ASN: Memaknai Efisiensi Sebagai Media Kontemplasi Diri

Gambar sampul ASN: Memaknai Efisiensi Sebagai Media Kontemplasi Diri

Hari Yang Nestapa

Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2025 Tentang Efisiensi APBN dan APBD Tahun 2025 dan Surat Edaran Menteri Keuangan RI Perihal Efisiensi Belanja Kementrian/Lembaga pada pelaksanaan APBN Tahun 2025 berdampak signifikan kepada ASN (Aparatur Sipil Negara). Bagaimana tidak, setelah aturan ini di teken, kegiatan penunjang urusan pemerintahan langsung terkena dampaknya seperti : Perjalanan Dinas, Belanja yang Bersifat Seremonial, Kajian, Studi Banding, Percetakan, Publikasi, dan Seminar/Focus Group Discussion.

Perlu diketahui tidak semua K/L/PD (Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah) memiliki pagu anggaran yang sama rata antara satu dengan yang lainnya. Pemberian Pagu Anggaran tersebut berdasarkan prioritas anggaran, kebijakan pemerintah serta tugas dan fungsi pada Instansi tersebut, ada yang mendapatkan pagu anggaran seperti mata air yang berlimpah ada pula yang mendapatkan pagu anggaran seperti air mata. Bagi satuan Kerja yang bergantung penuh pada anggaran negara perlu memutar otak untuk menemukan peluang merubah cara kerja yang lebih efisien dan efektif.

Efisiensi banyak menimbulkan banyak kontra bagi ASN dan belum tentu masyarakat juga pro terhadap kebijakan ini. Jika boleh saya bandingkan bagi ASN K/L/PD yang memiliki Tunjangan Kinerja (TPP) sultan hal ini tidak berdampak signifikan bagi mereka, karena fasilitas penunjang tersebut sudah dikompensasikan dengan penghasilan mereka yang cukup. Lain halnya dengan ASN dengan TPP Rakjel*, dengan adanya kegiatan penunjang itu mereka dapat mencapai titik Break Event Point. Entah seperti apa kemalangan yang menimpa setelah adanya efisiensi ini.

Belum jelas efisiensi ini apakah berdampak langsung pada kepentingan masyarakat. Bisa jadi digunakan sebagai tambahan anggaran pembangunan IKN, gaji untuk P3K atau janji politik MBG (Makan Bergizi Gratis) oleh bapak presiden terpilih. Namun jika kita mau berpikir secara logika apakah logis jika peraturan efisiensi ini diberlakukan namun jumlah pejabat Wakil Menteri bertambah, Staff Khusus Ahli Bertambah?

Adaptasi bagi ASN

Manusia sejatinya dikaruniai kemampuan luar biasa untuk dapat berdaptasi dengan lingkungan sekitarnya, proses adaptasi yang luar biasa menjadikan manusia yang sebelumnya dari masyarakat agrasis menjadi masyarakat modernis seperti saat ini. Secara psikologis perubahan dan tekanan dapat meningkatkan mental dan pengelolaan emosional manusia. Mari kita belajar dari Wabah Covid-19 beberapa tahun silam. ASN telah belajar menghadapi penghematan anggaran untuk refocusing anggaran pada sektor kesehatan. Kita juga sudah melalui masa dimana proses pekerjaan dilaksanakan secara hybrid karena himbauan Social Distancing.

Tampaknya kita lupa menoleh kebelakang. Kebijakan efisiensi dimaknai dengan rasa bimbang bagi kebanyakan ASN, Efisiensi diartikan penambahan beban kerja tanpa adanya insentif tambahan, yang menuruknan motivasi kerja dan tidak mencari inovasi baru. Warisan tradisi budaya turun temurun ASN yang hanya mengikuti kemauan permintaan atasan (Asal Bapak Senang) serta atasan yang sukar menerima masukan bawahan turut memperburuk kondisi ASN pelaksana untuk bertumbuh menciptakan inovasi.

