Berpura-pura Bodoh versus Sok Pintar. Manakah yang Lebih Menguntungkan ASN Saat di Tempat Kerja?

Gambar sampul Berpura-pura Bodoh versus Sok Pintar. Manakah yang Lebih Menguntungkan ASN Saat di Tempat Kerja?

Mencari pekerjaan menjadi suatu hal yang wajib dilakukan ketika sudah selesai sekolah ataupun kuliah. Bagi para pencari kerja, adanya pengumuman lowongan ASN baik CPNS ataupun PPPK menjadi harapan indah di kala lelah dalam perjuangan mencari rupiah. Iming-iming gaji yang menggiurkan dan terjaminnya masa tua menjadi impian banyak anak muda dan juga orang tuanya.

Proses yang panjang dan tidak mudah menjadi hal yang harus dilalui saat memutuskan untuk mendaftar ASN. Rasa bangga dan haru muncul bersamaan saat tahu bahwa sudah sah menjadi salah satu abdi negara.

Adaptasi di tempat kerja menjadi hal pertama yang harus dilalui setelah euforia diterima menjadi ASN. Rekan kerja yang mempunyai sifat dan latar belakang beragam menghiasi ruangan yang penuh rutinitas. Misalnya saja ada yang lebih suka dominan dalam berpendapat, ada yang suka menyendiri, ada yang selalu berangkat awal namun cepat sekali menghilang, ada yang gila kerja tanpa kenal waktu, ada yang numpang wi-fi gratis, dan masih banyak lagi.

Namun, di antara banyaknya tipe-tipe tersebut, ada dua jenis tipe ASN yang sangat mencolok ketika berada di kantor. Pertama, ASN yang ketahuan berpura-pura bodoh. Kedua, ASN yang nampak sok pintar. Keduanya bisa terlihat ketika diajak berdiskusi maupun sedang mengerjakan tugas dari atasan. Sangat ketara ketika sedang menghadapi masalah-masalah penting di tempat kerja dan melibatkan rekan kerja lain. Dua tipe tersebut bisa dirasakan tanpa harus diungkapkan.

Berpura-pura bodoh merupakan suatu strategi untuk melindungi diri bagi orang yang menerapkannya. Artinya adalah menjadi ASN yang nampak bodoh bisa menjadi langkah jitu untuk menyembunyikan kepintaran hingga rekan kerja yang lain menyadari bahwa sebenarnya kita bisa berbuat lebih.

Faktor yang menjadi pendorong bisa datang dari mana saja. Biasanya karena adanya rasa sungkan dengan atasan, malu jika nanti pendapatnya tidak didengar, kesenjangan pendidikan, keadaan ekonomi yang lebih rendah dari yang lain, dan lain-lain.

Hal tersebut bukan menjadi kesalahan besar. Namun, di satu sisi keinginan diri untuk melakukan sesuatu akan muncul saat ada satu momen yang memaksakan diri untuk kita bicara dan melakukan hal yang sebenarnya mampu ditaklukan. Rasanya pasti sangat melegakan, namun akan menyakitkan jika dipandang sebelah mata bagi mereka yang lebih dominan dan suaranya biasa didengarkan.

Kelebihan dari berpura-pura bodoh itu sendiri yaitu kita bisa mendapatkan ilmu maupun nasihat dari mana saja. Jika itu ditampung setiap hari, lama kelamaan bisa menambah kecerdikan dan menguntungkan di kemudian hari. Selain itu, potensi untuk bertengkar dengan rekan kerja lain sangat kecil karena kita dianggap pasif dan tidak beradu argumen dengan yang lainnya.

Sebaliknya, kekurangan dari berpura-pura bodoh adalah rasa lelah karena sering diam. Akibatnya, kita sering mengungkapkan apa yang sebenarnya keliru di lain waktu tapi tidak berani menyelesaikan masalah secara langsung.

Selain itu, terbiasa dengan kepura-puraan nyatanya bisa menjadikan kita menjadi orang lain. Hal ini bisa dirasakan karena kita enggan mengungkapkan atau memperlihatnya kemampuan diri dan lebih banyak menuruti pendapat orang lain.

Tipe ASN yang sering dijumpai di tempat kerja selanjutnya adalah ASN yang sok pintar. Orang seperti itu rupanya memberikan kesan tersendiri di hati rekan kerja yang lain. Bertolak belakang dengan berpura-pura bodoh, orang yang sok pintar dianggap lebih sering meremehkan orang lain baik dari segi pengetahuan maupun pengalamannya.

ASN dengan tipe ini lebih suka dipuji daripada diberi saran maupun kritik, tidak mau mengalah, hobi ngomong tanpa ditanya, tidak mau mendengarkan orang lain, dan tak jarang mudah marah. Sungguh ajaib orang-orang yang mempunyai tipe seperti ini.

Tanpa menyudutkan sisi negatifnya, nyatanya ASN yang sok pintar rupanya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ASN maupun rekan kerja yang lain. Diantaranya adalah lebih percaya diri, mempunyai daya ingat yang tajam, tidak goyah dengan kritikan tajam, dan fokus terhadap sesuatu hal.

Sedangkan kekurangannya adalah orang yang sok pintar punya banyak beban pikiran karena dia suka berpikir lebih dan tidak santai. Selain itu, orang yang sok pintar rupanya merupakan orang yang tertutup. Dia suka terlibat dengan masalah orang lain. Namun, ketika mempunyai masalah pribadi orang lain tidak boleh ikut campur.

Tempat kerja merupakan rumah kedua bagi kita para ASN. Kurang lebih 8-12 jam kita berada di satu tempat dengan orang yang sama-sama mengadu nasib. Sudah sepatutnya kita bisa menyesuaikan diri dengan beragam sifat teman kerja kita. Walaupun nyatanya tak sedikit yang sering membuat geleng kepala karena tingkah lakunya. Mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif menjadi cara aman agar kita betah menjalani rutinitas kerja. Semangat bekerja, para abdi negara.

#KompetisiArtikel #KompetisiMenulis #SembariDinas #AbdiMuda #KompetisiASN #LombaASN #MenulisdiSembariDinas #ASNPunyaCerita #CeritadariTempatDinasku

Bagikan :