Motivasi adalah unsur penting dalam setiap organisasi, terutama dalam konteks jabatan manajerial di Aparatur Sipil Negara (ASN). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 tentang ASN mengklasifikasikan jabatan ASN menjadi dua kategori utama: jabatan manajerial dan jabatan nonmanajerial. Peran jabatan manajerial tidak hanya mengelola, tetapi juga memotivasi dan mengembangkan pegawai ASN, sehingga mampu mengambil keputusan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang produktif dan efektif. Sedangkan jabatan nonmanajerial mencakup jabatan fungsional dan jabatan pelaksana.
Kata motivasi berasal dari kata kerja Latin movere yang berarti 'menggerakkan'. Apa yang menggerakkan seseorang untuk membuat pilihan tertentu, untuk terlibat dalam tindakan, untuk mengeluarkan upaya dan bertahan dalam tindakan.
Peran Jabatan Manajerial dalam Memotivasi Pegawai
Jabatan manajerial dalam ASN meliputi berbagai tingkatan, termasuk jabatan pimpinan tinggi utama, madya, pratama, administrator, dan pengawas. Jabatan-jabatan ini memainkan peran penting dalam memotivasi pegawai ASN dengan menyediakan kepemimpinan, visi, dan inspirasi. Sebagai contoh, seorang pimpinan tinggi bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan dan mengarahkan tim menuju pencapaian tujuan organisasi.
Peran pimpinan dalam memotivasi pegawai sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan dan kinerja. Di bawah Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan ASN, jabatan pimpinan tinggi memiliki tugas untuk memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN pada instansi pemerintah. Mereka melakukan ini melalui kepeloporan dalam berbagai bidang, pengembangan kerja sama dengan instansi lain, dan keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN serta kode etik dan perilaku ASN.
Keterlibatan Pegawai dan Motivasi
Keterlibatan pegawai sangat dipengaruhi oleh motivasi yang diberikan oleh pimpinan. Keterlibatan yang tinggi dapat meningkatkan kreativitas, kolaborasi, dan kinerja organisasi. Untuk mencapai tingkat keterlibatan yang optimal, pimpinan perlu memastikan bahwa pegawai memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dan berkembang.
Harvard Business Review menyebutkan tiga kebutuhan psikologis universal yang berkontribusi pada keterlibatan pegawai: otonomi, keterkaitan, dan kompetensi. Ketika pimpinan memberikan otonomi kepada pegawai, mereka merasa memiliki kendali dan kebebasan dalam pekerjaan mereka. Keterkaitan mengacu pada perasaan terhubung dengan rekan kerja dan berkontribusi pada tujuan yang lebih besar, sementara kompetensi adalah kebutuhan untuk merasa efektif dan mampu mengatasi tantangan. Pimpinan yang mampu memenuhi ketiga kebutuhan ini akan berhasil memotivasi pegawai dan meningkatkan keterlibatan mereka.
Teknik Motivasi dalam Jabatan Manajerial
Pimpinan dalam jabatan manajerial dapat menggunakan berbagai teknik motivasi, seperti memberikan pelatihan dan umpan balik konstruktif, serta menjadi contoh dalam tindakan dan etika. Selain itu, mereka juga bisa memotivasi pegawai dengan mendukung inisiatif yang berkontribusi lebih, membantu rekan kerja, memperkenalkan ide-ide baru, dan mengikuti proyek-proyek inovatif.
Menurut Harvard Business Review, ada tiga cara yang efektif untuk memotivasi pegawai:
Pimpinan dalam jabatan manajerial harus menciptakan kondisi yang memungkinkan keterlibatan ini tumbuh, baik di tingkat tim maupun di seluruh organisasi. Melalui kepemimpinan yang kuat dan motivasi untuk mencapai lebih, organisasi ASN dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya.
Motivasi yang tinggi juga berperan dalam menciptakan kepemimpinan yang kuat. Pemimpin yang termotivasi cenderung mendorong pencapaian di luar ekspektasi, baik dari diri mereka sendiri maupun dari tim mereka. Dengan demikian, peran pimpinan dalam memotivasi pegawai menjadi sangat penting untuk keberhasilan organisasi dan mencapai tujuan bersama.
Pada akhirnya, motivasi merupakan inti dari keterlibatan pegawai dan kesuksesan organisasi. Pimpinan dalam jabatan manajerial memiliki tanggung jawab besar untuk membangun lingkungan yang mendorong motivasi, dengan memberikan inspirasi, dukungan, dan bimbingan kepada pegawai ASN. Ketika motivasi dijadikan prioritas, organisasi dapat mencapai produktivitas yang berkelanjutan dan menciptakan budaya kerja yang positif. Dengan demikian, para pimpinan harus selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan psikologis pegawai dan memastikan bahwa mereka merasa dihargai dan didukung dalam menjalankan tugas-tugasnya. Upaya ini tidak hanya berdampak positif pada kinerja organisasi, tetapi juga pada kesejahteraan dan kepuasan pegawai itu sendiri.
#ASNPunyaCerita