Pernahkah kita melihat sebatang pohon dan memikirkan bagaimana setiap bagiannya memiliki peran penting? Dari akar yang tersembunyi di dalam tanah, batang yang kokoh, daun yang rindang, hingga buah yang manis—semuanya bekerja dalam harmoni untuk mempertahankan kehidupan. Namun, bagaimana jika pohon ini menjadi metafora bagi kehidupan manusia dan masyarakat? Apakah kita lebih seperti akar yang setia memberi manfaat, atau justru seperti benalu yang hanya menghisap tanpa peduli terhadap lingkungan sekitar?
Saat ini, kita hidup dalam masyarakat yang sering kali mengabaikan esensi kebersamaan. Peraturan dibuat dengan tujuan menciptakan kenyamanan, tetapi sering kali diabaikan atau dimanipulasi demi kepentingan pribadi. Sama seperti pohon yang membutuhkan keseimbangan untuk tetap hidup, masyarakat juga memerlukan aturan yang kuat dan diterapkan dengan baik agar tidak runtuh.
Pohon memiliki akar yang kokoh untuk menopang kehidupannya. Akar ini bisa dianalogikan sebagai prinsip dan nilai moral yang harus dimiliki manusia. Orang-orang yang memiliki karakter seperti akar adalah mereka yang setia, bertanggung jawab, dan selalu memberi manfaat bagi sekitar tanpa perlu menonjolkan diri. Dalam kehidupan nyata, mereka adalah individu yang bekerja dengan tulus, mendukung sesama tanpa mengharapkan ketidakseimbangan. Namun sayangnya, semakin langka manusia dengan karakter seperti ini.
Lalu, ada batang, kulit, dan ranting yang berfungsi untuk menopang dan melindungi pohon. Mereka mewakili individu yang bekerja di balik layar, membantu menjaga sistem tetap berjalan. Misalnya, para guru, tenaga medis, dan pekerja sosial yang tanpa lelah memberikan kontribusi bagi masyarakat. Mereka adalah simbol keteguhan yang selalu berusaha menjaga kebaikan meskipun sering kali tak terlihat dan kurang dihargai.
Kemudian ada daun, bunga, dan buah—bagian yang menarik perhatian. Mereka adalah simbol manusia yang hanya hadir saat ada keuntungan. Mereka terlihat berkilau saat semuanya berjalan dengan baik, tetapi menghilang begitu keadaan berubah. Fenomena ini sangat nyata dalam dunia sosial dan politik. Ada banyak individu yang tampak baik-baik saja saat mereka mendapatkan manfaat, namun meninggalkan komunitas atau rekan kerja begitu situasi tidak lagi menguntungkan. Sikap seperti ini tidak mencerminkan ketulusan dan komitmen dalam kehidupan bermasyarakat.
Lebih buruk lagi, ada benalu—penghisap yang hanya mengambil tanpa memberi. Dalam konteks ini, benalu adalah mereka yang mencari keuntungan dengan cara yang merugikan kehidupan orang lain. Mereka bisa hadir dalam bentuk korupsi, manipulasi, atau kepentingan pribadi yang menumbangkan kepentingan bersama. Jika dibiarkan, ini akan menghancurkan sistem, merusak keseimbangan, dan pada akhirnya membunuh pohon yang menopangnya.
Sebatang pohon hanya bisa bertahan jika semua bagiannya bekerja sama dan menjalankan fungsinya dengan baik. Sama halnya dengan masyarakat, aturan dan hukum harus diterapkan dengan adil, dan setiap individu harus berusaha dengan baik agar sistem tetap berjalan harmonis. Jika tidak, kita akan melihat bagaimana keegoisan dan ketidakpedulian merusak tatanan sosial, seperti pohon yang perlahan layu karena parasit yang menghisapnya.
Manusia dan sebatang pohon memiliki banyak kesamaan dalam cara mereka bertahan hidup. Jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang kuat dan harmonis, kita harus mulai bertanya pada diri sendiri: Apakah kita bagian dari akar yang menopang kehidupan? Apakah kita menjadi mengomel yang membantu tumbuh, atau justru seperti benalu yang hanya mengambil tanpa memberi?
Saatnya kita berubah! Mari menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli terhadap sesama, dan menghargai aturan yang ada. Kita bisa memulai dari hal-hal kecil: menghormati orang lain, tidak mengambil hak yang bukan milik kita, dan selalu berusaha memberi manfaat bagi sekitar. Dengan demikian, kita tidak hanya menyelamatkan masyarakat dari kehancuran, tetapi juga membangun peradaban yang lebih baik dan berkelanjutan.
Sebatang pohon bisa tetap berdiri tegak jika semua bagiannya menjalankan peran masing-masing. Begitu juga dengan kita—hanya dengan kerja sama, kesadaran, dan kepedulian, kita bisa menjaga keseimbangan dalam kehidupan ini. Jadi, apakah Anda siap menjadi akar yang kokoh atau hanya ingin menjadi benalu yang merusak? Pilihan ada di tangan kita.