Korupsi : Hilangnya Siri’ na Pacce Dalam Diri

Gambar sampul Korupsi : Hilangnya Siri’ na Pacce Dalam Diri

  Korupsi adalah kata yang sudah sangat familiar ditelinga kita. Sebuah penyakit kronis yang tiada hentinya menggerogoti tubuh negeri ini. Sepanjang tahun, setiap periode pemerintahan, korupsi selalu hadir, ia tak terelakkan. Seakan menjadi warisan yang juga harus dipraktikkan oleh generasi penerus. Praktik tercelah ini sudah mengerip sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. seperti yang pernah dikatakan lord acton bahwa kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut. Korupsi adalah praktik penyalahgunaan kekuasaan guna untuk memperkaya diri pribadi, yang mengakibatkan kerugian negara dan juga masyarakat itu sendiri. Sebuah ironi, mereka yang kita harapkan menjadi contoh dan tauladan justru melakukan tindakan tercelah.

   Akhir-akhir ini kasus korupsi semakin ramai terungkap. Berbagai media online berlomba-lomba memberitakan. Berbagai judul berseleweran diberanda media sosial kita. Korupsi di negeri ini hampir setiap hari ada kasus yang terungkap, baik dari kalangan paling bawa sampai kalangan elite. Dari nominal jutaan sampai tembus triliunan. Pengungkapan korupsi yang terjadi pada PT Pertamina Patra Niaga yang sangat menggemparkan. Selain jumlah nominal korupsinya yang sangat fantastis hingga membuat kita menghelai nafas ketika membacanya, praktik korupsinya takkala membuat kita geleng-geleng kepala. Minyak mentah dengan kualitas standar, dioplos menjadi kualitas tinggi dan kemudian dijual dengan harga yang tinggi. Bayangkan berapa banyak masyarakat yang kena tipu dan mengalami kerugian akibat dari perbuatannya. Kasus korupsi pertamina ini menempati posisi pertama dalam klasemen liga korupsi yang dibuat oleh netizen. Yang terbaru kita juga dibuat kaget oleh pengungkapan korupsi Eks Menteri pendidikan negeri ini, yaitu Nadiem Makarim yang menurut Kejaksaan jumlah kerugian negara yang dibuat mencapai 1Triliunan. Ini adalah kasus korupsi yang terjadi di kalangan elite politisi. Belum lagi kasus korupsi pada kalangan paling bawa seperti kepala desa dan kelurahan. Terbaru diwartakan oleh liputan6.Com, seorang kades cikahuripan di kabupaten Sukabumi melakukan tindakan korupsi terhadap BLT (Bantuan Langsung Tunai) masyarakat. Sebuah hal yang sangat menyayat hati, bantuan kepada keluarga tidak mampu pun tidak lepas dari terkaman para koruptor.

  Menurut data dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Kasus korupsi di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tahun 2023 dalam datanya, kasus korupsi mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Tentu tahun ini bisa jadi lebih banyak lagi jika melihat kasus-kasus yang terungkap akhir-akhir ini. Tentu ini kondisi yang memprihatinkan, sudah saatnya kita sebagai generasi-generasi muda sadar dan melek tentang bahaya praktik korupsi agar kita tidak jatuh ke dalam lobang yang sama. Kerugian yang dihasilkan akibat dari praktik korupsi bukan hanya pada sektor ekonomi, tetapi juga sektor sosial dimana ketimpangan dan ketidakadilan yag dialami oleh masyarakat seringkali muncul akibat adanya praktik korupsi. Terlebih bagi masyarakat kelas bawa, yang minim kuasa dan kekurangan modal. Belum lagi praktik tercelah ini tentunya menggerus kepercayaan public (Masyarakat) terhadap lembaga pemerintahan. Jika kepercayaan masyarakat hilang maka peluang chaos akan semakin besar terjadi.