Kompetensi ASN dibandingkan Coorporate Swasta terkendala para hierarki birokrasi yang panjang. Kolaborasi menjadi kunci utama dalam menghasilkan pelayanan yang efektif dan berdampak lagsung pada masyarakat. Adapun kenyataannya, malahan ASN terbelenggu pada keruwetan birokrasi. Efisiensi pada anggaran seharusnya membuat ASN juga berpikir bagaimana mengefisienkan kinerja kita tanpa menurunkan kinerja pelayanan kepada masyarakat.

Dengan alasan efisiensi ASN turut mengefisiensikan kinerja pelayanan pada masyarakat, padahal fungsi ASN digaji oleh potongan pajak masyarakat adalah untuk pelayan publik, pelaksana kebijakan dan perekat bangsa. Perjalanan Dinas yang sebelum dipangkas menjadi 50% sudah mereka rasakan namun setelah dipangkas, Beberapa ASN turut memangkas pekerjaannya padahal beberapa oknum ASN ada juga yang menggunakannya sebagai jalan-jalan dengan keluarga. Hilangnya kegiatan seremonial yang mewah nan megah turut dituding menghilangkan marwah para pejabat padahal kegiatan itu bukan suatu kewajiban dan bukan sesuatu yang esensial. Pemangkasan anggaran proyek aplikasi menjadikan aplikasi jadi mangkrak dan merusak pelayanan kepada masyarakat padahal sudah bejibun aplikasi yang ada nampun tidak saling terkoneksi dan terintegrasi. Jika efisiensi belum bisa menyadarkan ASN untuk bertransformasi menjadi lebih baik, lantas cara apa lagi yang perlu dilakukan pemerintah pusat ? Pemecatan?

Tanggung Jawab Bersama

Walau dengan berbagai probelmatik terkait aturan efisiensi ini harapanya bisa menjadikan pengingat bagi ASN. Saat situasi sulit, kita memilih berhemat, padahal anggapan pola pikir berhemat dalam keadaan sempit adalah salah, mestinya berhemat dalam keadaan berada. Jika kita berhemat disaat sempit, berarti sebelumnya kita sudah befoya-foya saat keadaan berada. Efisiensi adalah pilihan yang harus dipilih namun tidak hanya terbatas pada pemangkasan anggaran yang sebatas angka-angka kuantitafi saja. Bisa jadi penghematan anggaran dapat merubah kebiasaan ASN untuk tidak mencampur adukan kepentingan publik dengan kepentingan pribadi. Jika efisiensi ini hanya sebatas tulisan diatas kertas saja yang tidak bisa merubah kebiasaan maka aturan ini hanya sebatas tumpukan kertas yang dipublikasikan umum kemudian di simpan sebagai arsip.

Sejarah adalah guru terbaik maka mari kita belajar dari Bung Hatta, seorang negarawan pendiri bangsa namun harus merelakan sampai akhir hayatnya belum bisa membeli sepasang sepatu billy. Jendral Hoegeng yang memiliki Jabatan tinggi namun tetap dengan integritas, kesederhanaan dan kejujurannya. ASN juga perlu menyadarkan diri agar tetap berjalan pada aturan yang berlaku. ASN ibarat hidup di Aquarium kaca yang segala aktifitasnya akan selalu dilihat oleh masyarakat dengan berbagai persepsi mereka. Menjadi ASN adalah pilihan kita, kita memilih dengan kesadaran penuh tanpa paksaan untuk menjadi Abdi Negara, Mari kita jalani apa yang sudah kita pilih.

Begitu juga dengan para Pemimpin. Pemimpin sejati bukan hanya menekan bawahan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapainya tapi mau mendengarkan bawahan dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Efisiensi Anggaran bukan cuman memangkas anggaran semata, tapi juga harus dipastikan setiap Rupiah yang diefisienkan diterima langsung manfaatnya kepada masyarakat.

Bagikan :