PERAWAT KANTORAN TETAPLAH SEORANG PERAWAT

Gambar sampul PERAWAT KANTORAN TETAPLAH SEORANG PERAWAT

Empat tahun sudah menjadi ASN di kantor ini. Perawat mutasi dari rumah sakit seolah olah menjelma menjadi wanita kantoran. Ceileh, wanita kantoran. Ya begitulah karirku terlihat dari luar kantorku.

Kantor Kesehatan Pelabuhan yang kini telah berganti nama menjadi Balai Kekarantinaan Kesehatan, begitu banyak mengajariku akan pengalaman berharga yang jarang kudapatkan sebelumnya. Siapa sangka aku bisa menjadi perawat di perkantoran. Tempat yang identik dengan meja kursi yang berjejeran pasangan layar dan keyboard yang dipenuhi manusia-manusia dengan segudang inovasi yang berlarian di kepalanya. Seperti inilah isi kepalaku ketika mendengar kata “kantor”.

Awal berada disini terbesit pikiran apa aku masih memiliki ilmu cekatan dan ketangkasan dalam dunia informasi teknologi? Lima hari kerja di depan komputer begini apa aku masih waras? Tapi tidak apa apa sih, toh juga weekend bisa jalan jalan kesana kemari. Ya begitulah pikiran polosku merajalela. Maklum, biasanya kerja menghadapi orang sakit dengan latar belakang dan penyakit yang berbeda-beda dengan pelayanan jam kerja shift.

Seminggu disini aku sudah mulai mempelajari kantor ini. Menjadi lebih mengetahui bahwa kerjaanku bukan hanya berdiam diri di kantor dengan menyelesaikan seabrek pekerjaan. Akan tetapi aku tetaplah seorang perawat. Memiliki pasien, memiliki pekerjaan dalam pelayanan kesehatan klinik, pemeriksaan kesehatan mobile, dan memiliki jadwal piket layanan di Pelabuhan Laut diakhir pekan. Selain itu aku harus ahli menaiki kapal berton-ton beratnya dalam rangka pemeriksaan kesehatan alat angkut.

Ternyata ada hal yang kulewatkan sejak kuliah dulu. Aku tidak tahu tentang adanya pekerjaan perawat kantoran ini. Sayang sekali bukan. Sekarang tugasku salah satunya harus bisa menyebarkan informasi bagaimana dunia pekerjaan seorang perawat kantoran ke calon-calon perawat kedepannya. Inilah sekilas cerita awal yang hebat menjadi perawat kantoran.

Saat ini telah memasuki suasana arus mudik lebaran. Salah satu waktu kerja yang sangat hectic bagi perawat kantoran. Hiruk pikuk suasana lebaran kali ini memanggilku akan kerinduanku pada kampung halaman. Semakin ramainya hiruk pikuk perjalanan ini semakin banyak juga kerjaan yang akan kuhadapi. Aku harus berjaga di pintu masuk Pelabuhan ini. Pintu keluar masuknya manusia yang bisa menjadi pintu keluar masuknya penyakit.

Lebaran orang sibuk silaturahim dengan keluarganya akupun sibuk untuk panjat memanjat kapal tanker dengan berat puluhan ribu ton. Pengecekan sanitasi kapal, pemeriksaan kesehatan kru kapal, dan pengecekan obat-obatan di kapal. Perjalanan yang harus ditempuh menuju kapal ini juga lumayan memakan waktu dan tenaga.

Panasnya cuaca di hari lebaran yang membuat gerah dan guyuran keringat membuatku ingin istirahat sebentar. Tak lengah kuraih kunci dan kunyalakan motor bebek kesayanganku ini. Pendamping setia yang mengiringiku pergi dan pulang kerja. Segera pulang ke rumah memanfaatkan waktu beberes diri seraya mengganti pakaian yang lebih bersih untuk berjaga lanjutan.

Deringan handphone membangunkanku dari lamunan, panggilan bahwa adanya penumpang yang cedera di pelabuhan kedatangan. Bergegas kuberlari meraih semua perlengkapan kerjaku menuju pelabuhan penumpang. Sesampainya disana sudah terlihat pasien dengan luka robekan di kepala yang sedang meringis kesakitan.

Robekan dengan panjang sekitar 7 cm dan kedalaman sekitar 1,5 cm itu sudah ditutup kassa dengan seorang sejawat dari instansi yang berbeda. Saat itu kami sedang berada di posko gabungan arus mudik pelabuhan laut. Kami putuskan untuk melakukan tindakan jahit (heacting) di luka kepalanya.

Laki-laki 22 tahun itu sedang sibuk berbicara ditelpon menunggu kedatangan adiknya yang menjemputnya dari pelabuhan kedatangan itu. Pria ini dari segi umur sudah bisa mengambil keputusan tapi beliau sangat takut dan khawatir akan sakitnya itu. Dia menunggu saudarinya untuk memberi keputusan dalam tindakan heacting ini.

Lima menit berselang dengan penjelasan yang kami berikan, laki-laki ini menyetujui untuk tindakan ini. Sat set sat set, kelihaian jari sejawat dalam menjahit robekan kepala lelaki ini, selesai sudah dengan 7 jahitan rapi dan segera ditutupi untuk menghindari terjadinya infeksi. Tindakan selesai berbarengan dengan kedatangan kapal penumpang terakhir di hari tersebut.

Sekali perawat tetaplah perawat. Mau di klinik, puskesmas, rumah sakit, atau bahkan kantor sekalipun, ketika mereka tahu profesi kita perawat maka semua hal yang berkaitan dengan layanan keperawatan selalu akan ada panggilan perawat. Inilah pentingnya dalam mengupdate ilmu-ilmu keprofesian kita.

Bagikan :