Bagi kebanyakan orang, sampah identik dengan sesuatu yang menjijikkan dan tidak disukai. Sampah selalu dibuang dan dihindari. Masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Membuangnya begitu saja sehingga mencemari lingkungan, menimbulkan penyakit, banjir, kotor, menganggu keindahan. Ada juga yang menangani sampah dengan cara dibakar, tetapi tetap saja masih banyak yang belum terurai. Akhirnya sampah menjadi masalah.
Sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Alih-alih menjadi penonton, saya menginisiasi program edukasi lingkungan bernama Basmenjar, Bank Sampah Mengajar.
Basmenjar mengusung cara baru yakni ekopedagogi (pendidikan lingkungan kritis) dalam upaya penyadaran masyarakat terutama generasi muda akan pengelolaan sampah berkelanjutan. Basmenjar ini mengantarkan saya menjadi kandidat Anugerah ASN 2023 dan praktisi ekopedagogi (pendidikan lingkungan kritis) yang terbilang masih sedikit, yakni jumlahnya hanya belasan saja.
Hidupku, Pilihanku
Pada 2 November 2022, saya pindah dari guru ke pelaksana atas permintaan sendiri. Mutasi ini merupakan salah satu keputusan terbesar dalam karir saya sebagai ASN. Ketika sebagian besar guru tetap berkarir dan memantaskan diri untuk menjadi kepala sekolah atau pengawas sekolah, saya berhenti jadi guru setelah sepuluh tahun mengajar. Dengan adanya keputusan ini, artinya saya tidak lagi terima tunjangan sertifikasi guru yang besarnya satu kali gaji pokok.
Dengan pengorbanan itu, saya memulai pekerjaan di tempat kerja saya yang baru sambil merintis bank sampah di tingkat kelurahan yang berlokasi di perumahan. Modal bank sampah diperoleh dari pinjaman uang ke bank dengan ‘menyekolahkan’ SK PNS.
Jujur saja, awalnya begitu sulit untuk mendirikan bank sampah di komplek perumahan. Karena takut bau dan tumpukan sampah menjadi sarang nyamuk atau ular.
Nasabah bank sampah kami yang pertama adalah Ibu Nani, seorang pensiunan janitor yang memulung sampah dari pinggir jalan demi menguliahkan anaknya. Per dua minggu sekali saya menjemput sampah di rumah Ibu Nani. Sesekali kami bercerita tentang uang hasil penjualan sampahnya akan dikirim untuk biaya kuliah anaknya.
Suatu kali, Ibu Nani datang ke rumah saya dan bercerita kepada istriku. Ibu Nani merasa bersyukur karena anaknya sudah dinyatakan lulus dalam sidang skripsi. “Saya berterima kasih kepada Pak Berto dan bank sampah, karena uang hasil jual sampah, anakku bisa sarjana,” tutur Ibu Nani. Dari Ibu Nani, saya belajar tentang sampah yang dianggap sepele tetapi bisa menjadi sangat bermanfaat dan gerakan bank sampah berpotensi untuk pemberdayaan ekonomi hingga penyelamatan lingkungan.
Mulai Berinovasi
Sebagai eks guru yang paham pedagogi dan pegiat bank sampah, saya yakin pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengatasi masalah lingkungan. Dan saya belajar tentang ecopedagogy yang bisa memberikan kesadaran yang kuat tentang lingkungan. Ecopedagogy saya padukan dengan konsep bank sampah menjadi program edukasi lingkungan bernama Basmenjar, Bank Sampah Mengajar, pertama di Indonesia.
Mulai tahun 2023, saya mengenalkan Basmenjar kepada beragam komunitas masyarakat dan sekolah. Salah satu aktivitas Basmenjar adalah edukasi sampah elektronik (e-waste) dan pengumpulan sampah elektronik (e-waste collection) pertama di Pulau Sumatera.
Inovasi Mengundang Prestasi
Secara berangsur dan perlahan Basmenjar mulai dapat diterima oleh beragam komunitas dan sekolah. Ada 30.000 orang sudah diedukasi, 33 sekolah di dua provinsi (Riau dan Sumatera Utara), dua komunitas belajar yang bekerja sama dengan Basmenjar sepanjang 2023.
Dinilai berhasil mengedukasi masyarakat khususnya generasi muda dalam pengelolaan sampah berkelanjutan, bank sampah kami dinobatkan sebagai Bank Sampah Terbaik di Provinsi Riau oleh Perseroan Terbatas (PT) Pegadaian (Persero). Pada 9 November 2023, saya bersama 23 direktur bank sampah lainnya se-Indonesia menerima penghargaan bank sampah terbaik di Provinsi Riau di Kota Padang, Sumatera Barat.
Menjadi Praktisi Ekopedagogi
Sabtu 20 Januari 2024 jam 20.15 sebuah pesan whatsapp dari pegawai Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bengkalis masuk ke HP saya. “Malam Pak. Semoga sukses di Anugerah ASN 2023” tulis beliau. Saya tertegun, kemudian menjawab, “Siap, Pak. Mohon bimbingan dan arahannya, Pak. Semoga kami bisa mengharumkan Kabupaten Bengkalis dan Provinsi di level nasional” “Semoga!”, balas beliau.
Dengan mata berkaca-kaca, saya membaca hasil seleksi jenjang instansi pemerintah pusat dan instansi pemerintah daerah Anugerah ASN tahun 2023. Nama saya muncul sebagai kandidat pada kategori best employee tingkat nasional yang akan diseleksi pada Mei 2024. Apapun nanti hasilnya, saya ingin terus memberikan yang terbaik dan sembari dinas menjadi praktisi ekopedagogi.
Sebagai praktisi ekopedagogi, saya sering diundang oleh sekolah menjadi narasumber belajar untuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tema “Gaya Hidup Berkelanjutan”. Belakangan ini, saya juga terlibat dalam kegiatan penyusunan perencanaan pembelajaran bermuatan nol sampah yang ditaja oleh Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Harapannya, modul ajar bermuatan nol sampah ini dapat digunakan oleh guru-guru se-Indonesia dalam penerapan pendidikan perubahan iklim.
Meski tidak lagi menjadi guru, saya masih tetap berkontribusi untuk pendidikan lingkungan dan membuat masyarakat berdaya karena sampah.
Salam bumi, pasti lestari.