#ASNPUNYACERITA
Tahun 2018 merupakan ketiga kalinya saya mengikuti seleksi CASN, tetapi khusus formasi guru adalah yang pertama. Seleksi di tahun sebelumnya saya memilih formasi pegawai kecamatan lalu Kementerian Pendidikan sayangnya saya selalu gugur di tahap awal yang disbut Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Hal yang paling berkesan meskipun tidak lulus adalah cara seleksi yang menggunakan CAT (Computer Assisted Test), menyaksikan ratusan komputer berjejer rapi dan hasil tes yang langsung diketahui selesai ujian menurut saya sangat bagus dan membuat saya belajar tentang kekurangan saya yaitu tidak bisa memenuhi ambang batas untuk TIU (Tes Intelegensi Umum). Seleksi tahap satu harus lulus nilai ambang batas SKD yaitu TIU (Tes Intelegensi Umum minimal skor 80), TWK (Tes Wawasan Kebangsaan minimal skor 75) dan TKP (Tes Kepribadaian minimal skor 143).
Hari pelaksanaan SKD pun tiba, doa-doa baik dari orang tua dan suami menemani pelaksanaan tes tersebut dengan diiringi rintik-rintik hujan. Semua wajah tampak cemas, kami semua rapi mengular berseragam putih hitam. Persiapan yang saya lakukan karena ini adalah pengalaman yang ketiga kalinya adalah seteleh mendaftar secara daring saya langsung ke toko buku membeli buku latihan soal sekitar 350 halaman dan mengulang-ulang soal terutama TIU. Tiada hari tanpa belajar, buku tersebut bahkan berubah menjadi bantal tidur saya karena lelah belajar.
Saat menunggu sesuai jadwal kami diberi motivasi oleh Kepala BKD Provisi Banten untuk fokus dan tenang dan menceritakan hal-hal unik yang terjadi saat tes SKD di hari sebelumnya yaitu ibu yang tak kuat dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit karena kontraksi, sepatu peserta yang jebol, bahkan peserta seleki yang memukul meja dengan keras karena kecewa melihat hasil tes khususnya hanya nilai TKP yang kurang satu angka untuk mencapai ambang batas. Hati dan pikiran saya menjadi lebih tenang dan lega mendapat motivasi dan hikmah dari hal-hal yang diceritakan oleh Kepala BKD Provisi Banten, terima kasih pak.
Hari sial memang tidak bisa ditebak ternyata hal yang tadi diceritakan itu menimpa saya. Hasil tes SKD saya TWK 105 (lulus ambang batas), TIU (90 lulus ambang batas), dan sialnya adalah TKP saya (141 artinya kurang 2 poin untuk lulus). Saya tidak memukul meja, saya menangis karena tahu nyaris lulus tapi gagal. Seorang dokter gigi tempat klinik langganan saya ternyata satu ruangan uian dan memeluk saya, “Sama bu, saya juga enggak lulus” berusaha menghibur saya yang tak henti menangis sambil menuju luar gedung. Suami yang sejak tadi menunggu di parkiran membesarkan hati saya agar ikhlas. Dukungan keluarga bahkan ayah saya sesumbar bahwa saya pasti ke tahap berikutnya dan jadi ASN. Hari-hari berlalu dan saya memang honorer selama lima tahun di sebuah sekolah swasta, saya berusaha berkata pada diri sendiri mungkin kesmpatan lainnya akan datang. Sabar dan lapangkan dada apapun hasilnya nanti. Berita-berita di televisi dan media cetak mengabarkan sebuah fakta yang menarik bahwa tidak lulus SKD massal terjadi di seluruh Indonesia dan masalahnya sama yaitu nilai TKP yang tidak lulus ambang batas.
Harapan kecil muncul di hati saya dan sebelum pengumuman hasil SKD saya memutuskan untuk ke toko buku mencari informasi tentang SKB (Seleksi Kompetensi Bidang) dan ternyata cukup sulit dan saya pulang degan tangan kosong akhirnya saya putuskan belajar melalu video YouTube atau artikel digital. Doa-doa dan harapan itu terjawab melalui Permen PANRB nomor 61 Tahun 2018 salah satunya mengatur tentang perangkingan boleh dilakukan jika tidak ada yang lulus ambang batas di tempat kami mendaftar. Akirnya saya melaju ke seleksi tahap dua yaitu SKB. Saya juga sangat khawatir diantara nama-nama ‘lawan’ saya sudah memiliki setifikat pendidik karena mereka otomatis akan mendapatkan nilai SKB maksimal, untungnya tidak ada.
Kami sah menjadi CPNS menerima SK di bulan Februari 2019 dan beberapa bulan kemudian harus melalui LATSAR (Latihan Dasar tahapan CPNS untuk menjadi PNS 100%). Masa-masa perjuangan ini saya mendapatkan kosa-kata unik seputar ASN jalur ‘beruntung’ bahkan ‘ASN Zombi (hidup kembali)’ yaitu tidak lulus ambang batas tetapi diselamatkan oleh peraturan tebaru karena terjadi kegagagalan massal se-Indonesia di skor TKP. Meskipun agak menyebalkan tetapi hal ini ada benarnya juga. Saya hanya senyum simpul mendengar kelakar teman-teman disela-sela lelahnya Latsar. Lelah tetapi bahagia karena di BPSDM Provinsi Banten, saya merasa semangat cinta negara, semangat dengan komitmen mutu dan antikorupsi meupakan bekal yang sangat bermanfaat. Bahkan saya merasa seperti sedang membuat skripsi untuk tugas akhir. Rasanya lelah dan stress sekali tetapi menyengakan karena panitia, widyaiswara sangat disiplin dan inspiratif.
Selesai rangkaian LATSAR rupanya akhir tahun menjadi kejutan baru seluruh dunia. Bayangkan saya CPNS baru yang sedang semangat mendidk anak bangsa tiba-tiba virus corona datang dan harus BDR (Belajar Dari Rumah) dengan suasana mencekam, berita duka dimana-mana. Hidup terus bejalan dan bekal dari BPSDM ternyata membawa saya meraih berbagai prestasi gemilang yaitu Juara 3 menulis cerita narasi guru SMP tingkat Kota, Juara 2 Olimpiade Guru Bahasa Indonesia tingkat Kota, dan puncaknya berpreoses melalui program unggulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Guru Penggerak Angkatan 6 dan sekaligus terpilih Duta Teknologi Kemikbudristek Tahun 2022 Prov Banten jika penasaran tentang apa itu duta teknologi silakan klik tautan ini https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/pembatik . Lihatlah ASN Zombi ini mendapatkan kesempatan mengabdi dengan sungguh-sungguh bahkan mendapatkan berbagai penghargaan. Semoga menginspirasi.
Wulan Widari Endah
Guru SMPN 3 Cilegon