Cinta yang Tak Terucap, Tapi Terasa
Cinta itu seperti angin. Ia tak terlihat, tapi mampu membuat hati bergetar, sejuk, dan hidup. Itulah cinta yang tumbuh diam-diam antara Nyomo dan Nur. Dua insan yang setiap hari saling bertukar tawa dan lelah di meja kerja yang sama, tanpa pernah menyadari bahwa benih cinta telah lama tumbuh di antara mereka.
Mereka bukan sepasang kekasih. Tidak ada kata cinta, tidak ada gombal manis, tidak ada pegangan tangan. Hanya tatapan yang dalam saat saling memahami, dan keheningan yang terasa penuh makna. Nyomo, dengan caranya yang tenang dan penuh tanggung jawab, mencintai tanpa banyak bicara. Nur, dengan kelembutannya, menerima kehadiran Nyomo bukan karena dia sempurna, tapi karena ia tulus. Sebab cinta tak harus sempurna. Tak ada laki-laki yang sempurna di dunia ini. Justru wanita yang sempurna adalah dia yang mampu menerima kekurangan laki-laki yang ia cintai.
Mereka hanyalah rekan kerja di mata teman teman lain termasuk saya, partner dalam tugas dan rutinitas. Tapi siapa sangka, setiap kerja sama, setiap saling bantu, dan setiap canda tawa di balik tumpukan dokumen adalah cara mereka mencintai diam-diam, tanpa suara.
Begitulah cinta sesungguhnya. Tak selalu perlu diumbar. Tak selalu harus terlihat. Banyak yang tampak mesra di mata publik, tapi akhirnya berpisah di persimpangan. Sementara cinta yang tumbuh dalam diam, justru mengakar kuat di hati yang tulus.
Hari ini, Nyomo dan Nur bukan lagi sekadar rekan kerja. Mereka adalah pasangan yang dipertemukan oleh cinta yang sederhana namun dalam, cinta yang tidak dipaksakan untuk terlihat, tapi selalu ada. Cinta yang membuat mereka yakin bahwa jodoh tidak harus diramaikan, cukup diyakini dan diperjuangkan dalam diam yang bermakna.
Selamat menempuh hidup baru, NYOMO dan NUR.
Semoga bahagia dunia dan akhirat.
Karena cinta kalian mengajarkan bahwa kadang, cinta yang paling indah… justru yang paling sunyi.
🙏🙏🙏