Aku, yang tak pernah takut bermimpi!

Gambar sampul Aku, yang tak pernah takut bermimpi!

Langkah demi langkah, kita menapaki jalur yang dipenuhi duri yang pahit dan getir. Namun dalam setiap langkah yang terhenti. Tersemat harapan, api yang tak pernah padam.

Hidup bukanlah sekadar tentang bertahan, Namun juga tentang bagaimana kita bangkit kembali, Dari setiap kegagalan, dari setiap kekalahan. Menjadi pemenang dalam perjuangan yang tak terhentikan.

             Aku mengawali artikel ini dengan 2 (dua) bait puisi yang sedikit menggambarkan tentangku. Aku, Ragil Priyanta anak desa yang terlahir dari keluarga sederhana, tak bergelimang harta namun mempunyai mimpi,cita-cita, tekad dan harapan yang luar biasa. Tepat 33 tahun yang lalu aku terlahir di dunia ini, dari rahim seorang ibu yang begitu mulia, bahkan beliau merelakan hidupnya untukku agar aku bisa bertahan menjalani kehidupan didunia. Ibuku, malaikatku wafat saat melahirkanku begitupula dengan bapakku, tak pernah kuihat nyata keduanya didepan bola mataku (aku mengetahui aku yatim-piatu saat usiaku 20 tahun). Insha Allah husnul khotimah untuk kedua orang tua kandungku (Alm Bapak dan Almh Ibu Sartono), aamiin…

            Tepat di depan Ka’bah Masjidil Haram seusai menunaikan sholat ashar di usiaku yang ke-20 tahun, aku baru mengetahui semua tentang identitasku, tentang siapa sebenarnya aku dan  keluarga kandungku. Hancur hatiku kala itu, tapi aku harus tetap berdiri tegak melanjutkan kehidupanku. Bukan hal yang mudah untuk begitu saja menerima semuanya, karena sedari kecil aku mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari keluargaku, yang kukira mereka adalah keluarga kandungku namun ternyata mereka adalah keluarga asuhku.

            Mbok Atun dan Pak Kuwat, dua orang yang luar biasa yang hadir dihidupku. Merekalah yang mengasuhku sejak aku dilahirkan, kasih sayang mereka tanpa syarat, tak bisa terbalaskan oleh apapun didunia ini. Masih terpatri diingtanku betapa bapakku begitu menyangiku, setiap kali beliau pulang kerja akulah yang pertama beliau cari. Masha Allah, terharu kalau mengingat itu. Aku tumbuh seperti anak pada umumnya yang tak kurang kasih sayang dan punya banyak teman. Masa kecilku kulewati dengan sangat bahagia walau ditengah keterbatasan dan kesederhanaan.

              Namun, satu hal yang membutku sedih dan hancur kala itu adalah Bapakku, Pak Kuwat meninggalkanku untuk selamanya karena sakit yang ia derita. Beliau meninggalkanku saat aku berusia 14 tahun. Disitulah titik yang begitu berat kurasakan, aku kehilangan satu orang yang begitu ku cintai.

Bagaimana dengan kelanjutan hidupku?

Bagaimana dengan mimpiku ?

Bagaimana dengan cita-citaku?

Bagaimana dengan pendidikanku?

               Sempat ingin menyerah kala itu, aku sadar akan keterbatasan keluargaku. Kasihan ibuku, Mbok Atun dia harus banting tulang sendiri untuk menopag kehidupan keluarga, untuk terus bisa membiayai sekolahku. Sempat terbesit aku akan putus sekolah dan bekerja untuk membantu Ibuku. Namun, mbok Atun adalah sosok yang kuat dan tangguh. Dia sangat mementingkan pendidikan, dia begitu peduli akan masa depanku. Alhamdulillah walau dengan keadaan yang sangat terbatas dan keuangan yang sangat tidak stabil, aku bisa lulus MTs dengan nilai terbaik.

