Akhir-akhir ini, efisiensi kerap menjadi “obrolan” semua level di bumi pertiwi. Haha, bahkan anak Saya yang umur 6 tahun itu juga menanyakan tentang efisiensi. Efisiensi adalah kemampuan melakukan sesuatu dengan baik, berhasil, dan tanpa pemborosan. Mudahnya, efisiensi adalah ketepatan cara dalam melakukan sesuatu. Bagaimana kita menyadari mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
Pimpinan hingga para staf di kantor terlihat heboh dengan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh Presiden Prabowo. Karena efisiensi memang membuat anggaran Kementerian dan Lembaga mengalami banyak penyesuaian setelah dilakukan. “Nanti kita ga akan bisa lagi dinas luar Kota seperti biasanya. Ga ada lagi dah duit tambahan”, ungkapan ini ramai terdengar di setiap sudut kantor. “Gue harus nyari tambahan nih, kalo ga, gimana ntar anak gue sekolah”, ucap pegawai lainnya.
Diawal pemberitaan efisiensi ini muncul, Saya terpikir tentang kondisi kita diawal virus Covid-19 masuk ke Indonesia. Secara tiba-tiba, kita semua harus bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan mengurangi aktivitas berkumpul-kumpul. Masih jelas teringat di kepala, saat itu juga tidak ada perjalanan dinas, dan juga tidak ada aktivitas kantor yang mendatangkan honor tambahan. Namun kita mampu hidup cukup dengan penghasilan tetap selama bertahun-tahun.
Tujuan hidup kita saat pandemi Covid-19 melanda hanya satu, yaitu bisa terus sehat. Disaat yang sama, kita juga jadi lebih mudah bersyukur. Kita mudah menyadari bahwa makan enak tidak hanya bisa dinikmati di restoran, bisa juga masak sendiri di rumah. Ternyata setiap akhir pekan tidak harus ke mall, bisa juga menonton film bersama keluarga di rumah. Ternyata bekerja tidak harus di kantor, namun bisa juga dari rumah.
Tak dapat ditepis, bahwa kita juga mulai menikmati waktu-waktu yang lebih banyak dihabiskan bersama keluarga saat Pandemi Covid-19. Yang menambah fakta tentang banyaknya waktu yang habis untuk bekerja. Apalagi sebagai abdi negara “kaum umbies” yang jam kerjanya sudah dimulai sejak “bangun tidur” dan baru akan berakhir saat “tidur lagi” di malam hari.
Efisiensi anggaran membuat Saya menyadari satu hal, bahwa ternyata di dunia ini, apapun kejadiannya, hidup ini harus terus dilanjutkan. Sebagai abdi negara, siapapun pemimpin terpilihnya, apapun kebijakannya, bagi Saya adalah sebuah keharusan untuk mendukungnya. Pekerjaan khusus ini tak punya jalan untuk putar balik, jika terguncang bahkan kita juga tidak boleh pura-pura pingsan. Jika negara ini saja sedang melakukan penyesuaian, maka kita juga harus. Kita harus segera melakukan penyesuaian dalam hidup kita masing-masing. Tujuan utama kita dalam hidup saat ini mungkin hanya boleh untuk “bertahan hidup”.
Sebut saja “tidak ada duit tambahan dari perjalanan dinas” dan “honor ina-inu” lagi setelah ini, ya berarti kita juga tidak boleh memiliki kebutuhan tambahan. Kita harus belajar hidup cukup dari penghasilan tetap yang kita punya, ya tentunya dengan tetap berkinerja. Anggaplah efisiensi ini sebuah wadah kontemplasi. Saatnya kita merenung, apa saja yang sebenarnya menjadi kebutuhan kita dan mana yang hanya sekedar keinginan. Jika ada suatu hal (kebutuhan) yang tak bisa ditunda untuk dilakukan dan tak cukup dengan yang ada, maka mencari penghasilan tambahan adalah jalan keluarnya. Kita harus lebih kreatif dalam mencari solusi sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Tidak hanya untuk menyelamatkan diri saat terjadi pandemi atau saat ada efisiensi anggaran, kemampuan mengatur hidup sesuai dengan pendapatan tetap adalah ilmu dasar yang harus kita pelajari dan jalankan saat menjadi abdi negara.
Banyak hal yang harus disesuaikan. Ke pasar mana kita harus belanja dengan anggaran yang kita punya, ke sekolah mana anak harus didaftarkan untuk bersekolah, dan banyak hal lainnya yang harus disesuaikan hingga mencari peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang sesuai dengan pekerjaan yang kita jalankan. Jangan patah hati, rezeki kita sudah ada yang mengatur. Jangan berdiam diri, teruslah bekerja dengan baik, teruslah bercita-cita, teruslah beradaptasi. Selalu ada hal baik (pelangi) yang dapat diambil dari keadaan-keadaan sulit yang datang pada kehidupan kita (badai). Semoga efisiensi anggaran pemerintah ini benar-benar berjalan sesuai tujuannya yaitu untuk menyejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Semoga kita dapat terus belajar dari hal-hal yang telah terjadi dan terus mendapat pencerahan untuk berkeputusan hari-hari mendatang. #NulisSembariDinas, #EfisiensidanAdaptasi