Indonesia saat ini melaksanakan perekrutan CPNS dengan sistem yang ketat dan transparan. Melalui metode Computer Assisted Test (CAT), hasil ujian dapat diketahui oleh peserta secara real time, sehingga transparansi meningkat dan manipulasi hasil dapat dihindari. Penerapan sistem CAT melahirkan ASN muda yang kompeten dan berdaya saing tinggi, hingga lahir tagline ASN Kini Beda. Banyak testimoni dari PNS hasil rekrutmen murni menyampaikan bahwa mereka berhasil lolos tanpa biaya dan koneksi, menunjukkan adanya transparansi dan keadilan dalam seleksi. Ini adalah pencapaian luar biasa yang memberikan harapan baru bagi kualitas ASN.
Namun, muncul tantangan baru setelah perekrutan tersebut. ASN muda yang diharapkan menjadi penggerak pemerintahan ini mulai merasakan penurunan kompetensi dan motivasi setelah memasuki dunia PNS. Fenomena ini salah satunya disebabkan oleh boreout, yaitu kondisi psikologis di mana seseorang merasa bosan, tidak tertantang, dan kehilangan makna dalam pekerjaannya. Boreout berdampak pada motivasi, kepuasan kerja, dan kesehatan mental, serta mengurangi kualitas pelayanan publik.
Fenomena boreout pada ASN Indonesia juga tercermin dari pengalaman pribadi beberapa ASN yang memilih untuk mundur dari pekerjaannya. Dalam salah satu tulisan di laman Birokrat Menulis, seorang ASN bercerita bahwa ketidakjelasan tanggung jawab di tempat kerja membuatnya bingung untuk berbuat apa. Ia menyampaikan, “Jika hanya membaca (peraturan) tanpa dipraktikkan, maka akan cepat merasa bosan”. Kondisi ini membuat pegawai tersebut merasa sia-sia dan tidak diberdayakan, hingga akhirnya mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental. Pengalaman ini memperlihatkan dampak boreout pada kesehatan dan produktivitas ASN, yang akhirnya mengganggu kualitas pelayanan di kantor.
Penyebab Boreout pada ASN
Beberapa faktor utama penyebab boreout di kalangan ASN adalah sebagai berikut:
Masalah-masalah ini mengarahkan ASN ke boreout, yang dapat berdampak buruk pada kualitas pelayanan publik. ASN yang direkrut sebagai "bibit unggul" untuk berkembang dan berkontribusi, malah tidak diberi kesempatan untuk tumbuh. Alih-alih menjadi agen perubahan yang produktif, malah menjadi "pohon yang kering" yang tidak dapat memberikan hasil maksimal bagi negara.
Boreout: Dampak Terhadap Kinerja ASN
Menurut Rothlin dan Werder (2008) dalam bukunya Boreout! Overcoming Workplace Demotivation, boreout adalah kondisi di mana seseorang merasa bosan dan kehilangan makna dalam pekerjaannya, terjebak dalam rutinitas yang monoton. Ciri utama boreout adalah rendahnya gairah dan antusiasme terhadap pekerjaan.
ASN yang mengalami boreout cenderung merasa tidak puas dan tidak terlibat dalam pekerjaannya. Kondisi ini menurunkan produktivitas, kualitas layanan publik, dan kesehatan mental mereka. Pada akhirnya, fenomena boreout ini menjadi penghambat dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien.
Visi Indonesia Emas 2045 dan Peran ASN
Untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan empat pilar pembangunan—Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan, dan Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan—ASN memegang peran penting sebagai penggerak utama pemerintahan. ASN tidak hanya sebagai pelaksana, tetapi juga inovator yang mendorong kemajuan bangsa. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan ASN bebas dari boreout dan diberi peluang untuk berkembang sesuai potensi dan kompetensi mereka.
Harapan untuk ASN di Era Pemerintahan Baru
Dengan pemerintahan baru yang dipimpin anak muda penuh semangat dan ide segar, diharapkan ada perubahan signifikan dalam pengelolaan ASN. Pemerintah dapat berfokus pada pengembangan kompetensi ASN, pemberian tantangan yang sesuai, serta peningkatan karier yang jelas. ASN muda diharapkan bisa menjadi motor penggerak perubahan, berkontribusi aktif dalam pencapaian Visi Indonesia Emas 2045.
Solusi untuk Mengatasi Boreout pada ASN
Beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi boreout di kalangan ASN meliputi:
Boreout adalah masalah serius yang harus segera ditangani agar ASN dapat berperan maksimal dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dengan sistem manajemen ASN yang lebih transparan, pengembangan karier yang jelas, dan pemberian tugas yang lebih menantang, diharapkan ASN dapat bangkit dari stagnasi dan memberikan kontribusi besar bagi negara. Pemerintahan baru dengan pemimpin muda dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengatasi masalah boreout dan membangun ASN yang lebih kompeten, produktif, dan berdedikasi. Pemerintah perlu segera menyiapkan kebijakan pengelolaan ASN yang berfokus pada peningkatan motivasi, kepuasan kerja, serta pengembangan kompetensi ASN, agar ASN benar-benar menjadi penggerak utama Visi Indonesia Emas 2045.