Gaji ASN Adalah Simbol Keharusan ASN Memiliki Ketrampilan Berhemat Tingkat Tinggi

Gambar sampul Gaji ASN Adalah Simbol Keharusan ASN Memiliki Ketrampilan Berhemat Tingkat Tinggi

JIka ada pertanyaan apakah gaji ASN itu tinggi? Jawabannya harus mengacu pada banyak unsur.  Gaji pokok atau ditambah tunjangan? Karena untuk gaji pokok setiap ASN baik yang pusat mau pun daerah itu sama. Tapi take home pay ASN ini kan dihitung setelah ditambah tunjangan pada masing-masing instansi, maka jawabannya bisa tinggi atau bahkan tidak sama sekali.

Untuk ASN daerah bah kan gaji yang diperoleh hanyalah gaji pokok tanpa tunjangan apa pun. Tak adanya tunjangan dari Pemerintah Daerah tentu disebabkan karena daerah sendiri tidak  memiliki anggaran memadai untuk membayar tunjangan pada ASN di wilayahnya. Sesuai dengan PP No. 12 Tahun 2019, yang menyatakan bahwa tunjangan tambahan penghasilan untuk ASN harus memperhatikan kemampuan keuangan daerah, maka tak mengherankan untuk daerah tingkat Kabupaten, para ASNnya praktis hanya menerima gaji pokok saja.

Lantas, bagaimana untuk ASN pusat? Bisakah kita sebut gaji dan kesejahteraan sudah tinggi? Dengan jumlah tunjangan, yang di dalamnya berbentuk tunjangan kinerja, ASN pusat tampaknya bisa dibilang lebih sejahtera ketimbang ASN daerah. Namun, ASN pusat tidak lantas pula gajinya dapat bersaing dengan pegawai BUMN atau pun perusahaan swasta yang ada di kota besar. Dengan biaya hidup yang jelas cukup berjarak dengan kehidupan di daerah, gaji ASN pemerintah pusat pun tak jauh beda yaitu habis untuk menutupi kebutuhan hidup di kota besar.

Penemuan sekitar 400.000 ASN masuk kategori miskin sesungguhnya bukanlah hal yang mengejutkan. Angka 400.000 itu baru lah yang tampak dan dapat dihitung. Yang tidak kelihatan ini bisa melebihi jumlah penemuan itu. Sesungguhnya pemerintah pun tak perlu merasa kaget. Karena dengan hitung-hitungan gampang saja, gaji ASN, terutama untuk ASN yang sudah berkeluarga  dan jumlah anak bersekolah, tidak lebih hanyalah penghasilan yang untung bisa diselamatakan hingga akhir bulan atau bah kan belum ada setengah bulan sudah habis.

Ketrampilan Berhemat Tingkat Tinggi untuk ASN

Tak ayal, selain ASN harus memiliki kompetensi yang layak di bidangnya, ASN juga harus memiliki  kompetensi dalam bidang soft skill yang tak kalah penting untuk dimiliki. Yaitu, kompetensi dalam bidang ketrampilan berhemat tingkat tinggi.

Ketrampilan ini menjadi sangat penting karena hanya dengan berhemat, ASN mampu menyelamatkan pemenuhan kesejahteraan tingkat dasar dalam memenuhi kebutuhannya. Menjadi ASN yang mampu berhemat tentu saja membutuhkan banyak pengorbanan. ASN yang tadinya mudah membeli ini itu, semacam pakaian atau pun berbagai jajanan makanan, harus memulai mengatur keuangan.

ASN dengan ketrampilan berhemat ini, acapkali akan kita lihat jika ia hanya memakai baju itu-itu saja. Sepatu pun juga itu-itu saja. Karena ia hanya memiliki satu pasang sepatu. ASN seperti ini pula adalah ASN yang bisa menerima keadaan apa pun. Ia tidak pilih-pilih makanan atau barang. Namun, tidak jarang pula kita temui ASN seperti ini mampu membeli motor mahal sebagai buah penghematan yang mereka lakukan.  Memang kelihatannya mereka ini tidak mengikuti trend tapi mereka adalah ASN yang terselamatkan dari pembelanjaan di luar anggaran.

ASN yang memiliki kompetensi dengan ketrampilan berhemat tingkat tinggi ini pula memiliki karakter yang tidak mudah dipengaruhi lingkungan.

Untuk ASN yang sudah berkeluarga, cakupan hidup hemat ini menjadi lebih luas. Bukan hanya dirinya, tapi juga pasangan dan anak-anak. Maka tak  mengherankan biasanya uang jajan anak ASN itu tidak sebanyak anak juragan atau pedagang misal. Ketrampilan ini pula mencakup ketrampilan dalam memilah mana kebutuhan mendesak dan mana kebutuhan yang masih bisa ditunda.

Lantas bagiamana jika ada kebutuhan sekunder yang mendesak tapi dana tak mencukupi? Semisal kebutuhan elektronik, digital yang saat ini bisa dikatakan masuk kebutuhan semi sekunder. Tenang saja, akses kredit bank Daerah untuk para ASN terbuka lebar. Belum pula akses peminjaman di koperasi-koperasi milik internal instansi.  Dengan begitu ASN bisa merasa lega. Setidaknya kebutuhan mendesak itu bisa dipenuhi. Meskipun hidup hemat di kemudian hari tetap harus diupayakan, karena selain untuk memenuhi kebutuhan, ASN juga harus membayar cicilan.

 

 

Bagikan :