ASN Berprestasi: Kisah Nyata dari Pegawai Biasa Menjadi Agen Perubahan

Gambar sampul ASN Berprestasi: Kisah Nyata dari Pegawai Biasa Menjadi Agen Perubahan

Pernahkah kita merasa bahwa pekerjaan sebagai ASN hanya sekedar rutinitas? Datang ke kantor, mengerjakan tugas yang sama setiap hari, lalu pulang tanpa benar-benar merasa memberikan dampak? Jika ya, mungkin inilah saatnya kita mengubah cara pandang. ASN bukan sekedar profesi, tapi bentuk pengabdian untuk masyarakat.

Sebagai aparatur negara, kita dihadapkan pada dua pilihan: menjadi bagian dari perubahan atau hanya sekadar menjalani rutinitas tanpa makna. Lalu, tipologi ASN seperti apakah yang kita pilih? Yang hanya menjalankan tugas seadanya, atau yang benar-benar berkontribusi membangun negeri?

ASN Bukan Sekadar Bekerja, Tapi Mengabdi

ASN sering kali dianggap sebagai bagian dari birokrasi yang lambat. Namun dibalik itu, banyak ASN yang bekerja keras untuk memberikan pelayanan terbaik. Kita perlu mengingat bahwa setiap formulir yang kita proses, setiap dokumen yang kita buat, dan setiap layanan yang kita berikan bisa sangat berarti bagi masyarakat.

Seperti kata Rini Widyantini, Menteri PANRB, “ASN bukan hanya bekerja untuk menjalankan aturan, tapi juga untuk memberikan solusi dan manfaat bagi masyarakat.”

Jadi, bagaimana caranya agar kita tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga berkontribusi?

Kisah Nyata: ASN yang Mengubah Sistem demi Masyarakat

Taxmin: Inovasi ASN yang Mengubah Cara Ditjen Pajak Berkomunikasi

“Perubahan besar dimulai dari ide sederhana dan kemauan untuk bertindak.” Pernahkah kamu bertanya-tanya, siapa sosok di balik ramainya media sosial Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan informasi perpajakan yang mudah dipahami? Jawabannya adalah Farchan Noor Rachman, otak di balik lahirnya Taxmin , sistem komunikasi digital DJP yang kini dijalankan oleh 591 admin media sosial di seluruh Indonesia.

Awal Mula: Dari Tantangan Menjadi Peluang

Saat dipindahkan tugas ke bidang pengelolaan media sosial, Farchan membayangkan kenyataan: terlalu banyak unit vertikal di bawah DJP, tetapi belum ada sistem komunikasi yang efektif. Bagaimana memastikan masyarakat mendapatkan informasi perpajakan dengan cepat, tepat, dan akurat?

Pada tahun 2017, ia pun mencetuskan Taxmin, sebuah sistem terpadu untuk menyatukan pengelolaan media sosial DJP. Dengan konsep crowdsourcing, para admin (Taxmin) dapat berbagi ide dan mengembangkan konten secara kolektif. Hasilnya? Media sosial DJP kini menjadi lebih aktif, interaktif, dan informatif.

Dari Twitter Hingga Multiplatform

Sebelum Taxmin, Farchan juga meluncurkan akun Twitter @kring_pajak pada tahun 2014 untuk menjawab tingginya permintaan informasi perpajakan. Ini menjadi call center pemerintah pertama di Twitter dan sukses mengurangi antrian pengaduan melalui telepon.

Kini, Ditjen Pajak hadir di berbagai platform: Facebook, Instagram, YouTube, TikTok, LinkedIn, bahkan Spotify. Konten yang dulunya kaku dan formal kini lebih mudah dipahami, menarik, dan dekat dengan masyarakat.

Menginspirasi ASN untuk Berinovasi

Farchan membuktikan bahwa ASN tidak hanya bekerja, tapi juga bisa menciptakan perubahan. Dedikasinya membawa berbagai penghargaan, termasuk Gold Winner PR Indonesia Awards 2021 dan Top 3 ASN Inspiratif dalam Anugerah ASN 2021.

Tak berhenti disitu, ia juga berbagi ilmu melalui Medsos Gov, sebuah platform belajar bagi ASN dalam mengelola media sosial instansi pemerintah.

Apa yang bisa kita pelajari?

Farchan adalah contoh nyata bahwa inovasi bisa dimulai dari mana saja, bahkan dari sebuah ide sederhana. Kita, sebagai ASN, punya pilihan: tetap di zona nyaman atau ikut berkontribusi menciptakan perubahan.

Seperti kata Farchan, "ASN tak hanya berkarier, tapi juga harus memberi manfaat bagi banyak orang." Jadi, siapkah kita menjadi bagian dari perubahan?

Tantangan dalam Berubah: Nyaman di Zona Aman atau Berani Berinovasi?

Setiap ASN pasti pernah berpikir, "Sistem ini sudah ada sejak lama, sulit diubah." Tantangannya memang nyata, diantaranya Zona nyaman birokrasi – “Sudah biasa begini, kenapa harus diubah?”, Minim apresiasi – Inovasi sering dianggap gangguan, bukan solusi dan Terbatasnya kesempatan – Pelatihan jarang, pengembangan diri pun tersendat. Tapi, apakah kita akan terus terjebak dalam pola lama atau berani mengambil langkah baru?

Tapi di bedanya ASN yang hanya sekedar bekerja dan ASN yang berprestasi. Mereka yang ingin membawa perubahan selalu menemukan cara untuk menghadapi tantangan.

Kita ASN Seperti Apa?

Coba jujur ​​pada diri sendiri. Kita termasuk yang mana?

  • Visioner – Penuh ide, mencari solusi, dan berani berinovasi.
  • Pengikut aturan – Hanya menjalankan tugas tanpa berpikir cara lebih baik.
  • Pembuat masalah – Bukannya mempermudah, malah memperumit proses.
  • Ikut arus – Diam, pasif, dan enggan mencoba hal baru.

Pilihan ada di tangan kita. Mau jadi ASN yang menginspirasi atau berhasil menjalani rutinitas?

Kalau kita ingin menjadi ASN yang berprestasi, saatnya kita berani mengambil langkah baru!

Langkah Nyata untuk Menjadi ASN Berprestasi

Pertama , Berani Berinovasi – Jangan ragu mengajukan ide. Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.

Kedua , Fokus pada Pelayanan – Kita bekerja untuk rakyat, bukan sekedar menjalankan tugas. Pastikan setiap layanan memberi manfaat nyata.

Ketiga , Kerja Sama Itu Kunci – Sendiri kita bisa, tapi bersama kita lebih kuat. Bangun tim yang solid untuk menciptakan perubahan.

Keempat , Jangan Berhenti Belajar – Dunia terus berkembang, begitu juga kita. Ikuti pelatihan, gali ilmu baru, dan tingkatkan keterampilan

Saatnya ASN Beraksi!

Setiap perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Jika kita ingin melihat birokrasi yang lebih baik, kita harus mulai dari diri sendiri.

Seperti kata Nelson Mandela, "Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi. Tindakan tanpa visi hanya sekedar mengisi waktu. Namun visi dengan tindakan dapat mengubah dunia."

Jadi, apakah kita siap menjadi ASN yang bukan sekedar bekerja, tapi juga membawa perubahan?

Bagikan :