Apa pentingnya investasi bagi ASN, ketika penghasilan sudah rutin diterima tiap bulan? Bukan sekadar gaji atau remunerasi, tetapi juga ragam penghasilan lain yang sah dan diizinkan oleh regulasi.
Berinvestasi menurut KBBI berarti bertanam modal/uang dengan tujuan memperoleh keuntungan. Dengan kata lain, berinvestasi merupakan upaya menumbuh kembangkan modal yang dimiliki saat ini untuk bisa dinikmati di masa mendatang.
Bila tujuannya untuk masa depan, mengapa tidak menabung uang di bank saja? Bukankah lebih aman dan terjamin? Sementara berinvestasi, jelas ada potensi risiko merugi?
Robert Kiyosaki, seorang investor tenar dari Amerika Serikat, sekaligus penulis banyak buku “best seller”, tegas mengatakan bahwa orang yang menabung di bank adalah pecundang.
Lo Kheng Hong, investor saham sukses di tanah air juga selalu mengatakan, orang yang hanya menabung di bank sebenarnya tanpa sadar sudah menjadikan dirinya miskin pelan-pelan.
Bila tujuannya sekadar mendapatkan keamanan dan kenyamanan, mungkin benar menabung di bank merupakan pilihan. Namun jangan pernah bermimpi, uang yang kita tabung akan bisa bertumbuh nilainya di masa mendatang. Justru sebaliknya. Nilainya pasti akan berkurang oleh karena beragam pembayaran biaya dan potongan.
Selain itu, jangan lupakan “hantu” yang bernama inflasi. Katakanlah hari ini, kita menabung uang di bank sebesar sepuluh juta rupiah dan tidak pernah diganggu sedikit pun.
Pertanyaannya, sepuluh tahun kemudian, berapakah nilai uang yang ada di dalam tabungan tersebut? Apakah nilai uang sepuluh juta rupiah hari ini akan sama nilainya di sepuluh tahun mendatang? Pasti kita sudah tahu jawabannya.
Ilustrasi sederhananya, hari ini dengan modal uang dua puluh ribu rupiah barangkali kita masih bisa menikmati semangkuk bakso lengkap dengan minuman dingin. Tapi sepuluh tahun mendatang, apakah kita masih bisa melakukannya?
ASN Perlu berinvestasi
Berinvestasi bisa juga diartikan sebagai upaya kita dalam mempersiapkan masa depan, atau bagi para ASN, yaitu pensiun. Tidak mungkin selamanya kita akan terus bekerja, bukan? Masa bakti seorang ASN jelas sudah diatur dan dibatasi oleh aturan perundang-undangan.
Apakah kita cukup puas dengan gaji pensiun yang memang mungkin masih akan diterima secara rutin? Ataukah sebenarnya masih ada opsi lain yang lebih baik untuk dilakukan agar kita bisa menikmati masa-masa pensiun dengan lebih tenang dan nyaman.
Pertanyaan berikutnya, apakah bentuk investasi yang terbaik mengingat investasi mengandung potensi risiko?
Bicara soal risiko, semua instrumen investasi apapun namanya memang pasti mengandung potensi risiko. Investasi properti, emas, obligasi, reksadana, saham hingga crypto, semua punya risiko.
Adagium yang cukup terkenal di dunia investasi, “high risk, high return”. Bila kita berharap keuntungan yang besar, bersiap jugalah dengan risiko yang besar. Demikian sebaliknya.
Satu hal yang pasti, jika ada tawaran produk berkedok investasi yang menjanjikan keuntungan besar sampai tak masuk di akal ditambah lagi ada iming-iming bebas risiko, justru kita harus lebih berhati-hati. Jangan-jangan kita sedang berhadapan dengan modus penipuan.
Namun sebaliknya, kita jangan lupa bahwa banyak orang juga sudah merasakan manfaat berinvestasi. Orang-orang kaya juga selalu menasihatkan kita untuk berinvestasi.
Lo Kheng Hong menjadi panutan banyak investor saham di tanah air karena kisah suksesnya yang bisa meraih keuntungan ratusan, ribuan hingga puluhan ribu persen dari investasi saham. Kisah sukses itu bahkan dilakukannya bukan sesekali, melainkan berkali-kali. Tak heran jika saat ini, Pak Lo diprediksi sudah punya kekayaan triliunan rupiah.
