LAMAT-LAMAT terdengar kumandang azan. Saya melihat jam di dinding dan seketika menghentikan ketikan jari di laptop. Saya takzim akan panggilan salat yang dilantunkan. Merdu sekali. Hati jadi tergerak untuk ke masjid. Laptop saya tinggalkan di meja untuk kemudian bergegas menunaikan panggilan salat.
Mencapai masjid yang berada di lantai satu, saya harus menuruni sejumlah anak tangga. Maklum, ruangan kantor saya berada di lantai III Balaikota Padang. Tak butuh tenaga banyak, akhirnya sampai di Masjid Ukhuwah di Kompleks Balaikota.
Agaknya, saya merupakan orang yang kesekian yang datang di Masjid. Azan belum juga berhenti. Saya masih mendengar indahnya kumandang azan yang dilantunkan. Suaranya lantang dan merdu. Saya penasaran, siapa pemilik suara yang indah itu. Bergegas saya berwudhu dan memasuki masjid.
Rasa penasaran memuncak ketika berada di dalam masjid. Di depan, dekat mimbar, berdiri laki-laki berseragam warna khaki tua kehijau-hijauan. Lelaki berbadan atletis itu mengumandangkan azan sambil menghadap kiblat. Hati saya terus bertanya-tanya, siapa dia?
Azan selesai, lelaki itu melafazkan iqomah. Pandangan mata saya masih lekat ke lelaki atletis itu. Masih dengan rasa penasaran.
Saya dibuat kaget ketika lelaki itu membalikkan badan. Namanya Matri Afrinal, bekerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang. Sehari-hari ditugaskan untuk pengawalan bagi Wali Kota dan Wakil Wali Kota di Kantor Balaikota. Seketika itu juga saya kagum.
Selesai mengerjakan salat, saya kemudian menghampirinya. Saya salami dia. Dia pun tersenyum sambil menggamit tangan saya.
“Azannya merdu sekali Bang,” ucap saya membuka percakapan.
Matri lagi-lagi tersenyum. Lelaki kelahiran Jorong Cubadak, Air Dingin, Kabupaten Solok, 40 tahun silam itu duduk bersila di dekat mimbar. Kami pun bercerita panjang.
Sejak kecil, Matri sudah diajarkan ilmu agama oleh orangtuanya. Sejak kelas SD, Matri belajar mengaji dan azan di masjid yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Ketika itu, Matri kecil sering tidur di masjid. Sudah menjadi tradisi di tengah masyarakat Minang, bahwa setiap lelaki Minang begitu tabu tidur di rumah. Lelaki harus tidur di masjid. Kalau tidak, siap-siap saja dipanggil, “anak papa” atau “anak amak” oleh kawan-kawan.
Kebiasaan tidur di masjid dilakukan Matri sejak belajar mengaji dengan gurunya, Angku Syukur Dt Sati. Sebelum tidur, Matri dan kawan-kawan latihan azan. Agaknya, karena itulah suara Matri terdengar merdu saat azan. Karena sudah dilatih sejak masih belia.
Beranjak remaja, Matri yang bersekolah di MTsN Alahan Panjang tidak meninggalkan kebiasaannya untuk tidur di masjid. Saat itu, Matri mencoba peruntungannya mengikuti lomba mengaji dan azan di kampungnya itu. Baru pertama kali mengikuti lomba, Matri mampu meraih hasil terbaik. Setelah “pacah talua”, Matri berturut-turut meraih juara lomba azan di hampir tiap perlombaan di kampungnya.
Darah Minang yang suka merantau juga mengalir di tubuh Matri. Begitu menamatkan MTsN, Matri merantau ke Padang. Orang menyebutnya “merantau dekat”, tapi bagi Matri, ke luar dari kampung sudah merantau namanya. Tujuan Matri merantau tidak lain dan tidak bukan untuk mencoba mencari peruntungan dan memperbanyak kawan.
Setiba di Padang, Matri tak pernah lepas dari masjid. Dirinya menjadi garin di Masjid Al Ihsan, di Pauh. Sambil bersekolah di SMK 1, Matri terus mengumandangkan azan ketika waktu salat tiba di masjid tempat dirinya menetap. Bahkan ketika dirinya menetap di Masjid Raya Kampung Kalawi, Kuranji, Matri ikut sebagai kafilah pada lomba MTQ Tingkat Kota Padang.
Setelah menamatkan sekolah, berbagai pekerjaan dilakoni Matri. Hingga pada akhirnya di tahun 2012, Matri diterima sebagai pegawai honorer di Pemko Padang. Matri yang memiliki fisik yang kuat ditempatkan di Satpol PP. Untuk kemudian pada tahun 2015 ditugaskan sebagai personil pengawalan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang di Balaikota Padang.
Saat berdinas di Balaikota Padang, seketika itu pula Matri menjadi “bilal” atau tukang azan di Masjid Ukhuwah di kompleks perkantoran itu. Suaranya yang merdu selalu terdengar saat salat Dzuhur dan Ashar. Panggilannya kepada seluruh ASN di Balaikota untuk salat berjamaah membuat siapa saja tergerak hati untuk datang ke masjid.
“Tidak saja di Balaikota, jika saya singgah di masjid saat akan masuk waktu salat, apalagi kalau dalam perjalanan menuju kampung istri di Lubuk Basung, saya pasti azan dengan terlebih dahulu minta izin kepada garin,” ungkap Matri.
Matri selalu berkeinginan, masjid dan musala selalu dipenuhi anak muda. Mereka yang selalu mengumandangkan azan dan berceramah di masjid maupun musala. Karena selama ini dirinya melihat, orangtua yang kerap azan. Miris baginya.
Sebab itu pula, Matri ingin selalu mengumandangkan azan di Masjid Ukhuwah di Balaikota Padang. Kumandang azan Matri telah membius siapa saja untuk datang ke masjid di Balaikota Padang. Ajakannya menunaikan salat berjemaah membuat masjid ini selalu hidup dan ramai. Meski kesehariannya menjaga Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Matri juga dengan sendirinya telah ikut “menjaga” ibadah ASN di Balaikota Padang. Semoga dibalasi Allah.(**)