Prabowo: Menatap Masa Depan Indonesia dengan Semangat Persatuan dan Kemandirian

Gambar sampul Prabowo: Menatap Masa Depan Indonesia dengan Semangat Persatuan dan Kemandirian

Era berganti, tongkat estafet kepemimpinan berpindah. Dulu Jokowi, kini Prabowo pimpin Indonesia melangkah. Melanjutkan dari pendahulunya apa yang sudah baik dan memperbaiki yang kurang agar negeri ini segera berbenah.

Presiden Prabowo dalam pidato perdananya memilih pepatah "ikan busuk dari kepalanya" sebagai kritik terhadap kepemimpinan dan birokrasi yang korup. Ungkapan ini menekankan bahwa jika ada kerusakan atau masalah dalam sebuah sistem, sering kali sumbernya adalah dari pimpinan tertingginya. Ia percaya bahwa perubahan positif harus dimulai dari atas, dengan contoh yang baik dari pemimpin yang bersih dan tegas dalam menegakkan hukum.

Prabowo berkali-kali memilih kata ”Berani”. Berani melawan, berani bertindak, berani bersihkan korupsi. Berani mandiri, berdiri di atas kaki sendiri. Pangan, energi, air, semua kita miliki. Prabowo ingin negeri ini kuat dan disiplin. “Berani” adalah tekad, lebih dari kata. Maju dan hadapi tantangan ini bersama-sama.

Prabowo datang dengan tagline Persatuan. Kabinet jumbonya dianggap sebagai representasi inklusivitas dan keberagaman. Merangkul berbagai pihak untuk menyongsong era keemasan. Entah akan efektif atau justru menjadi beban tambahan. Tetapi jika tentang semangat persatuan dan kesatuan, sejarah membuktikan bahwa itu memang melekat erat pada sosok "Sang 08."

Prabowo datang dengan janji Kemandirian. Kedaulatan pangan adalah yang tersering digaungkan. Baginya penting agar urusan perut tak tergantung asing. Ancaman nyata di era perang dan pancaroba, semua negara mengutamakan pangan terpenuhi di negerinya. Sawah hingga ladang subur terbentang luas di seluruh penjuru Nusantara. Dengan hasil bumi dari tanah sendiri, Prabowo ingin Indonesia Berdikari.

Prabowo pula menghembuskan angin surga. Tentang kesejahteraan abdi negara yang masuk janji kampanyenya. Birokrasi bersih dan ASN/TNI/Polri yang sejahtera. Dalam masa kampanye, agaknya tersering kita mendengar Sang Jenderal berucap demikian. Bukan tentang siapa yang dipilih saat pencoblosan silam, namun saatnya janji itu ia tunaikan.

Namun jika gaji ASN naik tentu suara sumbang rakyat yang kelaparan akan semakin beringas. Di tengah kualitas pelayanan yang masih pas-pas. Belanja pegawai memang selalu jadi beban yang berat. Namun untuk sekira 4 juta ASN, jumlah itu terasa ketat. ASN level umbies, hidupnya jauh dari hedonisme. Gaji dan tunjangannya tak ada ruang untuk dia punya prestise. Beban negara mungkin terasa kian besar. Namun bagi ASN, kesejahteraan kadang samar. Di balik angka-angka yang sering diperdebatkan, ada para abdi negara yang hidup sederhana di garda terdepan.

Prabowo melihat solusi yang lebih berarti. Di tengah kebebasan fiskal yang tercekik dan anggaran yang sempit, Ia serukan langkah untuk naikkan pendapatan. "Tarik pulang dana yang ada di luar negeri, buat ekonomi kita bangkit berdiri." Ia berencana bangun iklim yang bersahabat, agar dana asing kembali untuk dapat menaikan pertumbuhan ekonomi. Dengan itu, fiskal kita bisa lebih leluasa, tak hanya terpaku pada belanja pegawai semata. Mimpi kemandirian makin dekat terasa. Indonesia Maju, Sejahtera Bersama. Setidaknya itu sedikit hal yang penulis baca dari bukunya beliau “Paradoks Indonesia dan Solusinya”.

Paradoks Indonesia dan Solusinya adalah karya tulisan Prabowo yang mengena. (https://bukuprabowo.com/wp-content/uploads/2023/08/PARADOKS-INDONESIA-WEB.pdf). Di negeri kaya raya, Zamrud di Khatulistiwa, Surga Kecil Jatuh di Bumi Nusantara, mengapa rakyatnya masih banyak yang merana? Prabowo bertanya dalam Paradoks Indonesia, dengan sumber daya alam yang melimpah, tetapi mengapa kita masih tergantung pada mereka? Maka, Paradoks Indonesia bukan sekadar kritik belaka, namun ajakan berbenah, bangkit bersama. Dengan solusi yang jelas dan penuh semangat, Prabowo tawarkan arah untuk Indonesia yang kuat.

Negeriku Merdeka sudah hamper sepuluh windu. Pemimpin berganti, zaman terus berlalu. Indonesia maju, penuh liku dan rindu. Harapan selalu dipupuk, Indonesia Emas jadi cita-cita bersama aku dan kamu.  (RnD)

(nyanyi dulu)

Tak terasa spuluh windu (merdeka), sudah engkau dipelukku;

Tak terasa spuluh windu (1945-2024), alangkah cepatnya waktu;

Tak terasa spuluh windu, rakus ku gali sumber daya alammu;

Tak terasa spuluh windu, tak bosan ku minta itu.

#NulisSembariDinas

Bagikan :
Tag :
-