Kerja dari Hati walau dengan Keterbatasan Gaji

Gambar sampul Kerja dari Hati walau dengan Keterbatasan Gaji

Kisah ini bermula ketika Saya mencoba mendaftarkan diri sebagai Calon Dosen ASN di salah satu universitas negeri di luar pulau Jawa. Hal pertama yang menjadi pertimbangan Saya ketika memilih kampus tujuan adalah waktu tempuh pesawat. Saya memilih kampus yang waktu tempuhnya tidak lama (kurang lebih satu jam dari bandara terdekat kampung halaman Saya ke bandara kota tujuan). Tidak berpikir panjang terkait seberapa besar gaji yang akan Saya terima nantinya.

            Waktu kian berlalu, tiba saatnya pemanggilan oleh kampus. Dari SK yang Saya terima tahun 2022, tertera besaran gaji seorang CASN. Bagi saya tidak menjadi soal, memang seorang CASN hanya memperoleh 80% dari gaji pokok. Saya pun pada akhirnya tahu rincian gaji pokok berdasarkan golongan. Dalam hati saya, tenang saja nanti pasti ada uang makan dan tunjangan lainnya seperti yang diceritakan teman-teman yang lebih dulu menjadi dosen. Usut punya usut, memang benar ada uang makan dan itu diberikan sesuai dengan hari kerja. Sementara tunjangan yang disebut remun seperti yang diceritakan oleh teman-teman Saya tidak Saya (kami) terima. Setelah melalui obrolan panjang sembari banyak membaca, Saya mendapatkan informasi baru bahwa remun hanya diberikan oleh kampus yang statusnya minimal Badan Layanan Umum (BLU) sedangkan tempat saya bekerja statusnya masih PT Satker. Jadi ada tiga tingkatan kampus, dari yang paling bawah ada PT Satker di mana seluruh pendapatan masuk ke rekening negara sebelum digunakan, PT BLU yang memiliki otonomi dalam mengelola pendapatan non-pajak, hingga status paling tinggi yaitu PTN-BH di mana PTN ini memiliki otonomi penuh dalam mengelola keuangan dan sumber daya.

            Pada prosesnya, setiap kampus akan naik statusnya ke yang lebih tinggi. Pun dengan kampus Saya bekerja, beberapa bulan Saya bekerja sudah resmi berstatus sebagai PT BLU. Ada secerca harapan, siapa tahu ada remun yang bisa Saya (kami) terima mengingat tuntutan sebagai dosen tinggi, seperti mempublikasikan karya tulis ilmiah yang tentu memerlukan biaya publikasi. Status BLU sudah berjalan beberapa bulan, namun remun belum juga cair. Saya menyadari betul bahwa status BLU tidak serta merta langsung bisa mendulang keuntungan, karena semua itu butuh proses.

            Pada dasarnya, orang Jawa bilang “akeh yo kurang, sithik yo cukup” itu benar adanya. Ketika sebagai CASN, gaji sekian cukup. Saat ini ketika gaji sudah 100%, tidak ada kelebihan yang Saya miliki. Selama ini gaya-lah yang mengikuti isi dompet. Kembali lagi pada pokok permasalahan, bahwa kerja itu bukan hanya melulu soal gaji. Reward itu penting, namun yang lebih penting adalah dedikasi kita terhadap pekerjaan. Semua akan ringan jika dikembalikan pada pemikiran bahwa seorang abdi negara itu “melayani”. Adalah suatu kebanggaan tersendiri jika kita merasa diberi kelancaran dalam melayani. Intinya bekerja dengan hati walaupun ada keterbatasan gaji, nanti keberkahan mengikuti.

#ASNPunyaCerita

Bagikan :