Teriknya matahari membakar kulit dan menyilaukan mata. Topi dan masker yang kami kenakan tak mampu menahan panasnya sang surya. Keringat pun bercucuran membasahi baju.
Semua itu tak menyurutkan langkah kami di dalam lumpur yang berat. Satu persatu bibit mangrove ditanam di dekat ajir yang telah terpasang. Seutas tali dari pelepah pisang diikatkan agar tak terbawa pasang.
Sebagai ASN pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, hutan baik di gunung maupun di pantai adalah rumah kedua kami. Salah satunya, hutan mangrove pada pantai bersubstrat pasir bercampur lumpur.
Kawasan mangrove yang tersebar sepanjang pantai utara Jawa juga menjadi rumah kedua kami. Rutinas pulang dan pergi ke sana, membuat kami semakin memahami bahwa pantai utara Jawa memerlukan perhatian besar.
Manfaat mangrove pantai utara Jawa sangat besar baik secara ekologi, sosial, maupun ekonomi. Meskipun demikian, hutan mangrove di sepanjang pantai utara Jawa tak lepas dari kerusakan, bahkan cukup parah.
Alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak atau kepentingan pembangunan lainnya, menjadi penyebab utama kerusakan mangrove. Penyebab lain adalah abrasi karena faktor alam dan ulah manusia. Hutan mangrove semakin merana karena di beberapa tempat sering kami jumpai tumpukan sampah plastik, Sampah-sampah plastik itu mengotori dan menganggu ekosistem mangrove.
Berbagai upaya telah dilakukan. Rehabilitasi dilaksanakan setiap tahun dalam luasan yang cukup besar. Bermacam-macam teknologi telah diaplikasikan. Upaya-upaya yang dilakukan belum membuahkan hasil yang memuaskan, keberhasilannya relatif kecil. Gempuran ombak memaksa bibit-bibit mangrove harus berjuang keras untuk dapat bertahan hidup.
Rehabilitasi saja tidaklah cukup. Perlu kepedulian seluruh masyarakat untuk menyelamatkan mangrove yang tersisa dan memulihkan ekosistem yang rusak. Kepedulian terhadap mangrove dapat kita lakukan dengan banyak cara, baik secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung, kita dapat ikut aktif dalam penanaman atau menjaga agar hutan mangrove tidak lagi ditebang. Kita juga dapat memilih usaha lain yang lebih menghasilkan dari mangrove seperti wisata dan sektor penangkapan, dengan menjadikan mangrove sebagai tambak alami yang akan menghadirkan ikan, udang, kepiting, dan berbagai makanan sehat lainnya di meja makan kita.
Kita juga dapat menyelamatkan hutan mangrove secara tidak langsung. Salah satunya, lewat perilaku kita sehari-hari. Tidak membuang sampah plastik dan limbah lainnya secara serampangan, misal ke sungai. Sebab, sampah-sampah palstik dan limbah tersebut sangat besar kemungkinannya akan terbawa ke laut dan akhirnya mengotori serta mengganggu ekosistem hutan mangrove.
Terlibat dalam penyelamatan hutan mangrove akan membawa banyak keuntungan bagi kita. Sering kami jumpai ketika hutan mangrove masih sehat atau kembali pulih setelah direhabilitasi, saudara-saudara kita para nelayan, tak perlu jauh-jauh ke tengah laut agar bisa mendapat tangkapan. Cukup dengan perahu tanpa mesin atau perahu kecil dengan biaya kecil untuk dapat menghasilkan tangkapan yang maksimal.
Ikan, udang, kepiting, dan komoditas lainnya yang didapat dari hutan mangrove yang sehat, tentu juga lebih sehat jika dibandingkan dengan hasil budi daya di tambak. Hasil tangkapan dari hutan mangrove tentu lebih terbebas dari residu bahan-bahan yang berbahaya. Muaranya, tentu menyehatkan bagi kita yang mengonsumsinya.
Banyaknya manfaat hutan mangrove ternyata belum juga membangun kesadaran banyak pihak untuk berupaya menyelamatkannya. Pemicunya adalah ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan soal hutan mangrove. Padahal ada pepatah yang mengatakan, ”Tak kenal maka tak sayang”. Tentu jika tak mengenal manfaat hutan mangrove, tentu tak akan mau menjaga atau turut memulihkannya.
Bagi kami yang memang bekerja dan banyak berinteraksi dengan hutan mangrove, arti penting keselamatan hutan mangrove tentu sudah tertanam di sanubari. Ketika berlkaitan dengan penyelamatan dam rehabilitasi hutan mangrove, bagi kami itu bukanlah semata karena pekerjaan, tetapi kami laksanakan dengan penuh kesungguhan bagi kita semua.
Ketidaktahuan tentang manfaat hutan mangrove ini, merupakan hal yang menyedihkan bagi kita semua, terutama di kalangan generasi penerus. Sangat sedikit di kalangan putra-putri kita yang mengenal mangrove.
Keinginan agar mengenal dan mencintai hutan mangrove juga dirasakan oleh generasi penerus, membuat kami ingin berbagi pengalaman soal hutan mangrove. ”Pucuk dicinta, ulam pun tiba.” Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan seleksi penulisan buku bacaan anak sebagai bahan bacaan bagi siswa SMP.
Tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, kami pun mencurahkan berbagai pengalaman kami saat berinteraksi dengan hutan mangrove ke dalam buku bacaan anak tersebut. Syukurlah, rancangan buku kami tentang mangrove dengan judul Kesatria Penjaga, diterima dan diterbitkan Kemendikbudristek untuk kepentingan bahan ajar siswa SMP. Buku tersebut dapat dibaca dan diunduh secara gratis oleh siapapun.
Perlu banyak upaya lagi dari banyak pihak untuk segera bergerak menyelamatkan hutan mangrove. Membuat buku, seperti yang kami lakukan, adalah salah satu hal kecil yang mungkin bisa bermanfaat bagi kita semua. Demi keselamatan hutan mangrove, mari bergerak bersama.
#ASNPunyaCerita