Apakah ASN Senior Beban Negara?

Gambar sampul Apakah ASN Senior Beban Negara?

Perubahan Teknologi saat ini membuat masyarakat mudah mengakses berbagai informasi yang tersedia pada internet. Sektor Pendidikan terbantu dengan pembelajaran online yang bisa diakses kapan saja. Sektor perbankan mendapatkan kemudahan dalam bertransaksi secara online dan pencatatan realtime memberikan transparansi bagi nasabah dengan pihak bank yang tentunya keamanan data pribadi terjaga, tak luput perubahan teknologi membawa dampak pada gaya birokrasi pemerintahan kita yang sebelumnya manual menjadi electronic government (e-Government).

Penerapan E-Government tidak dapat di hindari, mengingat perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi kian pesatnya, barangsiapa yang tidak bisa mengikuti arusnya maka mereka akan tertinggal dengan segala sumber informasinya. Untuk itu ASN diwajibkan beradaptasi dengan perkembangan tersebut sebagai bentuk implementasi nilai ASN yakni pelaksana Kebijakan digital guna merekatkan bangsa.

Berdasarkan data pada Buku Statistik Badan Kepegawaian Negera (BKN) Semester 1 Tahun 2024 Jumlah ASN (PNS dan PPPK)  sebanyak 4.758.730 Pegawai. Jumlah tersebut didominasi oleh Generasi Y, berada pada angka kelahiran 1977-1994 tahun. Kemudian disusul oleh generasi X, kelahiran 1965-1976. Peringkat ketiga di isi Gen Z dengan rentang usia kelahiran 1995-2010. Dan yang terakhir generasi Babby Boomers yang lahir pada tahun 1946-1964 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat diungkapkan bahwa komposisi ASN mayoritas berusia tua dibanding yang muda. Apakah fakta ini membuat pemerintah terhambat dalam melakukan digitalisasi pada instansi?

ASN dituntut untuk adaptif dalam artian mereka dapat menyesuaikan kondisi yang berada di linkungan kerja saat ini, Adapun survei menurut data BPS Sebanyak 60% ASN masih gagap teknologi. Beberapa kasus bahkan ada yang hanya untuk membuka perangkat aplikasi office saja belum bisa. Ketimpangan ini membuat birokrasi tidak sehat, yang menyebabkan melambatnya pelaksanaan digitalisasi secara massif pada lingkungan instansi pemerintahan. Sebetulnya ketimpangan semacam ini adalah hal yang lumrah, hampir semua organisasi baik Swasta maupun Pemerintahan akan mendapati siklus jumlah pekerja usia tua lebih banyak. Yang terpenting adalah seperti apa Organisasi tersebut memberikan kebijakan dan sikap positif pegawai tersebut dalam menghadapi tantangan digitalisasi. Akan tetapi fakta dilapangan bagaimana?

ASN yang gaptek bukan berarti mereka tidak mampu mengikuti digitalisasi, tapi mereka tidak mau belajar, kehilangan motivasi untuk belajar dan berharap belas kasihan kepada generasi yang mahir digital untuk membantu mengerjakan tugas mereka. Benar, kurang adaptif itu inti permasalahannya ASN golongan Tua “ apalagi yang sudah menduduki jabatan tinggi Eselon” – Ungkap Mentri PANRB di acara ASN Culture Festival.

ASN senior terjebak pada masa lalu dalam pengambilan keputusan padahal ada banyak hal-hal baru yang perlu disesuaikan. Keinginan atas pengalaman masa lalunya, mempengaruhi pengambilan keputusan. Sehingga terkesan birokrasi pemerintahan malah mundur kebelakang. Pikiran seperti ini menunjukan ketidak profesionalan birokrasi dan Inkompetensi pimpinan dalam menyelesaikan masalah Jangan sampai masyarakat lebih akrab dengan digital daripada ASN.

Artikel ini bukan bertujuan mengulas kesalahan dari ASN Senior namun mari kita pelajari supaya kita tidak terjerumus kedua kalinya seperti yang dilakukan sebelumnya. Lantas bagaimana peran ASN dalam menyikapi perkembangan zaman ini ?

  1. Tentunya yang utama adalah mau membenahi diri sendiri menjadi lebih baik, ASN jangan alergi terhadap perkembangan zaman, belajar mencari tahu sesuatu yang baru jangan menunggu hidangan disajikan bagai seorang raja. Bare minimum adalah bisa menggunakan fungsi search engine pada google.
  2. Pentingnya membuat data cadangan, masih ingat kebocoran data yang terjadi pada pertengahan tahun 2024?, ya semua system aplikasi dan Pusat Data Nasional diretas malware ransomeware, semua aplikasi pemerintahan lumpuh total, Penerimaan Peserta Didik Baru gangguan, Layanan Dirjen KEMENKUMHAM tidak berfungsi, SRIKANDI tidak dapat diakses. Yang akhirnya membuat kita semua kembali ke manual.
  3. Menjaga Privacy Data Pribadi. Judol (Judi Online) & Pinjol (Pinjol) marak bagi kalangan ASN. Beragam Latar Belakang yang mereka jadikan alasan untuk ikut bermain pada aplikasi itu, entah dorongan ekonomi yang sedang butuh, coba coba berhadiah atau sekedar penasaran. Namun yang tidak disangka cukup banyak kasus ASN yang mengatasnamakan akun mereka menggunakan data pribadi orang lain entah saudaranya atau bahkan rekan kerjanya, sangat  malang bagi ASN yang digunakan data pribadinya padahal mereka tidak merasa menggunakan aplikasi itu.

Akhir kata penulis ingin mengungkapkan faktor usia tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak bisa beradaptasi dengan keadaan, minimal pernah mencoba untuk mencaritahu, lantas apakah kemudian bisa atau tidak mengoperasikannya itu urusan kesekian. Tidak mengapa jika memang tidak bisa yang penting sudah ada usaha dan kemauan keras untuk bisa, kami sangat menghargai hal itu. Penulis perlu tekankan han ini karena Penerapan E-Government ini membuat masyarakat dapat mengetahui tindak tanduk proses kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan Pemerintah juga dapat menerima aspirasi masyarakat dalam memberikan pelayanan public secara langsung.

Lewat tulisan ini penulis harap kita bisa saling koreksi diri, jika hanya penulis saja tentu tidak akan cukup untuk merubah sterotip bahwa ASN itu masih kuno atau jadul dalam bekerja. Mungkin tiap generasi ASN memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi era modernisasi ini, Namun penulis percaya kita memiliki satu tujuan yang sama.
#Mari kita perbaiki bersama menuju Reformasi Birokrasi.

Bagikan :