“Menantang Mitos Angker : “PNS Cuma Baca Koran, Pulang..!”

Gambar sampul “Menantang Mitos Angker : “PNS Cuma Baca Koran, Pulang..!”

#Pengembangan Talenta ASN

Tentunya bagi sebagian masyarakat Indonesia masih erat stigma atau stereotipe negatif bahwa PNS atau sekarang menjadi ASN (penulis akan menggunakan singkatan PNS untuk menyesuaikan image), ketika datang ke kantor waktunya dihabiskan cuma baca koran, setelah hari menjelang sore waktunya untuk pulang, tanpa ada hasil kerja yang signifikan, dan yang paling mengasyikkan setiap awal bulan akan menerima gaji.

Belum lagi isu isu yang selalu memeluk PNS seperti kasus korupsi yang terus menggerogoti pola tata kerja PNS di berbagai instansi Kementerian dan Lembaga, terlebih baru baru ini lembaga anti korupsi pun tersandung kasus korupsi, produktivitas rendah, tidak ada target kinerja dan lain sebagainya, hal ini mengakibatkan makin mengentalnya stigma atau stereotipe negatif

Namun data berkata lain, walau bagaimanapun dengan stigma yang ada, profesi PNS tetap diminati, berdasarkan data dari BKN per 11 Oktober 2023, jumlah pelamar yang mendaftar di portal SSCASN BKN mencapai 2.409.862 orang, dari sebanyak 78.862 formasi yang tersedia. Jika dibagi secara gampang, 1 formasi CPNS diperebutkan oleh 31 orang, dari data ini menunjukkan profesi sebagai PNS masih menggiurkan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Sebetulnya dari data ini profesi PNS bisa dibilang rindu tapi benci, benci tapi rindu.

Sebagian besar orang termasuk penulis mungkin termasuk yang merindukan, tapi sebagian lain membencinya dengan berbagai alasan pribadi. Bahkan ada pula yang sudah menerima SK PNS pun akhirnya keluar setelah “Negara Memutuskan” penempatan lokasi kerja yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal ketika mendaftar sudah menandatangani Surat Pernyataan sesuai Ketentuan Dalam UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan PP No. 11/2017 tentang Manajamen Pegawai Negeri Sipil, tertulis bahwa setiap ASN harus bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh instansi pemerintah.  Alasan lain keluar dari PNS adalah penghargaan dari pemerintah berupa penghasilan yang dinilai tidak sepadan dengan kebutuhannya saat ini.

Pelabelan atau streotipe seperti pada judul mungkin benar adanya ketika “dijamannya”, banyak PNS yang sering datang terlambat dan sampai kantor siang, dan ketika pulang lebih cepat dari seharusnya. Ketika bekerja pun banyak berleha-leha dan tidak produktif, lebih sering main game di komputer jadulnya, tidak ada target kinerja, dan sering dicap berkompetensi rendah sehingga sering memperpanjang urusan yang seharusnya bisa diperpendek.

 Namun seiring perjalanan waktu, mengutip seorang filusuf Yunani Heraclitus yang hidup sekitar 450 SM mengatakan “Panta Rhei” yang artinya tidak ada yang tidak berubah, semuanya mengalir, yang bermakna masyarakat sewaktu-waktu bergerak dan secara global menuntut perubahan baik secara evolusi maupun revolusi. Begitu pun tata kerja PNS dituntut untuk berkinerja lebih dari sekedar datang, baca koran dan pulang. Mau tidak mau, suka tidak suka perubahan konstruktif tidak bisa dielakkan dan mendorong semua orang.

Pemerintah menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan dinamis ditengah perubahan zaman yang cepat. Di era di mana inovasi, adaptasi, dan kemajuan menjadi kunci untuk kelangsungan dan kemajuan birokrasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil) memegang peranan penting dalam mewujudkan visi negara yang maju dan berdaya saing. Namun, untuk mencapai hal itu, perlunya sebuah perubahan pola kerja PNS menjadi semakin mendesak.

Karakter PNS harus mulai berubah dan image stereotype “butut” harus bergeser, PNS harus mengambil peran sebagai innovator mesin perubahan, adaptif, menggugah potensi kreatif sehingga siap menghadapi kompetisi global. Dan pengembangan talenta personil menjadi kunci perubahan karena setiap PNS sejatinya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mesin birokrasi secara keselu Diantara beberapa langkah yang bisa menjadi pola pengembangan talenta PNS/ASN diantaranya :

Memperkenalkan konsep transformasi menjadi pegawai yang kreatif, adaptif, dan progresif melalui pengembangan dan pelatihan adalah menjadi salah satu solusi jangka pendek dan jangka panjang. Persiapan konsep desain transformasi rentang perencanaan pengembangan talenta dan rentang perencanaan karir kelak dan pengembangan keterampilan kreatif untuk meningkatkan adaptabilitas PNS menghadapi perubahan zaman menjadi penentu dalam memahami kebutuhan dan tantangan ke depan.

Melihat kenyataaan pedas pedas manis bahwa perubahan zaman berjalan baik secara radikal maupun gradual PNS melalui lembaga/institusi pelatihan mewajibkan untuk merancang program pengembangan diri dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Dari fakta-fakta yang ada setidaknya mengilhami seorang PNS beberapa hal diantaranya untuk terus menggali potensi dan bakat mereka untuk terus meningkatkan produktivitas dan inovasi untuk terus berkontribusi nyata dalam pembangunan negara. Selain itu menyoroti pentingnya proses pembelajaran seumur hidup dalam memperbaharui dan meningkatkan keterampilan PNS.

 

 

Pentingnya menyoroti tantangan yang dihadapi dalam mengubah paradigma dan budaya organisasi yang kaku, terlebih dengan hadirnya teknologi Artificial Intelligent (AI) yang bermata tajam 2 sisi, satu sisi memudahkan manusia untuk merekayasa pekerjaan, bahkan berfikir dan mempengaruhi kita dalam problem solving dan pengambilan keputusan. Sebaliknya pekerjaan yang dilakukan oleh AI ini membawa perubahan pola kerja manusia dan berpotensi untuk menggerus menghilangkan jutaan lapangan kerja di seluruh dunia.

Melihat fakta-fakta diatas perlu untuk mengubah paradigma dan budaya organisasi pemerintah yang kaku adalah langkah kunci dalam memfasilitasi perubahan pola kerja yang kreatif, adaptif, dan progresif. Perubahan organisasi dalam prosesnya perlu komunikasi dengan pola interaktif dan kekakuan organisasi dapat dipecahkan dengan fleksibilitas dalam kebijakan dan prosedur dengan tetap mengacu kepada hukum yang berlaku. Dari sisi pengembangan karyawan perlu kolaborasi dan pertukaran ide, penghargaan atas inovasi dan tingkat pengambilan resiko.

Sebagai epilog, kembali mengutip seorang filosof dan seorang dokter dimasa Yunani kuno Hippocrates mengungkapkan, ‘Ars Longa, Vita Brevis’ yang secara harfiah artinya seni itu abadi, hidup itu sementara. Namun secara makna memiliki kedalaman arti, bahwa seni atau ilmu harus terus dipelajari tanpa henti dan menemukan hal baru untuk terus berkarya. Namun sebaliknya jika tidak terus berkarya dan belajar istilah ini berubah menjadi ‘Ars Brevis, Vita Longa’ yang dapat diartikan seni atau ilmunya telah habis, meski orangnya masih hidup lama.

#ASNPunyaCerita

#PengembanganTalenta

Bagikan :