Ada Janji Pengabdian di antara tumpukan pesan whatsapp Akreditasi

Gambar sampul Ada Janji Pengabdian di antara tumpukan pesan whatsapp Akreditasi

Langit pagi itu cerah, secerah harapan dan semangat Kota Tanjugpinang. Pagi ini saya sudah membaca tumpukan pesan whatsapp, di grup  akreditasi LPK Tahun 2025. 

Sebagai ASN saya memahami pekerjaan ini bukan sekadar rutinitas. Tapi juga janji yang pernah diucapkan saat menjadi ASN, melayani negara dan masyarakat dengan sepenuh hati.

Tahun ini, sebanyak 21 LPK mengajukan akreditasi untuk 40 program pelatihan kerja. Dari pelatihan digital marketing, operator crane, welder 6G, hingga kursus tata rias dan bahasa Inggris profesional. Tugas timnya adalah memastikan semua itu tidak hanya bagus di atas kertas, tapi benar-benar bermutu kualitasnya di lapangan.

“Akreditasi ini bukan soal nilai. Ini soal kepercayaan,” ujar Salatu Akreditor Senior dalam salah satu rapat tim. Kalimat itu ia ucapkan pelan, tapi penuh tekad.

Prosesnya panjang. Dimulai dari Bimtek, lalu verifikasi dokumen, pengisian formulir F.01, hingga unggah ke sistem SPA versi terbaru. Semua tahapan terpantau oleh Komite Akreditasi bersama para akreditor, para profesional yang selama ini bertahun-tahun mendampingi dunia pelatihan kerja tumbuh dan bertahan.

Ketika timnya mengunjungi LPK, seorang peserta pelatihan menunjukkan hasil desain grafisnya. “Saya baru lulus SMA, Pak. Belajar di sini dari nol,” katanya malu-malu. Bagi orang lain, mungkin itu hal kecil. Tapi bagi seorang ASN, momen seperti itulah yang membuat semua penat dan rapat tak sia-sia.

Ia menyadari, akreditasi bukan sekadar soal memenuhi peraturan Permenaker No. 5 Tahun 2022 atau PP No. 5 Tahun 2021. Ini adalah upaya untuk melindungi hak masyarakat atas pendidikan dan pelatihan yang berkualitas. Karena setiap pelatihan yang tidak bermutu hanya akan menghasilkan tenaga kerja yang tertinggal.

Satu demi satu LPK dikunjungi. Mulai dari LPK Welding Mandiri dengan suara mesin las menyala, LPK PEEC English yang penuh dialog dalam bahasa Inggris, hingga LPK Global Lentera Kasih yang mengajarkan keterampilan pastry dan tata boga. Di tiap lokasi, Saya dan tim hadir bukan sebagai penguji, Namun hanya verifikasi dan validasi.

Ketika seorang ibu dari LPK  berkata bahwa pelatihan digital marketing membantu ia berjualan daring dari rumah. saya teringat masa-masa awal sebelum menjadi ASN, harus berjualan sambil bekerja dan berkuliah. Harapan itu terasa hidup kembali.

Di Tengah efisiensi kegiatan dan biaya pembinaan, kegiatan harus berjalan. Kolaborasi dengan kota batam  dan seluruh tim Komite Akreditasi, kegiatan dapat dijalankan secara profesional. Tim asesor yang turun langsung terdiri dari nama-nama yang sudah tak asing di dunia pelatihan kerja Kepri: Akhirman, Rafki, Marlia, Ronny, hingga Nurhalim. 

Terbayang oleh saya ketika seorang peserta pelatihan mendapatkan pekerjaan karena LPK-nya terakreditasi, ketika seorang pelatih LPK merasa dihargai karena kualitasnya dan ketika angka pengangguran di Kepri mulai menurun perlahan.

Menjadi ASN bukan hanya tentang seragam dan birokrasi. Tapi tentang menjaga harapan. Tentang menyentuh hidup orang lain, dan memberi solusi di balik tumpukan berkas dan stigma birokrasi yang berbelit.

Dan bagi Saya, itu lebih dari cukup untuk menjaga asa membangun kepulauan riau.

Bagikan :