DARAHMU DARAHKU MEMBENTUK GENERASI MILLENIAL MTSN 11 BLITAR YANG BERKARAKTER MULIA

Gambar sampul DARAHMU DARAHKU MEMBENTUK GENERASI MILLENIAL  MTSN 11 BLITAR YANG BERKARAKTER MULIA

DARAHMU DARAHKU

MEMBENTUK GENERASI MILLENIAL MTSN 11 BLITAR

 YANG BERKARAKTER MULIA

 Oleh.

Muhammad Ali Efendi, M.Si

(Guru mata pelajaran IPA MTSN 11 Blitar)

 Generasi millenial  adalah generasi yang menjadikan teknologi informasi sebagai gaya hidup atau lifestyle. Generasi millenial muncul sebagai fenomena baru yang dipicu oleh perkembangan teknologi informasi tentu yang akan berpengaruh terhadap aspek pendidikan sekolah maupun kehidupan individu dalam keluarga, baik positif maupun negatif.

Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi informasi adalah semakin merosotnya moral para pelajar. Tawuran antar pelajar, budaya suka “membully”, free seks, pesta minuman keras “oplosan”, pembunuhan, perampokan yang dilakukan oleh generasi millenial menjadi berita utama di setiap media masa baik cetak maupun elektronik. Hal ini merupakan salah satu akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti generasi millenial, padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah merosotnya moral generasi millennial adalah dengan cara pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk generasi millennial yang “mbeneh lan ora keblinger”. Generasi yang ”Berdasi” tapi tidak pandai korupsi, generasi “pakar” tapi tidak “makar”, generasi millennial yang “pinter” tapi tidak “keblinger”. Jangan tertipu dengan “bungkus pakaian” seseorang karena “bungkus pakaian seseorang tidak selamanya mencerminkan karakter seseorang. Artinya bahwa pendidikan karakter yang diterima oleh generasi millennial tidak hanya sebatas retorika tetapi lebih ketindakan nyata.

Generasi millenial yang harapannya pada tahun 2045 menjadi generasi emas Indonesia diharapkan memiliki karakter mulia berupa religius, “andap asor” (atau rendah hati), gotong royong (kerjasama), Tepa slira (tenggang rasa), “Tresna asih” (kasih sayang), “Sumedulur” (kekeluargaan), “nguwongke/ngajeni” (menghargai/menghormati), “Aja dumeh” (tidak menyombongkan diri), “Sumeh” (ramah), dan “Ora Aji mumpung” (Menggunakan kesempatan dari jabatan ataupun waktunya untuk memanfaatkan dan mencari keuntungan baik secara material maupun non material guna kepentingan pribadi ataupun kelompoknya).

Sekolah merupakan salah satu tempat yang memiliki peran untuk membentuk karakter mulia. Perlu ada pembentukan karakter siswa yang merupakan salah satu generasi millenial yang diintegrasikan didalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat SMP/MTs adalah ilmu pengetahuan Alam (IPA). Dalam konteks pembelajaran IPA, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan konsep pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. Perbedaan yang mendasar adalah hanya tekanannya harus sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri. Mempelajari IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA tidak bisa dengan cara menghafal atau pasif mendengarkan guru menjelaskan konsep. Siswa sendiri yang harus melakukan pembelajaran melalui percobaan, pengamatan maupun bereksperimen secara aktif yang akhirnya akan terbentuk kreativitas dan kesadaran untuk menjaga dan memperbaiki gejala-gejala alam yang terjadi untuk selanjutnya membentuk sikap ilmiah yang pada gilirannya akan aktif untuk menjaga kestabilan alam ini secara baik dan lestari.

Salah satu materi yang diajarkan didalam pelajaran IPA tingkat SMP adalah sistem peredaran darah. Darah adalah cairan tubuh paling penting yang bertanggung jawab dalam sirkulasi nutrien, enzim-enzim, dan hormon-hormon ke seluruh tubuh. Disamping itu juga mendistribusikan substansi yang penting yaitu oksigen serta mengangkut karbon dioksida (CO2) agar tidak meracuni tubuh manusia itu sendiri.

