Resmi sudah wajah baru pemerintahan Indonesia, tepatnya tanggal 20 Oktober 2024 Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dilantik. Bersama kabinet baru yang diberi nama Kabinet Merah Putih, Presiden Pabowo berhasil mencuri rasa penasaran publik dengan dilantiknya 48 menteri dan 56 wakil menteri.
Usai mendapat julukan “gemoy” pada masa Pilpres 2024, kini publik dibuat tercengang dengan kabinet “gemuknya”. Bahkan, Kabinet Merah Putih ini merupakan kabinet “tergemuk” sejak orde baru hingga reformasi. Sontak rasa heran dan penasaran terbesit di benak publik, apakah semua ini akan efektif?
Menurut Prabowo, "kabinet yang gemuk diperlukan untuk membangun pemerintahan yang kuat. Beliau juga mengatakan bahwa Indonesia besar sehingga membutuhkan kabinet yang besar pula".
“Gemuknya” kabinet saat ini sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 61 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, khususnya pada Pasal 15. Jumlah kementerian yang dibatasi semula berjumlah 34 menjadi tak terbatas sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah oleh Presiden.
Terlepas dari betapa “gemuknya” kabinet saat ini, yang dibutuhkan adalah hasil nyata bukan omong kosong belaka. Ya, tentu saja di awal Kabinet Merah Putih berdiri, sudah mampu mengacak-acak rasa kepercayaan publik pada pemerintah. Berbagai kontroversi muncul di awal masa jabatan para menteri, mulai dari penggunaan kop surat instansi untuk kepentingan pribadi hingga pada permintaan anggaran yang tidak realistis.
Namun, tanpa aba-aba publik kembali dikejutkan oleh fakta baru. Kali ini bukan tentang kontroversi tapi sebuah prestasi. Bagaimana tidak? Puluhan koruptor berhasil ditangkap dalam sepuluh hari masa kerja presiden, tidak main-main total kerugian negara mencapai Rp. 3,1 triliun. Dalam waktu singkat, Presiden Prabowo membuktikan komitmenya dalam memberantas korupsi. Beliau menegaskan bahwa “Tidak ada negara yang berhasil tanpa pemerintah yang bersih”.
Publik kini patut tersenyum atas capaian kerjanya, seakan menunggu gebrakan apa lagi dan hasilnya yang dicapai untuk negara ini. Harapan publik atas keberhasilan pemerintah semakin tinggi melalui program-program yang dibuat, berharap semua itu bukan sekedar janji tapi bisa terealisasi.
Beberapa hal mendasar yang tentunnya sangat diharapkan publik, mulai dari sektor pendidikan, diharapkan bukan sekedar program makan siang gratis yang terealisasi tetapi juga pengkajian ulang kurikulum, dan program digitalisasi sekolah karena masih banyak ketimpangan antar daerah sehingga perlu dipastikan pemenuhan aksesibilitas yang sama dan setara.
Sedangkan, di sektor ekonomi dan pariwisata salah satunya Presiden Prabowo “menjanjikan” akan menurunkan harga tiket pesawat. Tentunya harapan pemerintah menurunkan harga tiket pesawat adalah untuk menaikkan devisa negara melalui wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Namun, ini bukan sekedar wisatawan tapi juga harapan publik yang selama ini tersiksa di tanah rantau, ingin berkumpul dengan keluarga namun terbatas oleh harga tiket domestik yang sangat mahal.
Selain itu, publik tentu berharap program-program lain seperti swasembada pangan, kelanjutan pembangunan IKN, pemantauan dana desa dan berbagai kebijakan yang dikeluarkan tidak akan tumpang tindih dan timpang sebelah. Sehingga, bukan hanya menguntungkan pemerintah saja tetapi publik pun dapat menikmati hasilnya.
Buktikan! Kabinet “Gemuk” prestasi “Gemuk”, Suara publik jangan dibungkam, biarkan publik bersorak sorai kembali menyambut keberhasilan pemerintahan. “Berjoget” kembali seperti masa pemilihan! Jangan nodai kepercayaan publik, cukup bawa era Indonesia yang terbaik.