Ia sering berkisah, investasi lah yang memungkinkannya bisa “pensiun dini” dari pekerjaannya. Pak Lo awalnya merupakan seorang pegawai rendahan tamatan SMA di salah satu bank swasta. Sembari bekerja, ia berhasil meraih gelar sarjana dari kampus yang “tak bernama”.
Ia sering berkelakar, meskipun tidak lulus dari perguruan tinggi ternama, namun ia ternyata bisa menjadi lebih kaya dari 90 persen lulusan Universitas Harvard sekalipun.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, investasi apakah yang terbaik? Para penasihat investasi selalu menjawab, investasi terbaik adalah investasi “leher ke atas” alias ke diri sendiri.
Wujudnya adalah, kita harus belajar terlebih dulu tentang investasi entah secara mandiri atau melalui orang lain sebelum memutuskan terjun berinvestasi sehingga kita menjadi melek dan benar-benar paham potensi keuntungan maupun risikonya.
Pada akhirnya, pemahaman dan pengenalan terhadap diri sendiri lah yang akan menuntun kita pada keputusan-keputusan penting dalam berinvestasi. Satu instrumen investasi barangkali cocok untuk orang lain, tapi belum tentu cocok juga untuk kita.
Kembali lagi bergantung pada kesiapan dan kesediaan masing-masing untuk menghadapi potensi risikonya. Hal yang paling berbahaya, ketika berani berinvestasi hanya bermodal ikut-ikutan, nekat atau mengandalkan keberuntungan.
Orang-orang seperti inilah yang paling potensial menjadi korban entah penipuan atau investasi bodong.
Satu tips sederhana agar kita tidak menjadi korban penipuan berkedok investasi, ingat saja bahwa investasi harus 2L yaitu Logis dan Legal.
Selalu berhati-hati dan waspada, saat ada tawaran atau ajakan untuk berinvestasi. Ingatlah betapa berharganya uang yang kita punya dan betapa sulit untuk mendapatkannya.
Pengalaman pribadi
Sebenarnya saya merasa terlambat untuk berkenalan dan terjun ke dunia investasi. Perjumpaan sekaligus ketertarikan saya berinvestasi baru mulai muncul sekitar lima tahun yang lalu.
Melalui berbagai pembelajaran dari konten-konten investasi baik yang ada di blog, Youtube, dan buku-buku, akhirnya saya menjadi sadar betapa pentingnya sekaligus mengasyikannya dunia investasi.
Beberapa instrumen investasi sudah pernah saya jalani, hingga akhirnya sudah menetapkan hati untuk fokus pada satu atau dua instrumen investasi saja. Pengalaman-pengalaman yang sudah ada membuat saya akhirnya bisa memilih instrumen investasi yang paling cocok buat saya pribadi dan yakini bisa membantu tujuan keuangan di masa mendatang.
Buat saya, investasi layaknya sebuah proses perjalanan panjang. Tak selamanya jalan selalu datar dan lancar. Terkadang saya bisa saja jatuh dan tersandung, namun saya selalu bertekad untuk bangkit dan terus maju.
Satu hal yang paling mengasyikkan dari proses berinvestasi menurut saya, selain dari bertumbuhnya nilai modal yang sudah ditanamkan adalah banyaknya proses pembelajaran dan nilai-nilai hidup yang bisa didapatkan.
Dari proses berinvestasi, sekurang-kurangnya saya bisa belajar banyak hal tentang disiplin, konsistensi, haus ilmu, dan kesabaran.
Sebagai contoh, saat ini saya memang lebih fokus berinvestasi saham. Saya merasa semakin bersemangat untuk selalu disiplin dan konsisten “menyisihkan” bukan “menyisakan” penghasilan yang didapat agar bisa membeli saham.
Investasi saham juga mengajarkan saya agar tetap rasional dan sabar menghadapi kondisi-kondisi ekstrem yang bisa terjadi. Saat-saat tertentu, sering terjadi penurunan harga saham yang cukup dalam.
Awalnya saya selalu panik saat dihadapkan kondisi demikian, namun belakangan saya semakin terbiasa dan justru mulai bisa melihat penurunan harga saham sebagai peluang untuk membeli di harga yang lebih murah.
Bagaimana rekan-rekan ASN, sudah siapkah untuk mulai (belajar) berinvestasi?