Melalui materi sistem peredaran darah, kita sebagai pendidik harus dapat menjadikannya sebagai alat atau sarana untuk menanamkan beberapa karakter mulia pada peserta didik yang merupakan generasi millenial. Dalam memberikan materi sistem  peredaran darah, maka pendidikan karakter yang bisa kita lakukan adalah dengan cara yang pertama meningkatkan religius peserta didik terlebih dahulu. Bagaimana caranya?. Melalui materi sistem peradaran darah kita dapat meningkatkan karakter religius terhadap peserta didik. Didalam sistem peradaran darah terdapat 3 komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Jantung berfungsi sebagai organ pemompa darah; pembuluh darah bertugas mengalirkan darah; darah adalah zat yang dialirkan. Darah memiliki fungsi diantaranya menyuplai oksigen dan nutrisi untuk keberlangsungan metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Sistem pertahanan tubuh (imunitas) juga dilakukan oleh darah dalam hal ini adalah leukosit. Jantung, pembuluh darah dan darah bekerja secara sistematis dan terorganisir. Siapakah yang mengorganisir semua itu? Maka jawabannya adalah Allah SWT. Seperti yang telah dijelaskan dalam Kitab Suci Al Qur’an bahwa seluruh jagat raya berjalan dengan keteraturan yang sempurna karena bumi, langit, dan semua yang berada di antaranya diciptakan Allah, yang memiliki kekuasaan dan ilmu yang tak terbatas. Tentu saja tidak aneh bahwa semua yang diciptakan Allah memiliki kesempurnaan luar biasa dan berjalan dengan ketertiban tanpa cacat. Yang mengejutkan justru ketidakpekaan manusia yang tiada akhir terhadap begitu banyak keajaiban yang dia temui, lihat, dengar, dan tahu — termasuk tubuhnya sendiri — dan ketidakpeduliannya pada alasan “mengapa” detail yang luar biasa ini ditunjukkan kepadanya.

Darah, yang hanya sebuah cairan, tidak pernah gagal melakukan suatu tugas yang memerlukan perhatian dan tanggung jawabnya. Darah tahu setiap zat yang dibawanya, untuk apa gunanya, dan kemana harus diantarkan. Misalnya, darah tidak keliru mengantarkan karbon dioksida ke sel, yang diambilnya dari sel lain sebagai zat buangan. Darah selalu memberi sel oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Darah melakukan tugas ini tanpa kesalahan atau kelelahan, karena ini adalah bagian dari rencana sempurna yang Allah ciptakan dalam tubuh manusia. Karena darah menyerah tanpa syarat pada sistem yang diciptakan oleh Allah, seluruh sel darah melakukan tugasnya tanpa melakukan kesalahan apa pun.

Setiap hari tubuh kita bertempur melawan banyak bakteri, virus, dan mikroba. Beberapa di antaranya dicegah memasuki tubuh, sedang beberapa lainnya berhasil masuk. Tetapi ada sel perlindungan khusus dalam tubuh kita untuk memerangi semua itu, yang disebut dengan sel kekebalan tubuh. Sel-sel ini, yang bisa dianggap sebagai tentara yang memerangi musuh dan melindungi tubuh kita dari bahaya, bergerak di dalam aliran darah. Kapan pun ada serangan musuh, mereka bisa mencapai bagian tubuh terkait melalui pembuluh darah dan dengan mudah memerangi musuh tersebut. Sel-sel kekebalan ini tidak belajar tentang misi yang mereka lakukan. Mereka telah mengetahuinya semenjak mereka ada. Mereka mulai melakukan tugas mereka dan melindungi tubuh ketika seorang bayi dilahirkan. Ini adalah perincian mengagumkan dalam ciptaan Allah. Tuhan kita telah mengajarkan pada sel-sel apa yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang tentang pengetahuan yang sangat penting dan menganugerahkan mereka untuk kepentingan kita.

Darah juga bertindak sebagai alat komunikasi dalam tubuh. Ada kurir-kurir di dalam darah yang membawa pesan dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Kurir ini, yang dikenal sebagai hormon, membawa pesan ke bagian-bagian tubuh terkait seperti seorang petugas pos yang membawa surat. Banyak proses penting, termasuk pertumbuhan tubuh, rasa haus, pengeluaran keringat, dan pengendalian tingkat gula darah terjadi berkat pesan yang diantarkan dengan tepat tersebut.

Darah bergerak melalui tempat tertutup dalam pembuluh dan akan mengucur keluar jika ada luka. Namun, demi kesehatan kita, aliran darah itu harus dihentikan. Kalian mungkin pernah mendengar ada orang yang mati karena kehilangan banyak darah dalam kecelakaan atau operasi. Kalau begitu, apakah yang menyebabkan darah berhenti mengalir segera setelah luka mulai mengucurkan darah?. Proses ini disebut dengan penggumpalan darah (koagulasi), yang merupakan salah satu sistem pertahanan otomatis dalam tubuh kita. Beberapa zat yang ada dalam darah menghentikan dan menutupi luka tersebut. Berkat kemampuan penggumpalan darah ini, pendarahan berlebihan pun tercegah. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di sebelah kanan, beberapa sel dalam darah diberi tahu tentang pembuluh yang rusak, dan segera menuju ke tempat itu. Pertama-tama mereka berkeliling di sekitar luka, lalu menghambat aliran darah dengan membuat sebuah jarring darah (fibrin). Jaring ini mengeras lambat laun dan membentuk gumpalang darah.

