FORKESTRA adalah serangkaian kegiatan festival ekonomi yang diinisiasi oleh KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara dengan tujuan menjadi wadah penyebaran informasi bagi para pemangku kebijakan utama di Sulawesi Tenggara. Forum ini berfungsi sebagai tempat untuk membahas kondisi perekonomian di Sulawesi Tenggara, isu-isu strategis ekonomi, serta rekomendasi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan di tingkat regional maupun nasional.
Selain itu, melalui forum ini, KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya membangun pola pikir masyarakat yang berlandaskan riset. Upaya ini diwujudkan melalui kompetisi penulisan opini ilmiah yang bertujuan memberikan wawasan tentang permasalahan mendasar dan menawarkan solusi-solusi yang inovatif dan aplikatif. Pendekatan ini didasarkan pada kerangka pikir yang telah teruji, praktik terbaik, pembelajaran dari pengalaman sebelumnya, dan relevansi implementasi di Sulawesi Tenggara.
Salah satu peserta kompetisi opini ilmiah Forkestra adalah Sdr. Wisnu Adi Agung Nugroho dan Sdr. Ridson Al Farizal P. dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Tema yang mereka angkat adalah terkait peran aglomerasi atau pemusatan kegiatan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini sejalan dengan tema umum kegiatan Forkestra yakni "Memperkuat Potensi dan Konektivitas Antar Daerah Melalui Aglomerasi Industri Pengolahan dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara yang Berkelanjutan".
Sulawesi Tenggara adalah provinsi yang berperan sebagai sentral dan pintu masuk perekonomian pada provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sektor pertanian dan pertambangan yang unggul di Kawasan Timur Indonesia. Posisi yang strategis serta kekayaan sumber daya yang melimpah membuat potensi pada sektor ini masih bisa lebih memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian apabila disertai dengan kebijakan dan pengelolaan yang baik.
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan pertambangan adalah dengan adanya pembangunan berorientasi spasial sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing. Menurut (Kuncoro, 2005), pembangunan sektor perekonomian dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan berorientasi spasial yang merupakan salah satu faktor kunci yang dapat mendukung pemerintah pusat maupun daerah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan. Pembangunan wilayah berdasarkan konsep tata ruang ini sangat penting dalam studi pengembangan wilayah, salah satu analisis yang dapat memetakan konsentrasi wilayah pada sektor tertentu adalah dengan melakukan analisis aglomerasi.
Aglomerasi atau pemusatan kegiatan perekonomian adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan lapangan pekerjaan. Keuntungan lain dari aglomerasi adalah meningkatnya produktivitas dan pendapatan, menarik sumber investasi baru, menginisiasi perkembangan teknologi, serta memiliki tenaga kerja dengan kualitas kerja yang baik
Pengukuran aglomerasi adalah dengan menggunakan Indeks Hoover Balasa. Indeks yang akan dibentuk adalah Indeks Aglomerasi Pertanian dan Indeks Aglomerasi Pertambangan. Dengan melihat konsentrasi kegiatan perekonomian, diharapkan dapat membuat kebijakan menjadi lebih spesifik terarah ke wilayah-wilayah yang potensial dan memiliki konsentrasi tinggi.
Berdasarkan indeks Hoover Balassa pertambangan, daerah yang terspesialisasi industri pertambangan di Sulawesi Tenggara adalah Kabupaten Buton Tengah, Konawe Utara, dan Konawe. Nilai indeks Hoover Balassa yang tidak jauh berbeda menunjukkan bawah daerah-daerah tersebut memiliki konsentrasi industri pengolahan yang tidak jauh berbeda. Kondisi berbeda terjadi pada indeks Hoover Balassa pertanian. Daerah yang terspesialisasi pertanian di Sulawesi Tenggara adalah Kabupaten Kolaka Utara, Kolaka Timur dan Kolaka. Namun spesialisasi yang sangat tinggi terjadi pada Kabupaten Kolaka Utara. Kondisi tersebut mengindikasikan sebagian besar hasil pertanian di Sulawesi Tenggara berasal dari Kabupaten Kolaka Utara.
Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aglomerasi di Provinsi Sulawesi Tenggara masih memasuki tahap awal. Hal ini terlihat dari konsentrasi aglomerasi yang masih moderat atau memiliki nilai disekitar 1 - 2. Namun, dengan kebijakan yang lebih spesifik mengacu pada Kabupaten/Kota potensial, seperti pembukaan lapangan pekerjaan, penambahan investasi dalam negeri, serta perbaikan kualitas pertanian dan pertambangan akan memacu pertumbuhan perekonomian dan mengarahkan setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki ciri khas perekonomian serta secara komprehensif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara secara berkelanjutan.