekaligus transformasi pengembangan kompetensi BPOM menuju BPOM Digital Corporate University dengan pilar utama implementasi Knowledge Management (SIMPONI) dan Learning Management System terintegrasi (IDEAS).

***

Selain pengembangan kompetensi melalui aplikasi IDEAS, kami pun difasilitasi untuk mengikuti pelatihan baik tingkat Nasional maupun Internasional, baik pelatihan terkait substansi maupun non-substansi. Baru-baru ini saja misalkan, disposisi untuk mengikuti Training Regulatory Systems on Ensuring Access to Quality Medicines yang diselenggarakan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) bertengger manis di daftar disposisiku yang ada srikandi.arsip.go.id.

Di satu sisi bukan main riang hatiku mendapatkan kesempatan emas untuk belajar selama 40 hari di Negeri Sakura, di sisi lainnya aku bingung sambil bergumam dalam hati “kok umbi sepertiku udah dikasih kesempatan seperti ini ya?”.  

Sembari mencari jawaban akan hal itu, ku siapkan segala hal yang diperlukan untuk proses keberangkatanku ke Jepang. Dari mulai berkirim Nota Dinas ke Pimpinan Eselon I, bersurat ke Kementerian Sekretariat Negara untuk mendapatkan persetujuan perjalanan dinas luar negeri, mengurus paspor biru, hingga mengurus visa di Kedutaan Besar Jepang. Segala urusannya dipermudah.

Disini ku merasakan bahwa sistem reformasi birokrasi telah berjalan “menuju” sempurna di Instansiku, tak lagi sulit apalagi berbelit. Alhamdulillah ala kulli hal.

Setibanya di Negeri Sakura dan bertemu dengan peserta training dari negara lain seperti Bangladesh, Brazil, Egypt, Laos, dan Timor Leste* membuatku dapat menganalisis isu-isu prioritas di masing-masing negara dan mendiskusikan langkah-langkah yang dapat diterapkan untuk meningkatkan akses yang tepat terhadap obat berkualitas di negara masing-masing. Materi pembelajaran yang disuguhkan oleh JICA pun tak kalah menarik, segalanya outstanding. Kami diberikan kesempatan untuk meninjau dan berdiskusi langsung dengan pakar terkait sistem pengawasan obat di pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri farmasi, rumah sakit, lembaga penelitian farmasi yang ada di Jepang. Sampai detik ini masih dibuat takjub atas kesempatan yang diberikan.

*FYI. Training ini diikuti oleh 6 peserta, setiap negara mengirimkan 1 (satu) perwakilan.

Satu hal yang menarik selama training ini berlangsung adalah fakta bahwa aku adalah peserta paling muda dan of course pengalaman pun masih sangat minim. Sebut saja temanku dari Mesir, Beliau adalah Head of Research and Training Department, Ministry of Health and Population Egypt, dari Bangladesh pun mengirimkan Assistant Director-nya untuk mengikuti training ini, begitu pula dengan perwakilan dari Timor Leste, tak tanggung-tanggung Beliau adalah National Director, Ministry of Health Timor Leste. Awalnya nyaliku menciut ketika berkenalan dan berbagi pengalaman dengan mereka, namun percaya diriku kembali membuncah ketika ku dapati mereka sangat welcome dan begitu antusias mendengarkan segala cerita dan pengalamanku yang sangat minim ini.

Puncaknya adalah ketika kami disambut oleh Toyama Prefectural Government, “umbi” semacam aku ini dipercaya untuk memberikan opening speech di depan para Petinggi Pemerintahan Prefektur Toyama, Jepang. Bukan main bergemuruh rasaku saat itu, jika di Indonesia sudah pasti yang akan berbicara memberikan opening speech adalah yang memiliki pangkat paling tinggi bukan? Umbi paling banter dimintain tolong untuk nyiapin remarks dan ngeprint (tentunya).

Tapi tidak pada training ini, semua mata tertuju padaku, flash kamera saling bersaut untuk memotret diri ini, hingga pada akhirnya seluruh yang hadir bersorak-sorai bertepuk tangan menggemakan seisi ruangan. Ingin rasanya menangis saat itu, campur aduk perasaan, sedih, bangga, terharu, semua menjadi satu. Ternyata umbi pun bisa dihargai dan dianggap keberadaannya apabila umbi tersebut diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk mengaktualisasikan dirinya 😊

Tak sampai disitu, ketika kami kembali ke hotel, Front Desk Clerks kembali menyambut kami dengan hangat sambil berkata "Hello, welcome back, btw you know? you're on broadcast (TV News) Japan"  sambil nyodorin koran dan memperlihatkan video news yang diucapkannya. Dalam hatiku bergumam, "wooww! aku masuk TV hahaha"

Teman-teman bisa nonton disini siaran berita yang ditayangkan melalui TV Nasional Jepang -> Umbi Masuk TV Nasional Jepang

***

Sepulang dari menimba ilmu selama 40 hari di Negeri Sakura, kini aku temukan jawaban mengapa atasanku memberikan kesempatan luar biasa seperti ini, kesempatan untuk meningkatkan wawasan global terkait Obat dan Makanan, membangun koneksi (networking) dengan teman-teman di National Regulatory Authorities (NRAs) negara lainnya, mengasah kemampuan IT dan bahasa asingku, dan yang paling penting adalah semakin memupuk jiwa nasionalisme karena ketika di Jepang ku yakini dengan benar potongan lirik Lagu yang berjudul Tanah Airku ciptaan Ibu Soed:

”...Walaupun banyak negeri kujalani, yang masyhur permai dikata orang. Tetapi kampung dan rumahku, di sanalah kurasa senang. Tanahku tak kulupakan, Engkau kubanggakan...”

Ternyata sadar atau tidak, kebiasaan sejak di bangku sekolah terbawa hingga ke lingkungan pekerjaanku, sini ku bisikkan tipsnya:

Semangat untuk aku dan kalian yang sedang berjuang untuk memperbaiki citra ASN dengan selalu meng-upgrade kapasitas diri dan berlomba untuk menjadi bagian dari SMART ASN. Agar kalau kita “naik gaji” tak ada lagi warganet yang menggunjingkannya, karena kita pantas mendapatkannya. Ihiiiyyy. 🥳💫

 

Referensi:

  1. https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/menciptakan-smart-asn-menuju-birokrasi-4-0
  2. https://www.insead.edu/system/files/2023-11/gtci-2023-report.pdf
Bagikan :