Sekarang mari kita renungkan bersama. Bisakah serangkaian peristiwa ini terjadi secara kebetulan? Bagaimana beberapa sel darah mendapat informasi tentang kerusakan di suatu tempat dalam pembuluh darah, yang merupakan sebuah dunia luas jika dibandingkan dengan ukuran mereka? Mengapa mereka bekerja keras untuk mencegah aliran darah? Bagaimana mereka tahu bahwa mereka harus menutup luka untuk menutup kehilangan darah? Siapa yang mengajari sel-sel ini agar mereka menutupi luka itu?.

Sel-sel tidak pernah belajar tentang segala hal ini secara kebetulan dan juga tidak bisa melakukan ini dengan kemauan sendiri. Bahkan manusia, yang memiliki kecerdasan, tidak mungkin menciptakan sistem yang terperinci seperti itu dan mengajari sel apa yang harus dilakukan. Pastilah, kecerdasan yang ditunjukkan oleh sel-sel ini bukanlah milik mereka. Allah-lah yang telah mengilhami mereka dan mereka bertindak menurut sebuah perencanaan sempurna.

Setelah meningkatkan tingkat religius peserta didik, maka kita harus bisa mendoktrin peserta didik agar “tawadu” terhadap guru. Prilaku tawadu’ kepada guru adalah sikap berbuat baik dengan gurunya dan berbuat baik dalam proses belajar. Indikator yang dapat dilihat dari sikap tawadhu’ peserta didik dapat dilihat dari kebiasaan mengucapkan salam dan menjawab salam ketika bertemu dengan Bapak / Ibu guru; menghormati guru; taat dan patuh pada guru; berlaku sopan santun kepada guru; meminta maaf jika melakukan kesalahan kepada guru; mendoakan kebaikan kepada guru dan tidak menyepelekan atau meremehkan guru. Prilaku tawadu’dapat kita tanamkan bahkan kita doktrinkan kepada peserta didik ketika diawal pembelajaran disetiap tahun ajaran. Doktrinlah peserta didik jika menginginkan ilmu yang barakah maka tawadu’lah sama gurumu. Agar peserta didik mempunyai prilaku tawadu’ terhadap guru, maka guru harus bisa memberikan suri tauladan yang baik. Sudah terlanjur adanya anggapan di masyarakat luas bahwa guru adalah orang yang “digugu lan ditiru”. Guru sebagai seorang pendidik hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau memberi teori kepada anak didik, tetapi lebih dari itu ia harus mampu menjadi panutan bagi anak didiknya, sehingga anak didik dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Artinya jangan berharap peserta didik tawadu’ sama gurunya kalau gurunya masih belum bisa memberikan suri tauladan yang baik secara nyata di depan peserta didik secara nyata.

Melalui materi peredaran darah maka seorang pendidik bisa menanamkan sifat sosial. Bagaimana caranya memasukkan nilai karakter sifat sosial?. Darah manusia memiliki keanekaragaman atau pluralisme berdasarkan golongannya. Darah manusia dibagi menjadi 4 golongan, yaitu golongan A, AB, B dan O. Golongan A, B dan AB hanya bisa mentransfusikan darahnya ke golongannya itu sendiri. Golongan darah AB bisa menerima darah dari semua golongan darah, baik A, B dan O. Golongan darah O merupakan golongan darah yang bisa mentransfusikan darahnya  ke semua golongan darah tetapi hanya bisa menerima donor darah dari golongan darah O saja.

Dari keterangan di atas, maka guru bisa menanamkan sifat sosial dan kepada peserta didik. Tanamkan bagi kepada peserta didik bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau "plural society". Walaupun memiliki pluralisme yang tinggi, maka kita harus bisa memiliki jiwa sosial. Salah satunya dengan secara ikhlas dan terjadwal untuk membantu masyarakat sekitar dengan melakukan donor darah. Betapa berartinya jiwa sosial  kita dengan melakukan donor darah bagi orang yang membutuhkan. Sepersekian detik, kalau ada pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan darahnya (karena kecelakaan atau sakit), maka jiwa “akan melayang”. Penulis merasa prihatin ketika ada informasi adanya kekurangan stok darah di berbagai Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit. Sangat miris sekali, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta orang terjadi kekurangan stok darah. Artinya kepedulian sosial kita “rendah” bahkan “sangat rendah” dalam hal donor darah. Oleh karena itu melalui materi sistem peredaran darah kita harus dapat “mendoktrin” peserta didik agar memiliki jiwa sosial dengan aktif mendonorkan darahnya.

