oleh: Charlie Ch. Legi
Sebanyak yang suka, sebanyak itu pula yang tidak suka. Begitulah hidup. Pasti ada yang mendukung atau sebaliknya.
Politik pun begitu. Saat pemilihan presiden lalu, terbentuk kubu-kubu pendukung. Saling menjatuhkan, saling cemooh. Tujuannya hanya satu, meloloskan junjungan agar duduk di tampuk kekuasaan.
Kini, pemilihan presiden usai sudah. Pepatah orang Minang, "Biduak Lalu, Kiambang Batawik" (biduk lewat, kiambang kembali bertautan). Tak ada lagi dukung mendukung. Semua kembali menjadi satu.
Presiden RI periode 2024-2029 sudah dilantik. Presiden Prabowo dengan Wakil Presiden Gibran akan saling berpegangan tangan untuk lima tahun ke depan. Apa harapan kita?
Harapan pertama, tentunya semua membaur jadi satu. Tidak ada lagi saling hujat. Saling menjatuhkan. Serta tidak tercipta kubu maupun oposisi yang menentang pemerintahan. Semua saling berangkulan, berpegangang tangan tanpa melihat "warna". Benar-benar Bhinneka Tunggal Ika.
Harapan selanjutnya tentu kebaikan bagi negeri. Agar negeri berjalan baik, gemah ripah loh jinawi, tentunya dibutuhkan pemimpin yang tenang. Tenangnya pemimpin pastinya berkat doa yang baik dari rakyatnya.
Terkait mendoakan pemimpin, Imam Abu Jafar Ath-Thahawi yang dinukil dari muslim.or.id menerangkan bahwa seorang muslim tidak boleh mendoakan kejelekan.
"Dan tidak mendoakan kejelekan bagi mereka (pemimpin atau pemerintah)."
Sementara, Imam Fudhail bin 'Iyadh pernah berkata, "Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab (yang dikabulkan), maka aku akan gunakan untuk mendoakan penguasa."
Sebelumnya, cukup banyak oposisi terhadap pemerintah. Oknum yang kerap mencaci maki presiden. Mendoakan keburukan bagi pemimpin. Hal ini tentunya tak elok. Terutama bagi emosi pemimpin dan jalannya roda pemerintahan.
Terkait demikian, Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan pernah berkata, "Maka orang-orang yang mendoakan jelek pemimpin kaum muslimin, maka dia tidaklah berada di atas mazhab ahlus sunnah wal jamaah. Demikian pula, orang-orang yang tidak mendoakan kebaikan bagi pemimpinnya, maka ini adalah tanda bahwa mereka telah menyimpang dari aqidah ahlus sunnah wal jamaah."
Pelantikan presiden baru hitungan pekan. Prabowo-Gibran sedang ancang-ancang untuk tancap gas. Mari kita sama-sama doakan presiden dan wakilnya. Agar jalannya roda pemerintahan mulus, sehingga dapat terwujud "Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045".**