Siri' na pacce : falsafah hidup untuk mencegah praktik korupsi

  Dalam masyarakat bugis-makassar, siri' na pacce adalah pondasi moralitas. Siri' memiliki arti harga diri / rasa malu. Harga diri atau rasa malu dalam masyarakat bugis-makassar merupakan hal yang sangat sensitif. Ia harus dijaga dengan baik, bahkan masyarakat bugis-makassar tidak segan-segan menumpahkan darah untuk menjaga siri dalam diri. Selain siri’ dalam diri tiap-tiap individu, siri’ juga mengikat secara kolektif dalam lingkungan keluarga, lingkungan sosial satu perkampungan atau pedesaan yang juga harus dijaga dengan baik karena satu orang atau individu saja dalam keluarga atau lingkungan masyarakat yang melanggar batasan siri’, maka semua keluarga atau masyarakat dalam lingkungannya akan terkena dampaknya. Siri’ inilah yang mengontrol, membatasi ruang gerak masyarakat dalam melakukan perbuatan tercelah. Sedangkan Pacce sendiri memiliki arti empati. Seseorang harus memiliki rasa empati terhadap penderitaan atau kesusahan yang sedang dialami oleh orang lain. Masyaraat bugis-makassar sejak dahulu kala sudah memiliki rasa empati yang tinggi kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat umum lainnya yang sedang mengalami sebuah kesusahan, penderitaan, atau dalam suasana berduka. Dari rasa empati yang dimiliki inilah sehingga mampu mengontrol gerak dan tingkah laku tiap individua tau masyarakat yang berlebihan. Dengan menaruh rasa empati terhadap orang lain, kita memiliki batas-batas ekspresi yang akan mencegah muncunya rasa cemburu, rasa dengki, atau amarah orang lain. Falsafah siri na pacce akan melahirkan solidaritas kuat serta saling menjaga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Dalam kehidupan masyarakat bugis-makassar, siri' na pacce diimplementasikan dalam bentuk ucapan dan tingkah laku sehari-hari dalam bermasyarakat. Misalnya ungkapan siritaji na kitau (rasa malulah kita dinamakan manusia).  Menaruh rasa malu sebagai indikator utama seseorang dinamakan manusia secara utuh, Sehingga membatasi masyarakat untuk tidak melakukan perbuatan tercelah yang akan meruntuhkan siri’ dalam diri.  Ada juga ungkapan lainnya “Utettong ri ade’e najagainnami siri-ku” artinya saya taat kepada adat demi terjaganya atau terpeliharanya harga diri saya. Siri’ berperan dalam menekan perilaku masyarakat untuk taat kepada aturan atau norma-norma adat dan sosial. Siri’ begitu peting dalam masyarakat bugis-makassar. Ada juga kebudayaan marakka bola atau mappalette bola (memindahkan rumah) yang menunjukkan empati yang tinggi dalam masyarakat yang sedang membutuhan pertolongan untuk memindahkan rumahnya.  solidaritas yang kuat dalam masyarakat akan melahirkan semangat gotong royong, tolong menolong yang tinggi. Ungkapan-ungkap dan tindakan inilah yang kemudian menjadi kontrol sosial untuk tidak melanggar norma sosial, adat-istiadat, agama, dan negara.

   Siri’ na pacce merupakan Local Wisdom masyarakat Sulawesi Selatan. Jika seseorang masih memiliki siri' dalam hatinya, tentu ia tidak akan berani melakukan tindakan korupsi. Perilaku yang tercelah dan merugikan orang banyak. Dalam teori fraud triangle dijelaskan faktor pemicu seseorang berani melakukan korupsi yaitu adanya tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Dengan adanya siri’ (malu) seseorang tidak akan berani mengambi tindakan tercelah, walaupun ia menerima tekanan dari atasan, ataupun tekanan internal seperti kondisi keuangan, keluarga dan lainnya. Pacce (empati) akan melahirkan rasa iba kepada orang lain. Praktik korupsi jelas merugikan orang lain. Dengan adanya pacce dalam diri, seseorang akan berpikir dua kali untuk melakukannya, karena ia menyadari perbuatan tersebut merugikan, menyakiti orang banyak. Terlebih lagi jika kondisi ekonomi masyarakat yang kurang baik. Menekan orang lain juga untuk melakukan praktik korupsi akan hilang jika pacce ada dalam diri. Merasakan bagaimana khawatirnya, takutnya, dan konsekuensi yang akan didapatkan bila kemudian hari terungkap. Ini tentunya akan menjadi kontrol untuk tidak semena-mena dalam mengemban amanat dan jabatan. Dan begitupun dengan dua faktor lainnya pemicu korupsi dalam teori fraud triangle akan terkontrol dan bahkan tidak akan pernah muncul dalam benak seseorang jika ia masih memiliki siri’ na pacce dalam dirinya.

  Falsafah Siri’ na Pacce ini bagi penulis sangat perlu untuk kita gali kemudian kita meresapi dan merenungi kembali ajaran leluhur masyarakat bugis-makassar untuk memerangi tindakan korupsi yang terjadi di negeri ini. Jika korupsi sudah menjadi habitus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka yakin dan percaya kehancuran, keruntuhan negara yang kita cintai ini akan segera datang. Perlu kesadaran untuk kembali merenungi ajaran, falsafah, dan kebudayaan leluhur yang sarat akan nilai-nilai kehidupan yang penuh kedamaaian, cintah kasih dan semangat gotong royong. Siri’ na pacce salah satu falsafah hidup masyarakat Sulawesi-selatan yang menurut saya perlu direnungi dan diimplementasikan dalam kehidupan agar perilaku-perilaku tercelah, memalukan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme bisa terkontrol atau bahkan kehilangan tunasnya dari kehidupan berbagsa dan bernegara di negeri ini.

 

#aksaraAbdimuda

Bagikan :