              Tak sampai disitu, saat lulus MTs aku masih ragu apakah bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA ataukah tidak? Mengingat keadaan ekonomi keluarga yang tak memungkinkan untukku melanjutkan pendidikanku. Sekali lagi, Ibuku… Mbok Atun dia tak pernah menyerah, dilah yang selalu membangkitkan semangat agar tetap harus melanjutkan pendidikanku entah bagaimana caranya. Qodarullah… Allah mendatangkan lagi rezeki untukku, orang baik yang mau membiayaiku untuk melanjutkan pendidikan ditingkat SMA. Bapak Slamet Priyono dan Ibu Ika Atika Santy (mereka adalah om dan tanteku), dua orang berhati mulia yang membantuku dalam meraih mimpi dan cita-citaku. Jujur, tak mudah melewati masa-masa itu. Hidup numpang, aku harus tau diri dan aku tak boleh seenaknya sendiri, harus ada kontribusi yang kulakukan untuk keluarga yang sudah sangat baik hati membiayai pendidikanku. Singkat cerita, selama 3 tahun aku tinggal bersama mereka sampai akhirnya aku lulus SMA.

            Tahun 2009 lulus SMA, aku sudah sangat percaya diri untuk bisa melanjutkan kuliah dengan berbekal tabunganku yang aku kumpulkan selama 3 tahun dari hasil berbagai macam lomba yang aku ikuti. Hanya tekat dalam hati, aku harus kuliah, aku harus melanjutkan pendidikanku, ternyata bak gayung bersambut keinginanku didukung sepenuhnya oleh seluruh keluargaku. Bu ika dan keluarga juga bahu-membahu dalam pembiayaan sekolahku selama 1 tahun kuliahku. Aku diterima pada Program Diploma 1 Pegukuran Pemetaan Kadastral STPN Yogyakarta, hanya 1 tahun kuliah langsung bisa bekerja, itu pemikiran tersimpleku waktu itu. 1 tahun di STPN banyak sekali cerita, pengalaman dan pembelajaran yang aku dapatkan, dan bisa bergaul berteman degan seluruh taruna dari penjuru negeri, terlebih kita semua tinggal di asrama. 1 tahun yang penuh kenagan di STPN Yogyakarta. Ternyara benar, begitu lulus Diploma 1 STPN aku langsung di tempatkan di Kantor Peranahan sebagai Asisten Surveyor Kadastral. Ditempatkan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Temanggung selama 3 bulan, kemudian dipindahakn pada Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo karena waktu itu membutuhkan SDM disana, kurang lebih 1 tahun aku menjadi Asisten  Surveyor Kadasatral hingga akhir tahun 2011.

         Kejutan dari Allah kembali datang diawal tahun 2012, aku adalah salah satu orang yang beruntung lolos CPNS dengan formasi Surveyor Kadastral, dari ribuan peserta hanya 60 orang yang lolos diformasi itu, termasuk aku, mashaAllah. Mendapatkan penempatan tugas di Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara cukup membuatku merasa tertantang, yang mana aku tak pernah tau tempat itu berada, pasti akan ada banyak sekali perbedaan dengan kehidupan di Jawa dari sosiologi, adat kebiasaan dan lainnya. Namun selalu kuazzamkan dalam diriku bahwa aku bisa melewati semuanya karena aku percaya Allah memberikan segala sesuatunya atas kemampuan hambanya. Menjadi Surveyor Kadastral atau Petugas Ukur di Minahasa Selatan tak semudah yang dibayangkan. Mulai dari perjalanannya yang sangat jauh juga medan nya yang berat dan banyak hal yang diluar ekspektasi.  Tapi itu semua tak pernah menyurutkan semangatku. Jauh-jauh aku merantau, aku harus bisa memberikan setidaknya kontribusi untuk instansi dan negaraku yang sudah setiap bulannya meng-gajiku. Rintangan, tantangan, ujian dan pembelajaran banyak sekali kudapatkan ketika bertugas di Minahasa Selatan (kurang lebih 3 tahun aku menjadi Petugas Ukur disana).  Sampai pada tahun 2015 aku dipercayakan menjadi utusan Sulawesi Utara untuk melaksanakan Tugas Belajar Diploma IV di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta.

