Tahun 2019 menjadi tahun terberat saya karena harus pergi mengabdi jauh dari tempat kelahiran saya di Kabupaten Cianjur yang terpaut jarak lebih dari 2000 km dengan kondisi hamil muda dan tidak memiliki sanak saudara ke Provinsi Aceh. Saya dan suami tidak pernah menyesal dan sudah bertekad bahwa ini tugas negara serta harus siap ditempatkan di seluruh wilayah republik Indonesia.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh atau BKSDA Aceh berada di Provinsi Aceh, disinilah tempat saya mengabdi menjadi ASN selama 5 tahun lebih ini. Sejak diangkat menjadi CPNS pada tahun 2019, banyak suka duka dan pengalaman berharga yang saya dapatkan di tempat ini bahkan sampai sekarang.
Saya bertugas sebagai Penyuluh Kehutanan di wilayah kerja Seksi Konservasi Wialayah II, yang lokasi kantornya berada di Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Pada saat itu, saya adalah penyuluh kehutanan satu-satunya di BKSDA Aceh dan dari luar Provinsi Aceh. Saya bertugas di wilayah-wilayah atau desa-desa dekat Kawasan Suaka Margasatwa yang memiliki akses jalan yang sulit, bahkan jaringan sinyal operator seluler pun tidak ada serta menggunakan motor perahu kayu (Masyarakat di sini menyebutnya “robin”) sebagai alat transportasinya.
Pertama bertugas, saya harus mengetahui budaya dan karakteristik masyakarat sekitar Kawasan karena setiap wilayah atau daerah memiliki suku dan budaya yang berbeda-beda. Tantangan disaat pertama kalinya saya melakukan penyuluhan kepada Masyarakat sekitar Kawasan, banyak yang tidak menganggap karena melihat saya masih muda dan belum memiliki pengalaman sehingga mereka tidak yakin dengan apa yang saya sampaikan. Masyarakat sekitar Kawasan menganggap saya hanya akan mengganggu mata pencaharian mereka sebagai logger atau penebang kayu di dalam Kawasan suaka margasatwa.
Namun dengan adanya perlakuan Masyarakat seperti itu kepada saya, tidak menyurutkan semangat dan tujuan saya mengabdi untuk negeri demi menyelamatkan hutan tanpa harus berkonflik dengan masyakarat. Saya selalu mencari berbagai referensi baik dari jurnal, artikel, buku, maupun pengalaman dari senior-senior yang sudah lama berkecimpung di dunia penyuluh kehutanan untuk menambah wawasan dan pengetahuan demi tercapainya Masyarakat Sejahtera.
Sampai pada suatu hari saya diberikan kepercayaan oleh pimpinan untuk menjadi pendamping kelompok tani hutan di beberapa desa sekitar Kawasan suaka margasatwa. Walau hujan deras bahkan banjir melanda, saya tak gentar melaksanakan tugas karena masyakarat membutuhkan edukasi terkait pegelolaan kelompok tani hutan. Awal pertama saya memulai penyuluhan bertempat di aula desa, namun calon pengurus kelompok tani hutan dari masyarakat desa sekitar Kawasan yang datang hanya sedikit sehingga saya berinisiatif untuk melakukan door to door agar mereka mau mengikuti kegiatan tersebut. Tantangan terbesar dalam karir saya sebagai penyuluh adalah meyakinkan kepada Masyarakat bahwasanya ada kegiatan usaha yang bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus menjadi logger atau merusak hutan. Saya mencoba membagikan pengalaman dari senior-senior saya di penyuluh kehutanan tentang keberhasilan pengelolaan kelompok tani hutan dan pentingnya menjaga hutan atau Kawasan kepada Masyarakat dan pengurus kelompok tani hutan.
Setelah penyuluhan tersebut, pandangan masyarakat berubah. Banyak masyakarat berbondong-bondong ingin menjadi anggota kelompok tani hutan bahkan ada beberapa desa di luar Kawasan yang ingin memiliki kelompok tani hutan yang didampingi oleh instansi tempat saya bekerja. Selain melakukan penyuluhan kepada Masyarakat sekitar Kawasan, saya juga melakukan sosialisasi setiap bulan ke sekolah-sekolah terkait pentingnya menjaga ekosistem hutan, flora dan fauna yang dilindungi demi masa depan yang lebih baik. Dengan semangat dan kegigihan saya, membuat masyarakat percaya bahwa meskipun masih muda tapi saya bisa bekerja dan meyakini bahwa kelompok tani hutan bisa berhasil asalkan semua pihak saling berkoordinasi dan berkomunikasi sehingga terjalin kerjasama yang baik serta menghasilkan produk unggul yang bahkan bisa menembus pasar global. Selama 5 tahun lebih mengabdi menjadi penyuluh kehutanan, menjadikanku lebih memahami kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
Semangat berjuang pantang menyerah dan berdoa akan membuahkan hasil yang baik. Sekarang setelah 5 tahun lebih mengabdi sebagai penyuluh kehutanan, ada beberapa kelompok tani hutan yang sudah dibentuk dan berjalan serta bermitra dengan kelompok swadaya masyarakat lainnya. Masyarakat sekitar Kawasan juga sudah banyak yang beralih profesi dan tidak menjadi logger lagi, bahkan mereka menyesal karena telah merusak hutan yang berakibat buruk bagi kehidupan anak cucu dimasa depan. Saya percaya bahwa Allah SWT bisa membolak balikkan hati dan fikiran manusia yang asalnya merusak menjadi menjaga hutan. Kita sebagai manusia harus terus berusaha dan berdoa serta memberikan yang terbaik semampu kita namun tetap sesuai dengan prosedur yang ada. Pengalaman merupakan guru yang paling berharga dan itu membuat saya terus belajar dan selalu megamalkan ilmu yang didapat serta menjadi pribadi yang lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Tetap semangat untuk semua para penyuluh kehutanan di seluruh Indonesia. Pengabdian kita untuk masyarakat terkadang tidak selalu terlihat dan dihargai, namun itu akan menjadi bekal kita dalam menapaki kehidupan selanjutnya.
Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera.
#ASNPunyaCerita