Namanya adalah Juju. Sebenarnya itu nama panggilan akrabnya. Dia dulunya bekerja satu intansi denganku di sebuah sekolah kedinasan. Dari situlah awal perkenalan dan pertemananku dengannya. Di mataku, Juju adalah seorang wanita pekerja keras, ulet dan bertanggung jawab. Pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dapat terselesaikan dengan baik. Dia juga seorang pendengar yang baik dan sabar mendengarku ketika aku terkadang suka berapi-api ketika curhat dengannya. Dulu hampir setiap hari ketika jam istirahat siang aku dan Juju istirahat di rumahnya yang tidak jauh dari kantor. Kami memesan makanan delivery bersama dan bercerita-cerita tentang pekerjaan atau kejadian yang ada di kantor. Juga bercerita tentang cerita personal masing-masing.
Sampai suatu ketika, karena ada sesuatu dan lain hal Juju mendaftarkan diri pada penerimaan seleksi CPNS di sebuah instansi Kementerian. Dia tidak segan untuk belajar setiap hari demi mengikuti berbagai seleksi yang dilakukan. Akupun mendoakan yang terbaik untuknya. Selang beberapa waktu, Juju pun diterima sebagai ASN yaitu tenaga penyuluh di suatu instansi Kementerian yang membuat kami jadi terpisah jarak. Jujur aku senang namun ada rasa sedih tersirat ketika Juju harus ditempatkan di instansi lain. Dalam hatiku, kantorku ini akan kehilangan seseorang ulet dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Akupun merasa kehilangan seorang Juju, temanku berbagi cerita.
Sejak Juju mulai bekerja pada instansi barunya, aku tidak serta merta kehilangan akan kabarnya. Juju kerap kali membagikan aktivitas pada pekerjaan barunya melalui status di whatsappnya. Jadi aku bisa mengetahui bagaimana pekerjaannya, apa yang sedang dia lakukan di hari itu dan aktivitas lainnya.
Juju pernah membagikan aktivitasnya lewat status whatsappnya bahwa dia harus melewati pegunungan berkabut, sungai-sungai yang luas, memasuki kampung-kampung di pedalaman untuk melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh. Dan yang kukagumi adalah dia tetap senang dan ceria dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai informasi saja, wilayah dimana Juju ditugaskan adalah wilayah yang sungguh baru baginya dan membuatnya harus meninggalkan keluarga dan teman-teman yang kebanyakan sudah dianggap saudara baginya. Aku sempat bertukar cerita dengannya, terkadang dia merasa sedih namun inilah bentuk pengabdiannya atas pekerjaan yang dilakukan. Yang bisa kulakukan hanyalah memberikan kata-kata yang semoga bisa membesarkan hatinya. Dan tentu saja menjadi penyuluh untuk kali pertama bukan hal yang mudah bagi Juju. Namun dengan kepribadiannya dan kekuatan hatinya, aku yakin segala medan wilayah maupun tantangan yang harus dihadapi dapat juga terselesaikan dengan baik olehnya.
Terkadang pula, ketika aku sempat mengeluh dengan pekerjaanku aku jadi mengingat Juju. Demi bentuk pengabdiannya sebagai penyuluh, Juju saja rela ditempatkan jauh dari keluarga, mengenal dan memasuki wilayah-wilayah di pelosok negeri, dan tak jarang harus menahan rindu untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarga dan teman-teman.
Untuk Juju, sebagai temanmu aku berdoa semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu, bertukar cerita, kulineran bersama dan berbagi doa-doa yang baik bersama untuk satu sama lain. Semoga segala pengabdianmu sebagai penyuluh dapat memberikan karunia dan berkah bukan hanya untukmu dan keluargamu tapi juga untuk nusa bangsa kita tercinta.