Gaya Hidup yang Digandrungi Gen Z jadi Pendekatan Efektif untuk Mencegah Korupsi

Gambar sampul Gaya Hidup yang Digandrungi Gen Z jadi Pendekatan Efektif untuk Mencegah Korupsi

Hidup sederhana dan selalu bersyukur adalah kunci kebahagiaan dan kedamaian batin yang saling melengkapi, membawa manfaat besar bagi kesehatan mental dan emosional. Hidup sederhana membantu kita merasa cukup dan mengurangi keinginan yang tidak perlu, sementara bersyukur membantu kita menghargai anugerah yang dimiliki dalam hidup. Kesederhanaan dan rasa syukur sulit diukur karena standar dan penerapannya berbeda-beda bagi setiap orang. Terdapat relativitas pandangan terhadap kesederhanaan dan kemewahan, apa yang dianggap sederhana oleh seseorang bisa jadi mewah bagi orang lain, begitu juga sebaliknya. Relativitas tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti persepsi individu, latar belakang budaya, kondisi ekonomi, dan nilai-nilai personal yang dipegang oleh seseorang. Rasa syukur merupakan sikap batin yang sering diekspresikan dalam bentuk keikhlasan, penerimaan, dan rasa cukup yang tidak dapat dihitung secara kuantitatif, hal ini bukan tentang jumlah harta atau tindakan yang bisa dihitung melainkan bagaimana seseorang memandang dan merespon kehidupan secara keseluruhan terhadap apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Lantas bagaimana Generasi Z (Gen Z) mengekspresikan tindakan hidup sederhana dan selalu bersyukur dalam konteks pencegahan korupsi?

Gen Z memiliki kecenderungan suka dengan gaya hidup yang praktis seperti gaya hidup soft life yang banyak digandrungi akhir-akhir ini, yaitu menjalani kehidupan dengan mencari ketenangan, kenyamanan, serta menikmati hidup tanpa terburu-buru. Ada pula gaya hidup minimalisme yang lebih menghargai pengalaman dan koneksi sosial daripada kepemilikan suatu benda, tidak berfokus pada kepemilikan materi yang berlebihan melainkan pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. Menjalani kehidupan di era digital dan serba cepat, mereka cenderung menolak hustle culture, yaitu budaya kerja berlebihan yang sering memicu tindakan ilegal untuk mencapai kesuksesan secara instan, mereka lebih memilih keseimbangan, fleksibilitas, serta melakukan konsumsi secara bijak dengan tidak menjadikan kepemilikan barang sebagai tolok ukur keberhasilan. Selain itu, mereka menempatkan kesehatan mental sebagai prioritas, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan ingin menjalani hidup yang lebih bermakna sesuai dengan nilai-nilai pribadi yang dimiliki. Gaya hidup tersebut merupakan modal positif dan strategi penting sebagai pendekatan untuk mencegah korupsi, terutama pada hal-hal yang mengedepankan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur. Nilai-nilai tersebut secara alami menolak keserakahan dan keinginan untuk memperoleh sesuatu secara tidak sah.

Kesederhanaan dan rasa syukur dapat mengendalikan keinginan untuk hidup mewah yang berpotensi mendorong praktik korupsi. Sikap sederhana sebagai bagian dari nilai-nilai antikorupsi yang harus ditanamkan dapat dipraktikkan melalui pengelolaan gaji sesuai kebutuhan, hidup hemat, dan tidak berlebih-lebihan. Rasa syukur menumbuhkan rasa penghargaan atas apa yang telah dimiliki serta menghalangi keinginan dan dorongan untuk memiliki harta lebih dari yang dibutuhkan dengan cara-cara yang tidak benar. Selain itu, rasa syukur juga dapat mencegah tindakan membanding-bandingkan hidup dengan orang lain. Kurangnya rasa syukur dan pola hidup yang berlebihan dapat memicu seseorang mencari cara instan untuk memenuhi keinginan termasuk melalui korupsi. Menerapkan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur dapat menjadi faktor kunci yang membentuk Gen Z menjadi agen perubahan karena menumbuhkan karakter yang lebih jujur, bertanggung jawab, dan adil dalam setiap tindakan, hal tersebut efektif sebagai benteng yang kuat untuk mencegah korupsi. Selain itu, hidup sederhana dan selalu bersyukur menumbuhkan integritas dan karakter kuat yang tidak mudah goyah oleh godaan materi.

Bagikan :