Kemampuan Menulis di Kalangan Aparatur Sipil Negara di Indonesia

Gambar sampul Kemampuan Menulis di Kalangan Aparatur Sipil Negara di Indonesia

Definisi Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) serta yang bekerja di instansi pemerintah.

ASN dalam menjalan tugas dan fungsi juga berperan sebagai salah satu agen perubah (agent of change) menghadapi tantangan yang cukup berat saat ini sehubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi serta peran sebagai agent of change tersebut berjalan dengan baik dan lancar, maka ASN perlu memiliki berbagai kemampuan. Setidaknya ada enam (6) literasi dasar yang baik untuk dikuasai oleh ASN saat ini, yaitu: literasi baca tulis, numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Empat kata kunci berkaitan dengan literasi yaitu komunikasi, kolaborasi, kreatifitas, dan berpikir kritis1). Pada umumnya, literasi diartikan sebagai kemampuan baca, tulis, dan pemahaman terhadap satu masalah2)

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat berharga bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam menjalankan tugas kedinasan, ASN tidak terlepas dari aktivitas menulis. Oleh karena itu, penting bagi ASN untuk memiliki kemampuan menulis efektif.

Indek Minat Membaca dan Menulis di Indonesia

Menulis telah menjadi gaya hidup masyarakatnya di berbagai negara maju. Umumnya, aktivitas menulis berbanding lurus dengan aktivitas membaca. Survei yang dilakukan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) terhadap budaya minat baca masyarakat Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa indeks minat baca masyarakat Indonesia baru mencapai angka 0,001, ini berarti bahwa dari setiap 1.000 orang Indonesia hanya ada 1 orang saja yang punya minat baca. Beberapa tahun berikutnya studi dari Most Literred Nation in the world 2016, yang diliris pada tanggal 9 Maret 2016 menunjukkan bahwa minat baca di kalangan masyarakat Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Posisi Indonesia berada di bawah Malaysia yang berada pada posisi 53, Thailand di posisi 59, dan di atas Bostwana di posisi terbawah. Sedangkan posisi Indonesia untuk budaya menulis jauh lebih rendah lagi karena mengingat membaca dan menulis adalah kegiatan yang saling mempengaruhi karena hampir mustahil seseorang menulis jika tidak suka membaca karena membaca adalah referensi untuk melakukan kegiatan menulis3). Selanjutnya, Lembaga survey Iconesia juga pernah melakukan survei Indeks literasi masyarakat di tahun 2019 yang melibatkan 4.080 orang dari 69 kabupaten kota,  34 provinsi dengan mengambil sampel responden rentang usia 15 - 64 tahun.  Metode penelitian menggunakan Multistage Cluster Random Sampling dengan tingkat kepercayaan 90 persen dan MoE < 5 persen.  Hasilnya menunjukkan indeks literasi masyarakat Indonesia berada pada kategori sedang, dengan capaian 51,56 persen4).

Faktor Penyebab Kurang Kuatnya Birokrasi di Indonesia

Salah satu faktor penyebab kurang kuatnya birokrasi di Indonesia saat ini adalah kurang ditumbuhkembangkannya kemampuan menulis di kalangan ASN sehingga menyebabkan lamanya alih pengetahuan dari satu senior ke bawahannya. Menjadi hal penting bagi ASN untuk lebih banyak belajar menulis agar berbagai pengetahuan yang dimiliki bisa diwujudkan dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca dan dipelajari oleh para yunior 5)

Faktor Penyebab Kesulitan Menulis di Kalangan ASN di Indonesia

Kesulitan menulis di kalangan ASN disebabkan oleh dua hal yaitu lemahnya kemampuan menulis efektif dan keterbatasan waktu untuk menulis. Kemampuan menulis efektif pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan membuat tulisan yang variatif. Seseorang yang memiliki kemampuan menulis yang efektif dapat meramu berbagai kata dan kalimat sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik dan dapat dinikmati oleh berbagai pihak. Keterbatasan waktu untuk menulis di kalangan ASN disebabkan oleh waktu yang tersedia digunakan untuk pelaksanaan atau implementasi berbagai kegiatan lainnya selain menulis yang dilakukan oleh ASN sehingga waktu untuk mengembangkan kemampuan menulis menjadi sangat sedikit. 

Cara Mengatasi Kesulitan Menulis di Kalangan ASN di Indonesia

Metode atau cara mengatasi kesulitan dalam menulis efektif adalah harus lebih banyak membaca atau menumbuhkan kecintaan minat baca. Membaca diibaratkan sebagai proses memasukkan berbagai ilmu, pengetahuan, dan informasi ke dalam otak dan pikiran. Sedangkan menulis diibaratkan sebagai proses menuangkan pengetahuan dan informasi yang telah didapatkan dari membaca. Banyak membaca berarti mengisi dan menjaga ilmu, pengetahuan, dan informasi untuk senantiasa tetap penuh dalam otak dan pikiran. Selanjutnya, berkaitan dengan keterbatasan waktu untuk menulis, maka perlu sekali mengelola waktu yang tersedia dengan baik dan bijak. Ketika seorang ASN memutuskan untuk mempunyai kemampuan menulis, maka ASN tersebut perlu mengalokasikan waktunya untuk dapat belajar dan berlatih menulis efektif secara rutin.