            Alhamdulilah setidaknya aku bisa dekat dengan keluargaku ketika aku mendapatkan Tugas Belajar di Jogja, 4 tahun lamanya aku menjalankan tugas sebagai Taruna di STPN Yogyakarta, tentunya banyak sekali cerita dan kenangan yang tak terlupa di Jogja, tak hanya belajar materi tentang pertanahan, tentang hukum agraria, atau materi teknis lainnya, namun selama 4 tahun di Jogja aku juga belajar tentang arti “Kehidupan”. Tahun 2019 aku lulus Tugas Belajar dan kembali harus bertugas di Sulawesi Utara, perbedaanya adalah sudah ada gelar “S.Tr” dibelakang namaku, Sarjana Terapan.

             Singkat cerita sesampainya di Sulawesi Utara (lagi) aku mendapatkan promosi sebagai Kepala Subseksi di Kantor Pertanahan Kota Manado, banyak sekali pekerjaan dan tugas yang harus aku laksanakan dan pertaggungjawabakan disana, 3 tahun berturut-turut aku menjadi Agen Of Chage di Kantor Petanahan Kota Manado (2019-2022) yang membuatku harus selalu prima, memberikan layanan terbaik kepada masyarakat khususnya di Kota Manado. Sembari berdinas, aku juga melanjutkan pendidikanku pada jenjang Pascasarjana. Ilmu Perencanaan dan Pembangunan Universitas Sam Ratulangi yang aku pilih kala itu. Kerja-kuliah-kerja-kuliah menjadi keseharianku saat bertugas di Manado. Tak pernah selurus jalan tol, perjalanan pascasarjankupun penuh dengan liku, masih teringat aku melakukan bimbingan Thesis lebih dari 60 kali dan itu membutuhkan effort yang luar biasa, sampai pada akhinnya aku bisa lulus Pascasarjana S-2 dengan waktu 1,5 tahun atau 3 semester dengan IPK 4,00. Akhirnya bisa menambah gelar lagi dibelakang namaku, Magister Sains.

            Puji dan syukur selalu aku panjatkan kepada Sang Khalik, karena tanpa kuasanya aku tak mungkin bisa sampai dititik ini. Yang dulunya putus asa tak bisa melanjutan SMA ternyata Allah mampukan untuk bisa lulus S-2 dengan nilai yang sempurna.

Aku lulus S-2 ditahun 2022, ditahun yang sama aku mendapatkan penghargaan sebagai ASN Berprestasi pada Instansiku karena inovai-inovasi yang aku lakukan bersama tim di Kantor Pertanahan Kota Manado. Masih ditahun yang sama juga, tahun 2022 qodarullah aku mendapatkan SK Mutasi pindah tugas pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional di Pusat, Jakarta.

Dan akupun resmi bertugas di Jakarta per 1 Januari 2023 sampai saat ini. Disini juga aku mohon support dan do’anya dari teman-teman semua, saat ini aku sedang mengikuti seleksi Program Doktor (S-3), semoga niat baik ini dijabah oleh-Nya. Aamiin..

TERIMAKASIH UNTUK SEMUA YANG TELAH  MENYAYANGIKU TANPA SYARAT.

            Semoga teman-teman semua bisa memetik hikmah dari cerita yang aku bagikan ini, intinya jangan pernah berhenti berjuang selama nafas dikandung badan, jangan takut bermimpi dan meraih apa yang kita cita-citakan, selama ada niat dan terus berikhtiyar, inshaallah Tuhan akan selalu memberikan jalan.

#ASNPunyaCerita

Bagikan :