Melalui materi sistem peredaran darah kita juga bisa menanamkan karakter Tresna asih (kasih sayang), yaitu melakukan perbuatan atau bersikap yang didasari rasa kasih sayang kepada orang lain tanpa adanya pamrih tertentu kecuali demi kebahagiaan bersama. Melalui materi sistem peredaran darah kita juga bisa menanamkan karakter Sumedulur (kekeluargaan), yaitu bersikap dan bertindak laku kepada orang lain yang diperlakukan seperti kerabat dan saudaranya sendiri, sehingga timbul rasa ingin berkorban demi masyarakat yang dicintainya. Ketika mendonorkan darah tidak memandang dari agama apa orang yang akan kita tolong. Dari suku apa? Golongan politik apa? Aliran apa? Warna kulit apa? dan sebagainya.

Apakah bisa seorang pendidik melalui materi sistem peredaran darah bisa menanamkan karakter tanggung jawab dan ketelitian “super”?. Jawabnya pasti bisa. Bagaimana caranya agar peserta didik memiliki tanggung jawab dan ketelitian “super” dalam materi sistem peredaran darah?. Caranya dengan melakukan praktikum dalam proses penggolongan darah. Peserta didik diberi tanggung jawab untuk melakukan praktikum untuk dapat menggolongkan darahnya masing-masing. Kemudian “mendoktrin” peserta didik agar melakukan praktikum secara “super” teliti. Karena kalau ada kesalahan prosedur dalam praktikum dan kalau tidak “super” teliti, maka data atau kesimpulan dalam menggolongkan darahnya akan tidak valid atau salah. Misalnya seharusnya golongan darahnya A, disimpulkan B yang mungkin dikarenakan kesalahan dalam prosedur kerja. Hal ini akan berakibat fatal ketika melakukan transfuse darah. Jika salah dalam penggolongan darah, maka akan berakibat kematian sesorang jika kita melakukan transfusi darah. Misalkan seorang pasien bergolongan darah A mendapatkan transfuse darah dari golongan darah B, maka akan berakibat terjadinya penggumpalan darah pada pasien. Dan jika tidak segera mendapatkan pertolongan akan berakibat kematian terhadap pasien. Agar peserta didik “super” teliti, maka peserta didik harus benar-benar memahami prosedur praktikum yang akan dilakukan secara profesional. Peserta didik bisa benar-benar memahami prosedur praktikum secara professional jika mau membaca buku mengenai materi peredaran darah secara mendalam dari berbagai sumber buku bacaan. Karakter tanggung jawab dan teliti memberikan kontribusi yang besar dalam pembelajaran IPA. Karakter tanggung jawab dan teliti dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk dikembangkan karena peserta didik yang memiliki tanggung jawab tinggi dan tingkat ketelitian yang “super” mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.

Perlu kita ketahui bahwa kelemahan pembelajaran IPA saat ini adalah masih bersifat menghafalkan dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, meneliti tentang gejala-gejala alam yang kemudian dikaji dan disimpulkan berdasarkan konsep-konsep yang akhirnya akan menjadi prinsip, hukum, dan seterusnya sebagai produk IPA.                                

Keberhasilan sebuah pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran harus peka dan komunikatif dalam memfasilitasi pembelajaran siswanya. Interaksi belajar-mengajar harus memberikan re-inforcement pada siswa agar siswa termotivasi dan aktif belajar dengan penuh tanggung jawab. Berikan kepercayaan kepada peserta didik untuk mencari ilmu sendiri tetapi tetaap dalam binbingan seorang guru pendidik.

Oleh karena itu guru IPA harus bisa memasukkan nilai karakter mulia terutama pada materi sistem peredaran darah dengan cara meningkatkan religius peserta didik, menumbuhkan jiwa tawadu’ peserta didik terhadap guru, menanamkan sifat sosial dan menanamkan karakter tanggung jawab dan teliti. Sehingga dampak dari negatif dari teknologi dapat kita kurangi karena teknologi tidak bisa lepas dari kehidupannya bahkan sudah menjadi  gaya hidup atau lifestyle.  

Bagikan :