Beberapa metode atau cara lain yang dapat mengatasi kesulitan dalam menulis efektif adalah menumbuhkan semangat untuk menulis, berpikir manfaat kemampuan menulis di masa depan (jangka panjang), menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan baik untuk menulis, mengikuti bimbingan teknis (bimtek) kemampuan menulis, dan memliki teman (partner) yang menguatkan. Semangat menulis akan menjadi salah satu modal dasar guna membuka jalan dan memudahkan ASN memiliki kemampuan menulis. Kemampuan menulis di masa mendatang akan memberikan peluang bagi ASN berpikir kritis dan obyektif serta dapat menjadikan smart ASN sehingga akan mendukung peningkatan karir dan naik jenjang lebih tinggi di masa mendatang. Lingkungan yang kondusif untuk menulis akan memotivasi ASN untuk giat menulis. Tentunya lingkungan ini harus mempunyai role model. Peran seorang Pimpinan kantor untuk menjadi role model dalam menumbuhkan kemampuan menulis menjadi sangat penting dalam lingkungan tersebut. Mengikuti bimtek kemampuan menulis  akan membantu ASN dalam rangka mendapatkan strategi menulis yang efektif. Memiliki teman (partner) yang menguatkan bisa dalam bentuk sahabat, mentor, atau guru. Mungkin saja dalam proses memiliki kemampuan menulis ini muncul pikiran atau rasa bosan untuk belajar dan mengasah bakat menulis sehingga keberadaan teman (partner) yang menguatkan ini berfungsi untuk memotivasi bangkit kembali dalam mencapai cita-cita.

Tujuan Meningkatkan Kemampuan Menulis di Kalangan ASN di Indonesia

Tujuan yang ingin dicapai dari kemampuan menulis para ASN antara lain

  1. Menyosialisasikan dan menjelaskan program, kegiatan, dan output yang dihasilkan pemerintah agar dapat diketahui oleh masyarakat.
  2. Menjadikan tulisan sebagai salah satu instrumen terpenting dalam membangun jalur komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
  3. Memberikan kontribusi dalam menumbuhkan kepercayaan (trust) masyarakat kepada pemerintah melalui kemampuan dan kebiasaan menulis.
  4. Mendorong setiap ASN untuk dapat menuangkan ide, gagasan, dan informasi dalam bentuk tulisan.
  5. Menyediakan kesempatan untuk berkarir dan naik jenjang yang lebih tinggi.
  6. Memotivasi ASN untuk dapat mengirimkan tulisan yang baik dan bermanfaat ke berbagai media massa sehingga ini akan membangun kesan (image) branding organisasi atau instansi agar semakin dikenal masyarakat mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan dan dihasilkan.
  7. Mendukung pencapaian target dalam perjanjian atau kontrak kinerja organisasi atau instansi.

Ya, perlu usaha pembenahan secara bersama dalam peningkatan budaya sadar literasi secara luas kepada setiap lapisan masyarakat terutama di kalangan ASN. Keinginan atau cita-cita memiliki kemampuan menulis efektif yang baik harus melalui proses dan perjuangan tetapi dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, berbagai latihan, keyakinan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak baik saudara, mentor, maupun guru, yang pada akhirnya jerih payah tersebut nantinya akan membuahkan hasil berupa kemampuan menulis dan manfaat (benefit) lainnya lainnya antara lain: peningkatan karir, naik jenjang yang lebih tinggi, dan mendapatkan pendapatan (income) dari tulisan populer di media massa jika tulisan tersebut diterima dan layak untuk diterbitkan di media massa..

 

Referensi:

1) Maman Suherman, Kemampuan Menulis Jadi Warisan Berharga Bagi Birokrat Muda. https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/kemampuan-menulis-jadi-warisan-berharga-bagi-birokrat-muda. 29 April 2020.

2) M. Deny Effendy Tambusay dan Windy Niskya Rahmi Harefa. “MANCA” untuk Literasi yang Menyenangkan. https://balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/2023/09/07/manca-untuk-literasi-yang-menyenangkan/. 7 September 2023.

3) Muhammad Nasir, Kemajuan Bangsa Terpampang dari Kemampuan Literasinya. https://pendidikandd.org/post/kemajuan-bangsa-terpampang-dari-kemampuan-literasinya/2022/. 27 Desember 2022.

4) Restu Indah. Indeks Literasi Indonesia di Angka Sedang, Laki-Laki Lebih Malas Membaca. Kelana Kota. https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/indeks-literasi-indonesia-di-angka-sedang-laki-laki-lebih-malas-membaca. 21 Oktober 2021.

5) Teguh Widjinarko, Kemampuan Menulis Jadi Warisan Berharga Bagi Birokrat Muda. https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/kemampuan-menulis-jadi-warisan-berharga-bagi-birokrat-muda. 29 April 2020. 

Bagikan :