Pertama Kali Kerja

Gambar sampul Pertama Kali Kerja

Saya ingat rasa yang timbul dalam dada waktu pertama kali masuk ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) ini, ada perasaan puas, senang, dan tidak menyangka, si anak fresh graduate ini bisa bekerja di tempat yang memang sesuai dengan keilmuannya dulu dan isu-isu perempuan dan anak menjadi isu yang diminati sejak duduk di bangku kuliah dahulu. 

10 tahun sudah saya bekerja di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian yang selalu dianggap aneh, atau dipandang sebelah mata kadang-kadang oleh sebagian orang karena tunjangan kinerjanya kecil.

Saya ingat tiap kali orang-orang bertanya apa nama kementerianku, beragam tanggapan kudapatkan seperti misalnya, ” wow keren dong, kerjanya sebagai pahlawan perempuan dan anak, tapi kok cuma perempuan dan anak aja yang diurusi, laki-lakinya gimana” atau seringkali ada yang salah menyebutkan nama menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menjadi nama Bu Risma ataupun Bu Puan, padahal jelas itu berbeda sekali,

Namun, 10 tahun di Kementerian ini, berbagai macam liku-liku kehidupan dan permasalahan perempuan dan anak menjadi pelajaran yang berharga bagi saya,

Kilas balik awal masuk, saya ditugaskan di bagian administrasi, jadi tidak terlalu mendalami dan terlibat lebih banyak terkait isu-isu perempuan dan anak,Pertama kali masuk juga, saya ditugaskan di bagian tata usaha, sehingga aku hanya sibuk berkutat dengan surat-surat yang masuk, namun dari semua surat-surat yang masuk tersebut, saya terkadang membaca apa isi subtansi surat tersebut dan  mulai memahami apa yang sedang dikerjakan oleh kementerian ini.

Hidupku berubah ketika di tahun 2020 aku dipindahkan sebagai di Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak sebagai Pekerja Sosial, Akhirnya untuk pertama kalinya merasakan kerja secara langsung berhadapan dengan isu-isu perlindungan anak dan perempuan. Walaupun seringkali tidak secara langsung dan intens berhadapan dengan kasus-kasus dan korban, namun pengalaman berkoordinasi antar stakeholder terkait pemenuhan pelayanan kepada korban menjadi tugas sehari-hari dan rutin yang harus saya lakukan.

 

Ada banyak hal yang dipelajari selama 4 (empat) tahun saya berhadapan dengan isu-isu ini, seringkali memang merasa lelah baik secara mental maupun fisik, apalagi menghadapi tuntutan dari  pelapor yang mengharapkan  bisa dilayani secepat mungkin, ataupun ingin permasalahannya cepat selesai, namun menghadapi permasalahan ataupun aduan dari masyarakat ini memang dibutuhkan kesabaran seluas samudera

Namun, dari pengalaman tersebut, saya sadar bahwa masalah perlindungan perempuan dan anak ini merupakan masalah yang serius, bukan hanya tanggung jawab dari satu kementerian/lembaga, tapi butuh kerja sama dari banyak pihak. 

Untuk dapat terjalin kerjasama yang baik pun, dibutuhkan kesadaran dan pemahaman dari para pengampu kebijakan tentang betapa urgensinya masalah perempuan dan anak di Indonesia. Ketimpangan sosial dan ekonomi, kondisi geografis Indonesia yang luas, dan keterbatasan anggaran yang dimiliki  menjadi tantangan bagi teman-teman penyedia layanan perlindungan perempuan dan anak baik di provinsi ataupun Kabupaten/Kota.

Terbersit dalam hati ini ingin bisa menolong mereka semua, tapi kemudian  saya sadar bahwa kemampuan dan jangkauan kekuatan ini terbatas, sehingga yang bisa saya lakukan adalah berusaha sebaik-baiknya untuk dapat bekerja sesuai tusi dan SOP yang ada. Hanya mantra ajaib ini yang selalu saya ucapkan dalam hati

"Kita lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dan Tuhan akan membuka jalan yang terbaik untuk kita"

#ASNPunyaCerita 

 

 

 

         

Bagikan :