Ambil Momentum! Harapan di Tangan ASN yang Bergerak

Gambar sampul Ambil Momentum! Harapan di Tangan ASN yang Bergerak

oleh : Satrio Agi Nugraha

Indonesia, di ambang pagi yang baru, memanggil ASN untuk melangkah dengan cara yang berbeda. Mereka bukan lagi sekadar penggerak mesin birokrasi yang beku, melainkan jiwa yang hidup dalam pelayanan. Seperti diungkapkan Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya di Lembah Tidar saat Jamuan Santap Malam Kabinet Merah Putih di Ruang Makan Husein, Komplek Akademi Militer (Akmil), Magelang, Provinsi Jawa Tengah, pada Jumat, 25 Oktober 2024, “Kalau anak buah basah, pimpinan harus basah; kalau anak buah kepanasan, pimpinan harus kepanasan.” Di sana, di lembah yang dijaga ksatria, kita meresapi prinsip kepemimpinan yang sesungguhnya: pemimpin yang memilih basah dan panas bersama, yang memilih berada di tengah-tengah pengorbanan.

Presiden Prabowo, saat memberikan sambutannya dalam acara makan malam bersama di Akmil. (FOTO: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden for TIMES Indonesia)

Di awal babak baru ini, mungkin kita semua bertanya-tanya, adakah harapan yang kini mengisi ruang di antara wajah-wajah yang selalu kita temui di kantor pemerintahan, dalam rapat-rapat, di balik jendela-jendela yang tinggi? Era pemimpin baru bukan hanya soal harapan baru, tetapi soal ribuan tangan ASN yang bersatu, yang bekerja di bawah langit yang sama. Di dalam hati mereka, terpancar pertanyaan: "Bisakah kali ini kita bergerak lebih cepat? Lebih sigap? Lebih tulus?"

Presiden yang baru, Bapak Prabowo Subianto, dikenal dengan gaya yang tegas, latar belakang yang tangguh. Beliau paham betul, mungkin lebih dari yang lain, tentang arti sebuah disiplin. Wakil Presiden Bapak Gibran Rakabuming Raka, yang datang dengan energi muda dan rasa ingin tahu yang besar, membawa nuansa yang berbeda. Dan mereka bersama, adalah sebuah ajakan kepada ASN untuk mulai membangun Indonesia yang berbeda, yang melangkah lebih jauh dari sekadar menjalankan tugas di belakang meja.

Tapi mari realistis sejenak. Para ASN, dengan rutinitas mereka yang terkadang monoton, tidak bisa serta-merta menjadi mesin perubahan. Mereka adalah manusia yang terbiasa dengan satu ritme, satu tempo, dan sebuah kenyamanan yang, mau diakui atau tidak, kadang membelenggu mereka dalam rasa cukup. Tapi kalau dipikir, bukankah ini saatnya melepaskan belenggu itu? Bukankah ini momen yang tepat? Mulai meninggalkan budaya “datang, duduk, pulang” dan menjadi tangan-tangan yang bekerja dengan semangat?

Mungkin, transformasi ini tak perlu terlalu rumit. Terkadang, cukup dengan sedikit keterbukaan pada teknologi baru, atau bahkan hanya dengan membiasakan diri menyambut masyarakat dengan sikap lebih hangat, ASN sudah bisa membuat perubahan sederhana. Karena pelayanan publik bukan soal seberapa cepat sebuah dokumen ditandatangani, tapi seberapa tulus setiap senyum yang diterima warga, seberapa nyata bantuan yang mereka berikan, seberapa tulus mereka melayani di tiap menit yang diberikan.

Namun tentu, harapan ini juga bukan sekadar dorongan satu arah. Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran telah menunjukkan keinginan untuk perubahan yang lebih baik, dan ASN yang bertugas sekarang memiliki kesempatan untuk mengambil peran lebih besar, menjadi bagian dari cerita Indonesia yang baru. Kalau memang ada satu hal yang perlu dipahami, itu adalah bahwa ASN bisa saja menyelami dunia yang berbeda dari sebelumnya: yaitu dunia pelayanan publik yang lebih gesit, lebih terbuka, dan lebih terasa manusiawi.

Pidato Bapak Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Paripurna MPR RI dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI Terpilih Periode 2024-2029, Minggu, 20 Oktober 2024, terucap sebuah pepatah "Kalau ikan menjadi busuk, busuknya mulai dari kepala. Semua pejabat dari semua eselon dan semua tingkatan harus memberi contoh untuk menjalankan kepemimpinan pemerintahan yang sebersih-bersihnya. Mulai dengan contoh dari atas dan sesudah itu penegakan hukum yang tegas dan keras."

ASN harus siap berubah! Jangan sampai masyarakat melihat mereka hanya sebagai penggerak birokrasi yang lambat. Apakah ASN mampu mewujudkan perubahan dengan kecepatan dan ketegasan ala militer, atau justru akan mempertahankan kebiasaan lama? Karena dalam membangun bangsa, yang dibutuhkan bukan hanya presiden dan wakil presiden yang memiliki visi besar, tetapi juga ASN yang berdedikasi tinggi, inovatif, dan berintegritas.

Di tangan ASN-lah pemerintahan ini akan menemukan nyawa baru—lebih gesit, lebih lembut, lebih dekat. Tidak lagi sekadar melayani, tetapi menyentuh hidup masyarakat dengan rasa. Mereka tak hanya hadir untuk mengisi peran, tetapi untuk menghadirkan makna dalam setiap tindakan.**

Bagikan :