Tahun 2021 menjadi babak baru dalam hidup saya. Saat itu saya berhasil lolos menjadi CPNS di suatu kota dekat Jakarta. Alasan saya memilih kota ini sebenarnya sederhana: 1) Saya sudah pernah bekerja di kota ini beberapa tahun yang lalu; 2) Saya kira, sebagai salah satu kota penunjang bagi Jakarta, gaji PNS-nya sudah pasti besar. Apa yang saya ekspektasikan ternyata tidak menjadi kenyataan. Setelah dijelaskan oleh rekan CPNS yang lain, saya baru tahu bahwa gaji PNS di kota ini memang besar, namun tidak bagi guru. Hal ini dikarenakan guru tidak berhak atas TPP/Tukin/Tunda.
Setelah beberapa tahun bekerja, ternyata gaji saya sebagai guru PNS tetap tidak sampai UMR. Tidak jarang uang gaji harus habis di tengah jalan. Dihadapkan dengan kenyataan seperti itu, saya lebih memilih untuk menjadi proaktif, alih-alih menjadi reaktif. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Steven Covey dalam bukunya, The 7 Habits of Highly Effective People.
Steven Covey mengatakan bahwa ada tiga lingkaran dalam kehidupan seseorang, yakni lingkaran kepedulian (circle of concern), lingkaran pengaruh (circle of influence), dan lingkaran kendali (circle of control). Sederhananya, lingkaran kepedulian adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan meskipun ia akan mempengaruhi kehidupan. Contohnya seperti perekonomian dunia, cuaca, peraturan pemerintah, dan sebagainya. Lalu ada lingkaran pengaruh, yakni sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan, namun masih bisa dipengaruhi. Contohnya, pekerjaan, atasan, para siswa di kelas, dan sebagainya. Terakhir, lingkaran kendali, yakni sesuatu yang sepenuhnya berada dalam kendali kita. Contohnya seperti perasaan, perkataan, dan perbuatan. Menurut Steven Covey, orang-orang proaktif lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk fokus pada lingkaran kendali dan lingkaran pengaruh.
Menjadi guru yang bergaji kecil karena tidak mendapatkan TPP/Tukin/Tunda adalah kenyataan yang tidak bisa saya kendalikan. Daripada fokus pada hal tersebut, saya lebih memilih untuk menggunakan waktu dan tenaga saya pada sesuatu yang bisa dikendalikan. Berikut ini adalah beberapa hal yang saya lakukan agar bisa lebih proaktif sebagai PNS bergaji kecil:
1. Lower your expectation
Belajar dari kekecewaan sebelumnya, saat ini saya berusaha untuk tidak berekspektasi terhadap apapun. Misalnya, jika ada desas-desus tentang kenaikan gaji ASN, saya lebih memilih untuk tidak mempercayainya. Karena jika itu hanya berakhir sebagai isu, saya tidak akan sakit hati. Dan jika ternyata menjadi kenyataan, itu akan terasa seperti kejutan.
2. Memasak di rumah
Sejauh yang saya alami, tidak ada cara menghemat yang lebih ampuh nan efektif dibanding memasak di rumah. Uang 50 ribu yang hanya bisa dipakai untuk membeli 3 porsi bakso, misalnya, ternyata dapat menjadi lauk pauk selama 3-4 hari bagi satu keluarga jika digunakan untuk membeli sayur. Kalau pun ingin makan dengan sesuatu yang relatif mewah seperti daging ayam atau sapi, memasak di rumah jauh lebih worth it karena dengan uang yang sama, kita dapat memasak untuk 5 bahkan 8 porsi.
3. Berwirausaha alias berdagang
Sudah sekitar setahun ke belakang saya berjualan es di sekolah. Saya berkeliling ke kelas-kelas saat jam istirahat. Tanpa disangka, hasilnya bisa sangat membantu perekonomian keluarga kami. Pengalaman ini juga yang akhirnya membuat saya paham alasan di balik banyaknya guru (atau dosen) yang berjualan ketika saya sekolah dulu. Karena ternyata menjadi guru dan kepala keluarga di saat yang bersamaan itu cukup berat.
4. Membayar hutang tepat waktu
Ini memang terdengar aneh, tapi ini adalah prinsip yang penting bagi PNS bergaji kecil seperti saya. Ada dua hal yang selalu menghantui kehidupan saya sebagai guru: 1) gaji yang tidak jarang habis di tengah bulan padahal gajian masih lama; 2) gaji dan insentif yang tidak bisa diprediksi kapan kemunculannya. Meski begitu, kebutuhan tidak bisa menunggu nanti. Maka, agak lumrah nampaknya untuk ASN bergaji kecil seperti guru memiliki langganan orang-orang yang dipinjami uang saat terdesak. Nah, agar dapat tetap dipercaya, saya tidak pernah terlambat membayar hutang. Meski begitu, saya menghindari berhutang pada pinjol karena selain bunganya yang besar, kemudahan mendapatkan uang biasanya akan membuat orang jadi ketagihan.
5. Mendalami hobi menulis
Sejak SMA, saya sudah hobi menulis. Biasanya saya menulis di blog. Akhir-akhir ini saya semakin mendalami hobi ini. Harapannya, suatu hari saya bisa menghasilkan sesuatu dari apa yang saya tulis. Tidak harus berupa uang, bisa juga berbentuk prestasi atau karya yang bermakna.
Tidak seperti yang banyak diberitakan media, pada kenyataannya tidak semua ASN bisa bermewah-mewahan dengan gaji selangit. Banyak ASN yang harus menyambung hidup sambil memutar otak. Meski begitu, saya selalu yakin bahwa manusia itu selalu memiliki pilihan. Ingin terus mengeluh tanpa membuat perubahan, atau menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Yang perlu selalu diingat adalah, tidak semua perubahan harus berada di tingkatan mengubah negara menjadi lebih baik, misalnya. Dengan mengubah mindset dan menjadi orang yang lebih proaktif, pada dasarnya saya sudah memulai perbaikan dari lingkaran paling kecil, yakni diri sendiri. Harapannya, gelombang perubahan dan perbaikan itu akan semakin membesar dan mempengaruhi lebih banyak orang. Semoga.