Suara "tit tit tit" dari token listrik rumah kontrakanku bukan sekadar tanda kehabisan daya, bunyinya seolah meneriakkan "Mayday, Mayday!", seperti alarm dalam pesawat saat dalam kondisi darurat. Tapi kali ini bukan mesin yang butuh penyelamatan, melainkan manusia yaitu para pekerja. May Day adalah sebuah alarm bagi seluruh antero penghuni bumi. Buruh memiliki peranan yang begitu besar bagi pertumbuhan perekonomian dunia. Korporasi merupakan salah satu bentuk terwujudnya lapangan pekerjaan yang luas.
Menurut data Badan Pusat Statistik pada jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 284,44 juta jiwa. Sedangkan jumlah Buruh di Indonesia dalam sektor formal maupun informal sebanyak 145 juta jiwa. Lalu jumlah ASN diperkirakan sekitar 7,5 juta jiwa. Kami memadukan data ini karena antara buruh dan ASN memiliki tugas serupa yaitu keduanya merupakan tenaga kerja yang bekerja untuk pemberi kerja, hanya saja domainnya berbeda ASN untuk Negara dan Buruh untuk Perusahaan.
Keduanya sama-sama memberikan jasa atas tenaganya, keduanya sama-sama menuntut hak atas upah yang layak, dan keduanya sama-sama berkontribusi terhadap pembangunan nasional.
Lalu mengapa hanya seruan untuk buruh, petani, mahasiswa, nelayan yang menjadi target utamanya. Persepsi May Day harus lebih diperluas jangkauannya. Bukankah masyarakat kita yang bergantung hidup sebagai Ojol juga merupakan bagian dari buruh walau mereka sering diistilahkan "mitra" pada aplikasi-aplikasi platform transportasi online.
Setelah 1 May, 2 May juga diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional dimana nasib guru-guru di Indonesia juga wajib menjadi bagian perhatian kita semua. Sebagaimana kita ketahui gaji-gaji guru di Indonesia yang seringkali viral dalam sebulan mereka hanya mendapatkan gaji di bawah 1 juta bahkan ada yang di bawah 500 ribu rupiah.
Tuntutan May Day tidak terlepas pada 3 point:
Padahal untuk menentukan UMK (Upah Minimun Kabupaten/Kota) pemerintah merupakan pemegang kebijakannya tapi pada realitanya kesenjangan upah justru terjadi dalam sistem birokrasi itu sendiri, di lapangan seringkali kita temukan khususnya pada buruh dan tenaga honor mendapatkan upah di bawah UMK. Indonesia merupakan negara yang begitu besar dengan kekayaan alam melimpah namun mengapa hingga saat ini banyak rakyat yang berjuang mati-matian hanya untuk urusan perut saja.
May Day sudah seharusnya menjadi penanda yang dapat menggerakan rasa solidaritas kita. May Day merupakan perjuangan kolektif, May Day bukan hanya sekedar ajang seremonial tetapi juga momentum untuk menyatukan asa dan rasa kebersamaan untuk menjemput hak-hak kita sebagai pekerja.