Menghadapi dinamika modernisasi dan perubahan sosial yang terus berkembang, mental health atau kesehatan mental telah menjadi isu kesehatan yang semakin penting. Kesadaran para Aparatur Sipil Negara (ASN) mengenai kesehatan mental masih sangat perlu ditingkatkan dan diperbaiki pemahamannya. Rendahnya kesadaran tersebut bisa menjadi pemicu timbulnya stigma buruk pada masalah kesehatan mental. Pengertian kesehatan mental itu sendiri menurut WHO adalah keadaan sejahtera dimana seseorang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, muncul tren di media sosial dan budaya populer bagi kebanyakan kaum milenial yang menggambarkan kesehatan mental sebagai sesuatu yang estetis, glamour, diidolakan, dan bahkan dianggap lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang sebenarnya. Di balik kilauan estetis yang menarik, ada konsekuensi serius dari romantisasi kesehatan mental yang seringkali diabaikan. Mengingat sudah banyak kaum milenial yang menjadi ASN, hal tersebut seharusnya juga menjadi pendorong untuk peningkatan kesadaran kesehatan mental.
Gambaran ASN sebagai salah satu pekerja yang rentan akan kesehatan mental dapat dilihat dari berbagai studi yang telah dilakukan. Suherndarlan, L., Jumiati, I.E., Yulianti, R., Maulana, D. (2022) mengutip beberapa penelitian yang menunjukan gambaran stres kerja yang dialami oleh ASN di beberapa instansi Pemerintah Daerah. Studi yang dikutip menunjukan bahwa stres kerja ASN di Dinas Pendidikan Kota Cilegon, dengan hasil sebanyak 22 orang ASN (30,1%) mengalami stres sangat berat dan stres berat. Sedangkan studi di Dinas Kesehatan Kota Manado diperoleh sebanyak 27,7% pegawai mengalami stres kerja rendah dan 72,3% mengalami stres kerja sedang. Kesehatan mental bukan hanya masalah individu, hal tersebut juga memiliki dampak yang signifikan pada pengembangan talenta ASN di lingkungan kerja. Contohnya, kesehatan mental yang baik secara langsung akan berkontribusi pada produktivitas dan kinerja ASN. ASN yang mengalami kesehatan mental yang buruk cenderung mengalami penurunan konsentrasi, motivasi, dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan efisien.
Bagaimana kesadaran dan kesejahteraan mental berkontribusi pada pengembangan talenta ASN? Apa impilkasinya terhadap efisiensi dan kualitas pelayanan pemerintah? Mari kita bahas lebih lanjut.
Pengembangan talenta ASN di Indonesia tidak hanya tentang memperkuat keterampilan dan kompetensi, tetapi juga tentang memberdayakan individu untuk mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik. Kesehatan mental yang baik adalah pondasi penting dalam pengembangan talenta pegawai yang berhasil. Dengan mengintegrasikan kesadaran akan kesehatan mental ke dalam program pengembangan talenta, Indonesia dapat membangun ASN yang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga sehat secara mental, membawa manfaat besar bagi efisiensi dan kualitas layanan pemerintah secara keseluruhan.
Sumber: