Mamasa – Diundang sebagai Narasumber dan pengajar di Pelatihan Pemandu Wisata Lokal Taman Nasional Gandang Dewata (TNGD) di Mamasa akhir Mei lalu, aktivis lingkungan Anis Kurniawan mengajak para pemandu bergerak dengan hati sebagai “pemandu semesta”.
Pelatihan yang digelar Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan tersebut diikuti 30 pemandu wisata lokal. Sebagian besar pemandu sudah tersertifikasi profesional dan berpengalaman memandu wisatawan.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan menfokuskan pelatihan pada kemampuan pemandu dalam melakukan interpretasi potensi keanekaragaman hayati khususnya yang ada di TNGD. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kecakapan pemandu dalam membagikan informasi menarik pada wisatawan.
Kemampuan komunikasi yang baik tidak hanya efektif mempromosikan kekayaan alam di Taman Nasional, tetapi juga mendorong pengembangan wisata alam.
Di hadapan peserta pelatihan, Anis Kurniawan menekankan pentingnya mengkoneksikan antara informasi berbasis literatur ilmiah dengan pengetahuan lokal masyarakat.
“Di Taman Nasional Gandang Dewata sangat kaya akan ragam jenis flora khas. Sebagian besar diantaranya sangat akrab dengan masyarakat lokal. Bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan obat-obatan bahkan bahan makanan,” kata kandidat Doktor Ilmu Lingkungan Unhas ini.
Menurutnya pengetahuan lokal tersebut telah menjadi warisan leluhur yang perlu terus dijaga dan diwariskan. Pengetahuan lokal akan sangat berguna bagi pelestarian keanekaragaman hayati.
“Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan langsung dengan hutan, pengetahuan dan pengalaman membawa mereka hidup harmonis dengan alam. Masyarakat misalnya memberi nama-nama lokal untuk satu spesies tertentu lengkap dengan cerita historisnya. Informasi semacam ini sangatlah disukai oleh wisatawan.
Oleh sebab itu, jelas Anis, para pemandu harus dapat menjelaskan dengan baik. Informasi berharga tersebut akan dibawa pulang sebagai ole-oleh otentik.
“Di sinilah peran pemandu. Jadi, wisatawan tidak hanya datang menikmati eksotika alam tetapi juga menyerap pengetahuan. Pariwisata semacam ini akan menumbuhkan kesadaran ekologis bagi pengunjungnya agar mencinta dan melestarikan lingkungan. Itulah semangat utama dari terminology eco-wisata,” tambah Anis.
Selain menguatkan pengetahuan lokal. Peserta juga diberi pendalaman mengenai praktik-praktik komunikasi yang efektif dan bersahabat. Anis Kurniawan memperkenalkan tentang praktik membuka hati seluas-luasnya.
“Pertama, profesi sebagai pemandu wisata harus dimaknai lebih dari sekadar profesi. Harus punya kesadaran sebagai pemandu semesta yakni memandu orang-orang untuk melihat semesta sebagai elemen yang setara dengan manusia. Dengan demikian, harus diperlakukan dengan baik dan penuh cinta,” pungkasnya.
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Ichsan Mamasa ini juga dirangkaikan dengan praktik langsung di lapangan. Seluruh peserta diminta mengidentifikasi jenis flora dan mendalami cerita-cerita dibaliknya. Lalu, mengolahnya sebagai informasi penting dengan pola komunikasi yang menawan.