PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL

Gambar sampul PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL

Oleh.

Muhammad Ali Efendi, M.Si (Staf Pengajar MTSN 11 Blitar)

Karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter atau akhlak mulia harus dibangun, sedini mungkin. Membangun akhlak mulia salah satunya melalui jalur pendidikan. Pendidikan bisa dilakukan dimana saja, tidak hanya di sekolah atau madrasah, tetapi juga di rumah (keluarga), maupun di masyarakat.

Penguatan pendidikan moral ( moral education ) atau pendidikan karakter (character education ) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, rujukan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diselesaikan secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter (Nata, 2003). Pendidikan karakter menjadi sesuatu yang penting untuk membentuk generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk membimbing seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu memfilter pengaruh yang tidak baik.

Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan “Pentingnya Pendidikan Karakter”. Karakter merupakan cerminan kepribadian secara keseluruhan dari seseorang, mencakup mentalitas, sikap dan perilaku. Pembelajaran tentang tata-krama, santun santun, dan adat-istiadat, menjadikan seseorang dapat disebut berkepribadian baik atau tidak baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil agar dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.

Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan pengintegrasian antara kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Tujuan pendidikan karakter ini yaitu untuk membantu anak-anak dan remaja agar memiliki sifat peduli dan jujur, berpendirian, bertanggung jawab, berjiwa pemimpin, berjiwa mandiri, kreatif dan berwawasan luas.

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkannya kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan, cerdas, pandai, dan beriman. Dalam taraf yang sederhana, orang tua tidak ingin anaknya lemah, sakit-sakitan, penganguran, bodoh dan nakal. Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi mejadi pendidik pertama dan utama.  Oleh karena itu, mau tidak mau mereka harus menjadi penanggung jawab pertama dan utama. Kaidah ini diakui oleh semua agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia.

Orang tua harus dapat menjadi penuntun dan contoh nyata bagi anak-anak kita. Darii sebuah keluarga, seorang anak akan melihat bagaimana orang tuanya berdoa, berpuasa, membaca al-quran. Pernahkah kita sebagai orang tua mengajak anak-anak kita untuk sholat berjamaah, berpuasa, membaca al-quran atau setidak-tidaknya bisa menjadi contoh baik anak-anak kita?. Orangtua harus bisa menjadi contoh baik bagi anaknya. Orangtua harus bisa membiasakan (habituasi) karakter mulia terhadap anak-anaknya. Contohnya dengan membiasakan anak membaca Al qur'an pada jam-jam tertentu, ketika berangkat ke sekolah anak harus mencium tangan orang tua, sebelum melakukan aktifitas berdoa dan sebagainya.

Islam memandang pentingnya peran keluarga dalam menentukan kepribadian anak, sebagaimana di dalam hadis Rasulullah saw. “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

Peran sekolah dalam hal ini guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Guru, sebagai sosok yang digugu dan ditiru, mempunyai peran penting. Pentingnya guru dalam mengembangkan nilai-nilai karakter merupakan hal yang tidak terbantahkan lagi. Nilai-nilai yang dibutuhkan dalam pendidikan karakter sebaiknya menyatu dalam diri seorang pendidik agar sebagai seorang pendidik dapat menjadi “model” atau “tauladan” sebagai orang yang memiliki karakter. Ibaratnya pendidik adalah sebuah “lilin”, maka pendidik akan gagal menghidupkan “lilin orang lain/anak didik”, artinya pendidik akan mengalami kesulitan membentuk generasi yang berkarakter, jika pendidik belum menjadi manusia berkarakter juga. Artinya guru harus bisa menjadi contoh yang baik baik siswa-siswinya.

Masyarakat memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam pendidikan karakter. Karena anak akan belajar dari lingkungan terdekatnya, maka seluruh elemen masyarakat harus mampu menciptakan sebuah lingkungan yang positif demi menumbuhkan kembangnya karakter anak yang positif pula. Apabila orang tua dengan segala kesibukan dan keterbatasannya tidak mampu memberikan pendidikan yang baik di rumah, maka orang tua wajib memberikan sekolah yang terbaik agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang terbaik pula.

Selain itu, orang tua juga wajib memilih lingkungan di mana mereka tinggal secara resonansi, karena lingkungan memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian seorang anak. Peran ketiga di atas sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang, oleh karena itu harus ada sinergi antara peran guru, sekolah, dan masyarakat demi terpeliharanya karakter dan kepribadian yang positif dari putra-putri kita.

 Karakter atau akhlak mulia yang harus ditanamkan sedini mungkin tidak hanya di sekolah atau madrasah, tetapi juga di rumah (keluarga), maupun di masyarakat. Untuk menanamkan pendidikan karakter mulia maka tidak ada cara lain yang lebih tepat yaitu pembudayaan (habituasi) dan pentauladanan dari semua pihak baik orangtua, guru ataupun masyarakat.

Bagikan :