Sepulang dari mengikuti kegiatan di Bandung selama 2 (dua) hari, tepat pada Sabtu, 30 Agustus 2025, kami cek out dari hotel dan bersiap kembali pulang ke Makassar.
Mengantisipasi potensi kemacetan parah dampak dari unjuk rasa di Jakarta, kami memilih berangkat pagi-pagi sekali dari Bandung, menempuh perjalanan darat menuju Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang.
Perjalanan dari Bandung ke Jakarta melintasi Tol Cipularang selalu punya tantangan tersendiri, kemacetan, kantuk, dan tentu saja rasa ingin buang air yang mendesak. Akhirnya, saya meminta teman untuk menyampaikan pada sopir agar kami bisa berhenti di rest area terdekat.
Tak disangka, di tengah-tengah perjalanan itulah kami menemukan kejutan menarik di lokasi Rest Area KM 97. Lokasi ini bukan sekadar tempat istirahat biasa, area ini menyuguhkan sesuatu yang langsung mencuri perhatian, sebuah bola raksasa, yang konon disebut sebagai Bola Terbesar di Indonesia. Ini merupakan oleh-oleh digital dari Tol Cipularang untuk dibawa pulang.
Begitu memasuki area parkir, bola raksasa itu langsung menyita pandangan. Warnanya mencolok, bentuknya bulat sempurna, dan ukurannya menjulang. Rasanya seperti bola itu jatuh dari langit dan mendarat tepat di jantung rest area. Banyak pengemudi yang lagi rehat spontan mengeluarkan ponsel untuk berfoto. Saya sendiri penasaran dan mulai bertanya-tanya, apa makna di balik bola ini? Apakah hanya hiasan, atau ada filosofi khusus?
Ternyata, bola terbesar di indonesia ini bukan sekadar dekorasi. Dibuat dari batu granit alam, bola tersebut memiliki diameter 1,2 meter, dengan berat total mencapai 15 ton. Keberadaannya yang kokoh sebagai simbol persinggahan, sebuah pengingat bahwa dalam perjalanan panjang, kita semua butuh jeda. Entah itu untuk buang hajat, minum kopi, atau sekadar menarik napas dalam, Rest Area KM 97 ini menjadi destinasi tersendiri bagi para pengendara mobil.
Menariknya, di sekitar bola juga terdapat beberapa patung anak laki-laki, menambah nilai artistik dan memperkaya pengalaman visual para pengunjungnya.
Rest Area KM 97 bukan hanya menyuguhkan ikon unik. Lokasinya yang berada di Desa Sadarkarya, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menjadikannya titik istirahat yang strategis di antara Bandung dan Jakarta. Fasilitasnya cukup lengkap, toilet bersih, masjid yang nyaman, deretan kedai makanan khas Sunda, kafe kekinian, toko oleh-oleh, hingga ATM dan toko pakaian. Suasana pegunungan yang segar menambah kenyamanan, ditambah pemandangan truk dan mobil yang lalu-lalang di kejauhan.
Kami pun tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen, berfoto berlatar bola raksasa sebagai oleh-oleh digital. Di tengah rasa lelah, tempat ini benar-benar menjadi penyegar semangat.
(Ket Foto: Berpose dibawah patung Bola Terbesar di Indonesia yang berdiri kokoh di tengah Rest Area KM97 Tol Cipularang/Dokumen Pribadi)
Setelah merasa cukup istirahat, buang hajat pun terpenuhi, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Cuaca mendung tipis menemani laju kendaraan yang kali ini terasa lebih lancar dan tenang.
Memasuki kawasan Senayan, suasana berubah. Di depan gerbang Gedung MPR/DPR, tampak sisa-sisa unjuk rasa mahasiswa yang sempat berlangsung sebelumnya. Spanduk setengah robek, cat semprot di aspal, dan beton besar pelindung gerbang Gedung MPR/DPR masih menjadi penghadang di sisi jalan. Polisi dalam hal ini BRIMOB masih berjaga-jaga meski suasananya telah kondusif, terlihat lebih santai. Beberapa dari mereka tampak bercengkerama sambil ngobrol bareng kolega, mungkin sama lelahnya dengan para demonstran yang kini telah membubarkan diri.
Pemandangan itu menjadi pengingat bahwa meski perjalanan kami berjalan mulus hari ini, di luar sana ada orang-orang yang terus berjuang dan bersuara. Kota ini memang tak pernah benar-benar tidur.
Menjelang siang, kami tiba di gerbang tol menuju Bandara Soekarno-Hatta. Pesawat yang lepas landas dan mendarat terlihat dari kejauhan. Jakarta kembali menampilkan dirinya, padat, dinamis, penuh cerita.
Namun bagi kami, perjalanan kali ini lebih dari sekadar berpindah tempat, menjadi pengingat akan pentingnya jeda, bahwa di sela-sela lelah dan rutinitas, ada hal-hal kecil, seperti bola granit raksasa di KM 97 yang bisa menghadirkan senyum, tawa, dan kenangan manis.