Jaga Kesehatan, Walau Anggaran Dipangkas

Gambar sampul Jaga Kesehatan, Walau Anggaran Dipangkas

“Asmaku kambuh nih!” cerita seorang teman kantor di whatsapp grup yang mengeluhkan keadaan kantor saat ini. Dia lalu menceritakan, setiap kali AC di kantor mati dan kipas angin dinyalakan, debu-debu di kantor mulai beterbangan.

“Sama, aku juga bengek nih!” timpal seorang teman yang berkantor di lantai yang lain, meratapi keadaan kantornya belakangan ini. Sudah tiga bulan dia menjalani cuti, namun baru tiga hari masuk kantor, dirinya mengaku langsung terserang asma.

Obrolan tersebut diakhiri dengan pesan terusan dari grup whatsapp lainnya. “Kita lakukan efisiensi, dan kita tetap jaga kesehatan pegawai.” Tulis akhir chat tersebut.

Kebijakan pemangkasan anggaran di beberapa Kementerian/Lembaga (K/L) telah berpengaruh pada efisiensi anggaran operasional termasuk penggunaan pendingin udara. Kebijakan ini menuntut para ASN di beberapa K/L untuk beradaptasi menjalankan kegiatan perkantoran sehari-hari.

Seperti kabar beredar, untuk menjalankan efisiensi anggaran, beberapa K/L telah menjalankan pengetatan biaya operasional seperti tagihan listrik dan air minum. Listrik kerap dimatikan menjelang sore, padahal mereka seringkali diminta lembur.

Bukan hanya itu, anggaran seperti Alat Tulis Kantor (ATK), sewa mesin fotokopi, layanan jemputan pegawai dan belanja operasional lainnya juga ikut dihemat.

Walhasil, para ASN menganggap hal ini sedikit mengganggu kenyamanan bekerja. Ada yang tidak biasa bekerja tanpa penggunaan AC, sebagian lagi bekerja dengan penerangan yang kurang optimal. Sementara itu, setiap orang juga diwajibkan membawa minum masing-masing, karena belanja air minum mineral di dispenser dan belanja tisu terpaksa dikurangi.

Adaptasi

Efisiensi Anggaran seharusnya dapat diantisipasi karena sejatinya manusia dianugerahi kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan perubahan. Selama berjuta tahun, manusia telah melalui proses evolusi dan adaptasi yang luar biasa untuk bertahan hidup, berkembang dan menghadapi tantangan yang muncul seiring waktu.

Tengok bagaimana manusia secara psikologis dapat menghadapi perubahan dan tekanan karena mampu meningkatkan mental dan mengelola emosional. Manusia juga terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri hingga ke zaman modern dengan segala kemajuan teknologi.

Yang terakhir, lihat bagaimana manusia dapat beradaptasi dengan bencana maupun pandemi. Wabah Covid-19 beberapa tahun yang lalu telah memberi pelajaran berharga bagi para ASN. Apalagi yang dihadapi kali ini hanya penghematan anggaran.

Bekerja saat itu dilakukan secara daring, para abdi negara beradaptasi untuk melakukan Work from Anywhere (WFA) maupun Work from Home (WFH). Bahkan para ASN telah berpengalaman beradaptasi untuk mengurangi perjalanan dinas.

Dari pandemi itu pula kita belajar untuk semakin faham bahwa kesehatan adalah modal paling penting untuk menjalani roda kehidupan. Pun demikian ketika adanya kebijakan penghematan anggaran.

Kesehatan adalah aset berharga yang mempengaruhi semua aspek kehidupan. Menjaga kesehatan mampu mendorong produktivitas. Tubuh dan pikiran yang sehat memungkinkan seseorang bekerja lebih produktif, efisien dan kreatif.

Disamping itu, mengabaikan kesehatan juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius di masa depan dan bahkan mungkin mengakibatkan biaya pengobatan yang jauh lebih tinggi. Untuk itu, menjaga kesehatan berguna untuk mempertahankan kualitas hidup yang optimal.

Menjaga pola makan yang sehat dan berolahraga secara rutin adalah cara paling praktis untuk menjaga kesehatan bagi para ASN. Berolahraga juga dapat menjadi hobi baru untuk menghindari tekanan akibat penghematan anggaran.

Kesehatan Mental

Penghematan anggaran seringkali disertai dengan stres dan kecemasan tentang keuangan, ditambah ekonomi dunia saat ini diperkirakan sedang mengalami perlambatan.

Untuk menghadapi ini, kesehatan mental memainkan peranan penting untuk mengelola emosi, berpikir jernih, membangun hubungan antar manusia yang sehat, dan menghadapi tantangan.

Di tengah suasana sulit, banyak diantaranya memilih untuk berhemat. Padahal, pola pikir berhemat dalam keadaan sempit dianggap salah, seharusnya berhemat dalam keadaan lapang. Jika berhemat disaat sempit, berarti dahulunya dia berfoya-foya dalam keadaan lapang.

Saat sempit adalah saatnya untuk menciptakan side hustle, mencari liquidity baru, bekerja lebih keras untuk mencari cara mendapatkan penghasilan (sampingan) baru. Lingkari diri dengan optimisme karena toxicity kadangkala berujung menyalahkan tuhan.

Dalam keadaan sulit juga, kita dituntut untuk membedakan antara apa yang dapat kita kendalikan dan apa yang tidak. Kemampuan kita menerima bahwa kita tidak dapat mengontrol peristiwa dari luar atau tindakan orang lain, dapat memudahkan kita mengurangi kecemasan dan stres yang muncul dari hal-hal tersebut.

Kesehatan mental dapat terjaga karena kita tidak membiarkan hal-hal yang tidak bisa diubah merusak kedamaian batin kita. Tanpa kesehatan mental yang baik, sulit bagi seseorang untuk menikmati hidup, menjalankan fungsi sehari-hari, atau membangun hubungan yang bermakna.

Memprioritaskan kesehatan baik fisik maupun mental, tidak hanya meningkatkan kualitas hidup tapi membuat kita akan lebih produktif. Seperti chat penutup tadi, “kita lakukan efisiensi, dan kita tetap jaga kesehatan pegawai.”

#NulisSembariDinas

#EfesiensidanAdaptasi

Bagikan :