Dengan posisi duduk bersila diatas pance yang terbuat dari anyaman bambu, Saya dan Roni berbagi cerita tentang tantangan yang dialami selama bertugas menjadi Penyuluh Perikanan.
Sosok Penyuluh Perikanan
Langkahnya yang lebar tampak gigih menyusuri kampung Seberang Ulu I. Kala sengatan matahari siang tegak lurus diatas kepalanya, Roni mantap menghampiri Outlet Pempek dan Kerupuk Rizky milik Bu Yanti yang telah dibina selama 10 tahun lebih.
Roni telah menekuni profesi sebagai Penyuluh Perikanan Bantu (honorer) sejak tahun 2010 ketika menginjak usia 23 tahun. “Awalnya saya sempat mendapat perlakuan buruk dari pelaku usaha yang saya bina. Saya sempat ditampar gara-gara gak ontime dan pernah dianggap calo perihal pengajuan bantuan,” bebernya santai sambil tersenyum ramah.
“Indonesia memiliki karakter masyarakat yang beragam, tingkat pendidikannya juga berbeda, menghadapi masyarakat di lapangan tentu butuh seni dan keahlian,” tambahnya.
Beragamnya karakter manusia yang harus dihadapi di lapangan menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan penyuluhan. Menurut Roni, seorang Penyuluh Perikanan hendaknya berwawasan tinggi, fleksibel serta harus memiliki jiwa sebagai seorang penyuluh.
Tantangan Penyuluh Perikanan
Mula menjalani profesi, Roni beserta rekan sejawat menyusuri kampung di sepanjang Sungai Musi, singgah dari satu warung ke warung yang lainnya melakukan pendataan lalu kemudian memetakan UMKM menjadi beberapa calon kelompok atau pelaku usaha yang diprediksi membutuhkan bantuan dan pembinaan di bidang perikanan.
Pada tahun pertama karirnya dimulai, Roni mengaku kuwalahan dalam membina kelompok di Kota Palembang dengan luasan daerah yang mencapai 400.61 km2, dengan segala keterbatasan yang ada rasanya sulit sekali membagi waktu dengan luasnya wilayah binaan sementara jumlah petugas Penyuluh Perikanan yang tersedia saat itu hanya berjumlah 4 orang saja. Sekarang pun sama, disaat jumlah petugas Penyuluh Perikanan berjumlah 14 orang dirasa masih minim untuk dapat mengcover kegiatan penyuluhan perikanan di Kota Palembang meliputi 18 kecamatan dengan 107 kelurahan.
“Kami masih bersyukur, rekan Saya di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) bahkan hanya memiliki 3 orang Penyuluh Perikanan Bantu untuk menyuluh 5 kecamatan dan 6 kelurahan, belum ada PNS nya,” ungkap Roni greget.
Ia mengatakan terdapat banyak sekali kendala masyarakat atau UMKM dalam mengembangkan usahanya, diantaranya yaitu minimnya akses permodalan, belum mampu melakukan manajemen usaha dengan baik, minimnya informasi administrasi terkait proses pengusulan perizinan usaha, minim promosi, lemahnya kemampuan dalam membranding suatu produk, serta kurangnya inovasi teknologi membuat Roni beserta Penyuluh Perikanan lainnya memutar otak meningkatkan kompetensi diri agar dapat membina pelaku usaha dengan baik.
Motivasi Menyuluh
Roni menambahkan banyak suka dan duka yang dialami ketika menekuni profesi ini. Bagi Roni, motivasinya dalam menyuluh adalah membagi ilmu, menjalin silaturahmi, menolong sesama serta mengejar amal jariyah. “Alhamdulillah, Saya bangga menjadi Penyuluh Perikanan,” ucap syukurnya disela perbincangan.
Roni mengungkapkan menjadi suatu kebanggan tersendiri dapat melihat UMKM yang telah di bina bertumbuh menjadi sukses serta mampu melakukan export secara mandiri. UMKM Pempek dan Kerupuk Rizky misalnya. Dalam proses pembinaan, UMKM Pempek dan Kerupuk Rizky mulai menata administrasi usaha dari data pemilik usaha hingga data produksi yang terdiri atas asal usul bahan baku, ketersediaan bahan baku, jumlah bahan baku, proses produksi, jumlah produksi, daerah pemasaran, serta hasil usaha. Setidaknya sudah 685 kg pempek berbahan baku putak yang telah berhasil di ekspor ke Negara Singapura dalam dua tahun terakhir ini.
Seiring berjalannya waktu, usaha UMKM Pempek dan Kerupuk Rizky tetap mendapatkan pembinaan mengenai proses pengolahan yang menganut prinsip sanitasi dan higienisasi, mengikuti alur proses sistem rantai dingin, mengikuti pameran lingkup perikanan baik di dalam kota atau luar daerah.
“Usaha Saya berkembang berkat binaan Dek Roni Penyuluh Perikanan Bantu di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Roni merupakan Penyuluh Perikanan Bantu yang profesional dan bertanggung jawab. Walaupun sudah 10 tahun, Saya tetap mendapatkan pembinaan dan penyuluhan. Dicarikan berbagai bantuan permodalan dan sapras, diajarin bagaimana bekerjasama dengan mitra, ikut macam-macam pelatihan, juga diajarin bagaimana berdaya saing dengan ikut berbagai lomba dan inovasi,” pungkas Bu Yanti pemilik UMKM Pempek dan Kerupuk Rizky dengan semangat.
Selain itu, keberhasilan ini tidak lain dan tidak bukan berasal dari ridha dan ketetapan Tuhan, lelaki 34 tahun itu merendah. “Saya selalu melibatkan Allah dalam setiap prosesnya,” tambahnya di akhir perbincangan.
Memiliki MOTTO “hidup harus bermanfaat untuk orang lain” menjadikan Roni ikhlas dan sabar dalam mengemban amanah sebagai seorang Penyuluh Perikanan.
Terselip harapan agar Penyuluh Perikanan Bantu (honorer) segera mendapatkan perhatian lebih serius dari pemerintah terkait status mereka yang telah mengabdi lebih dari 10 tahun ini, karena dengan sektor perikanan Indonesia yang begitu luas, Indonesia membutuhkan banyak Penyuluh Perikanan yang handal untuk meningkatkan perekonomian masyarakat terutama pelaku usaha dibidang perikanan. Dengan pengharapan, kedepannya mendapatkan keseimbangan dalam hal kesejahteraan dan kepastian karir dalam menjalankan amanah berat ini.
#KompetisiArtikel #KompetisiMenulis #SembariDinas #AbdiMuda #KompetisiASN #LombaASN #MenulisdiSembariDinas #ASNPunyaCerita #PasangSurutSemangatPenyuluhPerikananBantu