Belajar Kontemplasi Diri dari Efisiensi

Gambar sampul Belajar Kontemplasi Diri dari Efisiensi

Awal Februari, pemandangan tak biasa mulai nampak di area mesin presensi perkantoran milik pemerintah. Pegawai mengular berbaris rapi sambil berharap jam kehadiran mereka tidak melewati ketentuan yang berlaku. Seperti halnya di instansi lain yang mulai menerapkan kebijakan efisiensi, kantor tempat saya bekerja pun mengalami kondisi serupa, salah satunya dengan tidak diberlakukannya lagi jam fleksi.

Adaptasi Era Baru: Efisiensi

Sejak mulai diberlakukan awal Februari, semua instansi pemerintah harus beradaptasi melaksanakan penyesuaian terhadap sistem kerja, penghematan operasional perkantoran, dan pelaporan pekerjaan sebagai tindak lanjut dari efisiensi belanja pada pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2025. Pegawai pemerintah dituntut untuk beradaptasi dengan kebijakan baru tersebut. Dimulai dari hal-hal sederhana dengan menggunakan sumber daya secukupnya, seperti air, lampu penerangan, pendingin ruangan, internet dan sarana/ prasarana/ perlengkapan peralatan kantor, hingga pemangkasan anggaran untuk kegiatan yang tidak subtansial.

Sejatinya, alam pernah mengajarkan kita untuk beradaptasi saat pandemi Covid-19 beberapa tahun yang lalu. Tentu masih jelas dalam ingatan saat kita ‘kelabakan’ untuk beradaptasi dengan penerapan kebiasaan baru, rajin cuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Pada akhirnya kita pun terbiasa dengan tata cara baru tersebut. Lalu bagaimana dengan penghematan ala efisiensi ini?

Efisiensi, Sarana Kontemplasi Diri

Baru beberapa pekan berjalan, saya dan teman-teman kantor mulai terbiasa bekerja dengan lampu penerangan yang redup dan ruangan yang tidak sesejuk sebelumnya. Alih-alih mengutuk keadaan, saya malah teringat film Laskar Pelangi dengan sekolah sederhananya yang ikonik. Bagaimana mereka tetap semangat belajar dalam kondisi sekolah yang sederhana. Memang tidak ‘apple to apple’ menjadikannya sebagai suatu perbandingan keadaan. Namun agaknya kita perlu lebih sering berkontemplasi, apakah sebagai pegawai pemerintah kita sudah cukup mensyukuri nikmat-Nya? Apakah efisiensi ini adalah sarana untuk berkontemplasi diri?

Kontemplasi, menurut Ensiklopedia Indonesia, berasal dari kata Latin "contemplatio" yang berarti pengamatan, pencerminan, atau perenungan. Kontemplasi merupakan suatu sikap mental yang bersifat intuitif dan dapat diamati. Disebut intuitif karena jiwa kita mampu merasakan dan memikirkan. Kontemplasi memiliki dampak yang positif, seperti menenangkan pikiran, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki kesejahteraan. Selain itu, kontemplasi juga dapat membantu kita lebih memahami diri sendiri, orang lain, dan hubungan kita dengan Tuhan.

Tanpa disadari, sudah banyak kebiasaan boros yang kita lakukan selama ini. Semenjak adanya penghematan, kita menjadi terbiasa untuk berhemat energi. Hemat dalam menggunakan listrik, kertas, air dan bahan bakar. Jika bumi bisa berbicara, sepertinya ia-pun akan berterimakasih kepada kita karena sudah turut andil dalam melestarikan lingkungan, walaupun baru hanya sekedar mematikan listrik yang tak perlu.

Adaptif di Era Efisiensi

Babak baru efisiensi baru saja dimulai dan mungkin akan muncul babak-babak baru berikutnya yang menuntut kita untuk adaptif. Adaptif merupakan salah satu nilai inti dalam core values ASN BerAKHLAK. ASN yang adaptif adalah mereka yang mampu berinovasi, cepat beradaptasi, dan bersikap proaktif dalam menghadapi perubahan. Sebagai bagian dari pemerintah, sudah layaknya kita turut mendukung kebijakan pemerintah.   Hidup dengan cara yang sederhana mungkin tampak menantang di tengah kesibukan masyarakat yang terus berkembang akibat modernisasi. Kebiasan-kebiasaan sederhana yang kita lakukan merupakan bukti nyata bahwa kita mendukung program pemerintah dalam penghematan anggaran. Semoga niat baik yang kita lakukan bersama-sama dapat membawa kebaikan, demi Indonesia yang lebih baik.

Bagikan :