Perbandingan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Lama vs Model Baru

Gambar sampul Perbandingan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Lama vs Model Baru

Abstrak

Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) merupakan instrumen strategis untuk mengukur capaian pembangunan pemuda secara nasional maupun daerah. Perubahan metodologi IPP dari model lama ke model baru membawa implikasi signifikan pada perhitungan, bobot indikator, serta sensitivitas hasil terhadap kondisi domain tertentu. Artikel ini bertujuan menganalisis perbedaan IPP lama (menggunakan 5 domain: Pendidikan, Kesehatan & Kesejahteraan, Lapangan Kerja, Partisipasi, Gender & Diskriminasi) dengan IPP model baru (6 domain dengan tambahan Digital serta perubahan bobot domain). Studi kasus dilakukan pada Provinsi Kepulauan Riau dan Sulawesi Tengah dengan simulasi berbasis data resmi IPP 2023 dan asumsi nilai domain yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model baru lebih sensitif terhadap perubahan skor Partisipasi dan Digital. IPP baru dapat lebih rendah dibanding IPP lama apabila skor Partisipasi dan Digital relatif rendah, namun akan lebih tinggi jika kedua domain tersebut diperkuat. Temuan ini menegaskan perlunya strategi kebijakan yang fokus pada peningkatan partisipasi pemuda dan literasi digital.

Pendahuluan

Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kemajuan pembangunan sektor kepemudaan. Sejak diperkenalkan, IPP berfungsi untuk:

  • memberikan gambaran objektif kualitas pembangunan pemuda;
  • menjadi instrumen perencanaan dan evaluasi kebijakan pemuda;
  • mendorong integrasi isu pemuda dalam pembangunan daerah.

Perubahan metodologi IPP terbaru mencakup penambahan domain Digital dan penyesuaian bobot domain. Hal ini bertujuan agar IPP lebih adaptif terhadap dinamika pembangunan era digital. Namun, perubahan ini juga berimplikasi pada nilai IPP daerah, terutama bila skor domain baru masih rendah.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan simulasi komparatif :

  1. IPP lama: rata-rata berbobot 5 domain (Pendidikan, Kesehatan, Lapangan Kerja, Partisipasi,Gender).
  2. IPP baru: rata-rata berbobot 6 domain (Pendidikan 17%, Kesehatan 17%, Lapangan Kerja 20%, Partisipasi 22%, Gender 17%, Digital7%).
  3. Studi kasus: Kepulauan Riau dan Sulawesi Tengah.
  4. Data : laporan IPP 2023 BPS dan asumsi nilai domain Digital.

Perbandingan dilakukan dengan menghitung nilai IPP lama vs baru, serta simulasi skenario variasi Partisipasi dan Digital.

Hasil dan Pembahasan

A. Sulawesi Tengah

B. Kepulauan Riau
  1. IPP lama (baseline): 54,00
  2. IPP baru (baseline): 53,62
  3. Selisih: −0,38 poin
  4. Simulasi menunjukkan kombinasi Digital dan Partisipasi tinggi mampu menaikkan IPP baru hingga +2 poin dibanding lama.
  1. IPP lama (baseline): 56,34
  2. IPP baru (baseline): 55,85
  3. Selisih: −0,49 poin
  4. Skenario menunjukkan kenaikan Digital dan Partisipasi meningkatkan IPP baru signifikan.

Perubahan bobot pada domain Partisipasi (dari 20% → 22%) dan penambahan Digital (7%) menjadikan IPP baru lebih sensitif terhadap faktor partisipasi sosial politik pemuda serta keterlibatan digital. Bagi daerah dengan partisipasi rendah, IPP baru cenderung lebih rendah. Sebaliknya, daerah dengan literasi digital tinggi akan lebih diuntungkan.

Kesimpulan

Perbandingan IPP lama dan baru menunjukkan adanya perbedaan nilai meski relatif kecil. Namun, IPP baru lebih menekankan pada aspek partisipasi pemuda dan kemampuan digital, sehingga strategi pembangunan pemuda daerah harus fokus pada dua aspek ini untuk meningkatkan skor IPP. Dengan demikian, model baru IPP tidak hanya menjadi alat ukur, tetapi juga instrumen kebijakan yang mendorong transformasi pembangunan pemuda sesuai tuntutan zaman.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2023). Indeks Pembangunan Pemuda 2023. BPS RI.
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. (2023). Laporan Tahunan Pembangunan Kepemudaan.
UNDP. (2022). Youth Development Index: Global Report.

Bagikan :